Monday, April 26, 2010

Selalu Ada Kata Maklum Saat Belajar


Waktu kecil, saat pertama kali belajar naik sepeda, aku terjatuh. Sakit, tapi aku bangkit lagi demi mewujudkan impianku bisa naik sepeda. Berulang-ulang kali terjatuh, lama-lama sakit itu semakin tidak terasa tertutup oleh cita-cita yang menggebu.

Betapa senangnya jika bisa naik sepeda, beriringan bersama teman-teman, bermain kemana saja kita suka. Sangat menyenangkan. Dan akhirnya, keinginan itu bisa terwujud ketika aku sudah bisa naik sepeda. Hoopla..setiap hari tiada henti aku naik sepeda sampai akhirnya bosan sendiri.

Mungkin, jika saat itu aku menyerah pada rasa sakit dan tidak mau belajar lagi, aku tidak akan pernah merasakan bagaimana asyiknya bisa naik sepeda. Tidak akan pernah.

Dan tentunya aku harus berterima kasih kepada ayah ( yang sekarang telah almarhum ), ibu, kakak-kakakku dan tetangga-tetangga yang saat itu riuh rendah menjadi supporter saat aku belajar naik sepeda.

Kata-kata semangat selalu dilontarkan,” Ayo..kamu bisa…”.

Dan saat aku terjatuh, ramai pula mereka berteriak,”Nggak papa, ayo coba lagi..maklum, namanya juga belajar..jangan menyeraahhh…”

Seperti tersihir, kata-kata itu seolah memberikan kekuatan yang luar biasa untuk kembali mencoba dan mencoba. Dan yang paling berkesan adalah kata ‘maklum’. Serasa disiram air hujan di panas yang terik, ada semacam pembelaan dan perlindungan dari kata itu. Ada pengertian dan pemahaman bahwa ini bukan suatu masalah. Ini bukan sesuatu yang penting untuk dijadikan suatu halangan.

Coba, jika saat itu kata-kata yang dilontarkan adalah,”Payah, baru segitu aja udah jatuh..kamu nggak akan bisa !”

Bisa jadi, mentalku langsung mengkeret dan terpengaruh oleh judge bahwa aku tidak akan bisa. Sebuah kata-kata yang meng-kerdilkan.

Tapi bisa juga watak kerasku akan menentang judge itu dan berontak sekalian membuktikan bahwa aku tidak sekerdil yang diucapkan ! Aku semakin tertantang untuk maju.

Tapi itu butuh waktu, tetap saja yang terjadi kala itu adalah mentalku yang down dan butuh spirit untuk bisa bangkit lagi.

Hm..jadi sebenarnya kata maklum itu mempunyai dampak untuk maju atau membuat kita jalan di tempat ya ? Karena ada kata maklum, serasa ada permisif untuk dimengerti, jadi ada rasa aman, jadi bisa santai dulu ah.. Tergantung situasi dan kondisi juga tentunya..

Ada kalanya, kita perlu shock terapi untuk maju. Tapi bukan berarti kata-kata yang meremehkan dan men-judge bahwa kita tidak bisa itu perlu. Sangat berbahaya dampaknya jika mendidik anak dengan pola seperti ini. Anak akan selalu merasa tidak mampu, pesimis dan useless. Alam bawah sadarnya merekam dan secara tidak langsung tergambar dalam perilaku dan sifatnya. Krisis percaya diri akan menderanya.

Lain halnya jika kita selalu mendorong, “Ayo, nak..kamu bisa, kamu hebat, pasti berhasil”. Kata-kata ini menjadi energi luar biasa yang mempengaruhi pola pikirnya untuk benar-benar hebat. Percaya dirinya akan tumbuh dan sikap optimis dengan sendirinya akan tercipta.

Apa yang kita ucapkan pada anak, itulah yang akan tercipta. Jika kita mengatakan” Kamu anak bodoh”, seumur hidup anak akan merasa dirinya bodoh dan kita bisa menuai kenyataan ucapan kita sendiri. Mau begitu ?

Satu lagi yang penting, biarkan anak punya mimpi dan cita-cita yang besar. Jangan pernah mematahkan impiannya hanya karena kita merasa tidak mampu. Sudah sepatutnya tugas orangtua untuk mendorong dan mencari jalan untuk si anak mewujudkan impian dan cita-citanya. Selalu support, dan hibur kala putus asa menyerang.

Kegagalan orang tua bukanlah kegagalan turunan. Jika kita gagal, tidak berarti anak juga akan gagal. Justru sebagai orangtua kita belajar dari kegagalan itu dan mencari cara yang lebih baik lagi. Bukan hak kita untuk men-judgekamu tidak bisa’ sekalipun itu adalah anak kita sendiri.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...