Sejak punya akun Facebook, sebut saja namanya Bejo, betah berlama-lama di depan layar komputer warnet dekat rumah makan tempatnya bekerja sebagai tukang parkir. Bisa dibilang, Bejo termasuk salah satu insan yang terkena imbas merakyatnya facebook.
Keinginannya kuat untuk bisa menemukan kembali teman-teman sekolahnya jaman SD dan SMP dulu. O,ya..Bejo tidak sempat mencicipi bangku SMA karena kepentok biaya orang tuanya yang kembang kempis.
Sebenarnya, Bejo cukup cerdas dan rasa ingin tahunya sangat besar. Hobbynya membaca apa saja, dari koran bekas, majalah bekas sampai buku-buku bekas yang dipinjam dari majikannya yang punya rumah makan dibaca tuntas dengan lahap.
Pendidikan rendah bukan alasan Bejo untuk berhenti belajar, justru menjadi pemicunya untuk maju dan berkembang. Bejo tidak malu bertanya apa saja yang belum dipahaminya, termasuk ketika dia ingin punya akun facebook.
“Facebook itu apa, toh mas ?,” tanya Bejo suatu hari kepada Rendy, anak majikannya.
“Gimana neranginnya, ya..kira-kira kamu ngerti nggak kalau aku jelasin ?,” jawab Rendy sambil senyum-senyum setengah mengejek.
“Saya sering lihat berita, Mas..kok banyak penculikan gara-gara facebook, saya jadi penasaran..kalau dilihat dari artinya facebook itu kan buku rai (= bahasa jawa yang artinya buku wajah), to Mas ? Kok bisa buku wajah menculik, gimana modus operandinya, ya Mas..?,” tanya Bejo serius.
“Facebook itu situs gaul di internet, kita bisa connect lagi sama teman-teman di jaman baheula, waktu masih anak-anak, dari TK, SD sampai sekarang, trus bisa juga dapet teman baru .., ngerti ?,” Rendy menerangkan sambil menahan tawa.
“Bisa ketemu teman jaman dulu, jaman saya sekolah di SD dan SMP, wah..penak tenan yo..teman-temanku wis do merantau je..asyik no nek bisa hubungan lagi..,” mata Bejo berbinar senang.
“Trus caranya gimana, Mas Rendy ? Mbok saya diajari..mau, ya Mas..nanti kan Mas dapat pahala kalau ngajarin saya…,” Bejo berharap dengan wajah memelas.
“Kamu mesti punya komputer, Bejo..setelah itu baru pakai HP kalo HP-mu bisa support fasilitas internet. Tapi biaya internetnya lumayan mahal, lho..atau kalo gak kamu bisa ke warnet aja..,” Rendy menyarankan.
“Okelah, kalau begitu, nanti saya diajari di warnet ya, Mas..,” ajak Bejo.
Rendy mengangguk. Sebenarnya di kamar Rendy ada laptop dilengkapi jaringan internet, tapi Rendy terlalu sayang kalau Bejo belajar pakai laptopnya, nanti kalau rusak bisa gawat, mau minta ganti sama siapa, wong penghasilannya Bejo sangat minim dari hasil parkir di rumah makannya.
Singkat kata, Bejo sudah bisa ber-facebook ria di warnet berkat pengajaran Rendy yang cukup sabar. Beberapa teman Bejo jaman sekolah dulu berhasil ditemukan. Bejo sangat senang sekali. Setiap pulang kerja mampir ke warnet untuk sekedar menyapa teman-temannya atau menulis status tentang apa yang ada di pikirannya.
Seperti hari itu, Bejo menuliskan statusnya di facebook dengan “Hari ini lumayan rame parkirnya, ada uang lebih buat ke warnet hehe..”, atau kali lain dia menuliskan “Kapan yo, aku nduwe pacar ? Durung payu je..” __ khas dengan bahasa Jawa-nya yang medhok.
Suatu hari, saat Bejo membuka daftar teman cewek dari temannya, Bejo terpesona dengan sebuah foto yang terpampang di profil teman dari temannya itu. Cantik dan sangat memikat hati Bejo. Bejo ingin mengenalnya lebih jauh dengan cewek itu, maka di-add-nya cewek itu dengan harapan di-confirm menjadi temannya.
Setelah cukup lama menunggu, ternyata si cewek meng-confirm Bejo untuk menjadi temannya. Betapa riang hati Bejo, bisa puas-puas memandangi foto-foto cewek itu yang cukup banyak di profilnya. Bejo manggut-manggut membaca info profil cewek tersebut yang berstatus sebagai mahasisiwi di salah satu kampus Jakarta. Wah..kok jauh, ya..Bejo garuk-garuk kepala. Namanya Calista Prameswari Tiviar. Hm..bagusnya aku memanggil apa ya, Bejo sibuk mencari nama panggilan sayang. Mungkin ‘Cal’ cukup bagus.
Sedikit banyak, sejak mengenal Cal di facebook, hidup Bejo semakin bergairah. Bekerja penuh semangat setelah itu cepat-cepat menuju warnet untuk sekedar melihat perkembangan Cal. Bejo sangat hafal hari ini Cal menulis status apa, gambar profilnya sudah ganti apa belum, di wall-nya ada tulisan apa, ada tambahan upload foto atau nggak, Bejo menyimak semuanya.
Secara tidak langsung, Bejo telah memantapkan hatinya sebagai penggemar rahasia Cal. Bejo belum punya keberanian untuk memberi komentar di status Cal yang hampir tiap hari di-update. Bejo takut salah memberi komentar atau nggak nyambung untuk gadis selevel Cal yang tergolong high class.
Bejo berangan-angan seandainya Cal adalah kekasih hatinya…waaa…betapa indahnya dunia. Tapi Bejo sadar diri, tukang parkir seperti dirinya paling banter dapat istri seorang pedagang pecel, atau bakul jamu, yang nggak jauh-jauh dengan nasibnya. Bukan mahasiswi seperti Cal. Apa kata dunia ? Perbedaan status yang mencolok sudah pasti tidak akan mendapatkan restu dari berbagai pihak. Aih..kok jadi ngelantur begini sih, Cal saja tidak mengenal Bejo kok..sudah ribut di angan-angan..
Cal..Cal..Cal..waduh, kenapa langit-langit kamar Bejo yang minimalis ( bener-bener minim maksudnya) penuh dengan bayangan wajah Cal seperti di foto profilnya ya ? Ada Cal yang lagi tersenyum, lagi kumpul sama teman-temannya, lagi nyetir mobil, lagi bercanda sama keluarganya..aih..semuanya menari-nari di pikiran Bejo ? Apa aku sudah benar-benar jatuh cinta ? Jatuh cinta sama foto gadis yang sama sekali belum pernah aku kenal ? Ahay..yang benar saja..
Bejo berpikir, kenapa di dunia ini harus ada perbedaan status sosial. Kenapa ada si kaya dan si miskin. Kenapa harus ada majikan dan pembantu. Kenapa ada perbedaan ? Dan kenapa juga si miskin itu aku ? Bolehkah aku menjadi si kaya ? Tapi bagaimana caranya ? Yang aku tahu dengan menjadi tukang parkir aku bisa dapat uang dan makan. Itu sudah cukup.
Akhir-akhir ini saja ada pengeluaran ekstra untuk ke warnet, jadi Bejo harus pintar-pintar mengatur uang untuk makan sehari-hari. Kalau pun harus terpaksa makan sama nasi dan kerupuk saja, asal bisa buat ke warnet satu jam saja, Bejo sudah cukup bahagia. Yang penting bisa melihat wajah cantik Cal walau hanya sesaat.
Duh Gusti..punya daya pikat apa ya gadis secantik Cal itu sampai membuat Bejo tergila-gila. Masih waraskah aku ini Gusti ? Bejo bertanya kepada Tuhan.
Kok ya, aku ini lama-lama seperti si pungguk merindukan bulan. Mustahil. Hanya keajaiban yang bisa membuat Cal jatuh cinta kepadaku. Atau aku harus mengubah nasib menjadi pegawai kantoran dulu untuk membuat Cal jatuh hati padaku ? Hm..Bejo berandai-andai.
Yo wislah..terima nasib saja..cinta memang tidak harus memiliki, meskipun mencintai fotonya saja..Bejo geleng-geleng kepala sambil tersenyum-senyum sendiri. Edan..semua gara-gara facebook !!
Keinginannya kuat untuk bisa menemukan kembali teman-teman sekolahnya jaman SD dan SMP dulu. O,ya..Bejo tidak sempat mencicipi bangku SMA karena kepentok biaya orang tuanya yang kembang kempis.
Sebenarnya, Bejo cukup cerdas dan rasa ingin tahunya sangat besar. Hobbynya membaca apa saja, dari koran bekas, majalah bekas sampai buku-buku bekas yang dipinjam dari majikannya yang punya rumah makan dibaca tuntas dengan lahap.
Pendidikan rendah bukan alasan Bejo untuk berhenti belajar, justru menjadi pemicunya untuk maju dan berkembang. Bejo tidak malu bertanya apa saja yang belum dipahaminya, termasuk ketika dia ingin punya akun facebook.
“Facebook itu apa, toh mas ?,” tanya Bejo suatu hari kepada Rendy, anak majikannya.
“Gimana neranginnya, ya..kira-kira kamu ngerti nggak kalau aku jelasin ?,” jawab Rendy sambil senyum-senyum setengah mengejek.
“Saya sering lihat berita, Mas..kok banyak penculikan gara-gara facebook, saya jadi penasaran..kalau dilihat dari artinya facebook itu kan buku rai (= bahasa jawa yang artinya buku wajah), to Mas ? Kok bisa buku wajah menculik, gimana modus operandinya, ya Mas..?,” tanya Bejo serius.
“Facebook itu situs gaul di internet, kita bisa connect lagi sama teman-teman di jaman baheula, waktu masih anak-anak, dari TK, SD sampai sekarang, trus bisa juga dapet teman baru .., ngerti ?,” Rendy menerangkan sambil menahan tawa.
“Bisa ketemu teman jaman dulu, jaman saya sekolah di SD dan SMP, wah..penak tenan yo..teman-temanku wis do merantau je..asyik no nek bisa hubungan lagi..,” mata Bejo berbinar senang.
“Trus caranya gimana, Mas Rendy ? Mbok saya diajari..mau, ya Mas..nanti kan Mas dapat pahala kalau ngajarin saya…,” Bejo berharap dengan wajah memelas.
“Kamu mesti punya komputer, Bejo..setelah itu baru pakai HP kalo HP-mu bisa support fasilitas internet. Tapi biaya internetnya lumayan mahal, lho..atau kalo gak kamu bisa ke warnet aja..,” Rendy menyarankan.
“Okelah, kalau begitu, nanti saya diajari di warnet ya, Mas..,” ajak Bejo.
Rendy mengangguk. Sebenarnya di kamar Rendy ada laptop dilengkapi jaringan internet, tapi Rendy terlalu sayang kalau Bejo belajar pakai laptopnya, nanti kalau rusak bisa gawat, mau minta ganti sama siapa, wong penghasilannya Bejo sangat minim dari hasil parkir di rumah makannya.
Singkat kata, Bejo sudah bisa ber-facebook ria di warnet berkat pengajaran Rendy yang cukup sabar. Beberapa teman Bejo jaman sekolah dulu berhasil ditemukan. Bejo sangat senang sekali. Setiap pulang kerja mampir ke warnet untuk sekedar menyapa teman-temannya atau menulis status tentang apa yang ada di pikirannya.
Seperti hari itu, Bejo menuliskan statusnya di facebook dengan “Hari ini lumayan rame parkirnya, ada uang lebih buat ke warnet hehe..”, atau kali lain dia menuliskan “Kapan yo, aku nduwe pacar ? Durung payu je..” __ khas dengan bahasa Jawa-nya yang medhok.
Suatu hari, saat Bejo membuka daftar teman cewek dari temannya, Bejo terpesona dengan sebuah foto yang terpampang di profil teman dari temannya itu. Cantik dan sangat memikat hati Bejo. Bejo ingin mengenalnya lebih jauh dengan cewek itu, maka di-add-nya cewek itu dengan harapan di-confirm menjadi temannya.
Setelah cukup lama menunggu, ternyata si cewek meng-confirm Bejo untuk menjadi temannya. Betapa riang hati Bejo, bisa puas-puas memandangi foto-foto cewek itu yang cukup banyak di profilnya. Bejo manggut-manggut membaca info profil cewek tersebut yang berstatus sebagai mahasisiwi di salah satu kampus Jakarta. Wah..kok jauh, ya..Bejo garuk-garuk kepala. Namanya Calista Prameswari Tiviar. Hm..bagusnya aku memanggil apa ya, Bejo sibuk mencari nama panggilan sayang. Mungkin ‘Cal’ cukup bagus.
Sedikit banyak, sejak mengenal Cal di facebook, hidup Bejo semakin bergairah. Bekerja penuh semangat setelah itu cepat-cepat menuju warnet untuk sekedar melihat perkembangan Cal. Bejo sangat hafal hari ini Cal menulis status apa, gambar profilnya sudah ganti apa belum, di wall-nya ada tulisan apa, ada tambahan upload foto atau nggak, Bejo menyimak semuanya.
Secara tidak langsung, Bejo telah memantapkan hatinya sebagai penggemar rahasia Cal. Bejo belum punya keberanian untuk memberi komentar di status Cal yang hampir tiap hari di-update. Bejo takut salah memberi komentar atau nggak nyambung untuk gadis selevel Cal yang tergolong high class.
Bejo berangan-angan seandainya Cal adalah kekasih hatinya…waaa…betapa indahnya dunia. Tapi Bejo sadar diri, tukang parkir seperti dirinya paling banter dapat istri seorang pedagang pecel, atau bakul jamu, yang nggak jauh-jauh dengan nasibnya. Bukan mahasiswi seperti Cal. Apa kata dunia ? Perbedaan status yang mencolok sudah pasti tidak akan mendapatkan restu dari berbagai pihak. Aih..kok jadi ngelantur begini sih, Cal saja tidak mengenal Bejo kok..sudah ribut di angan-angan..
Cal..Cal..Cal..waduh, kenapa langit-langit kamar Bejo yang minimalis ( bener-bener minim maksudnya) penuh dengan bayangan wajah Cal seperti di foto profilnya ya ? Ada Cal yang lagi tersenyum, lagi kumpul sama teman-temannya, lagi nyetir mobil, lagi bercanda sama keluarganya..aih..semuanya menari-nari di pikiran Bejo ? Apa aku sudah benar-benar jatuh cinta ? Jatuh cinta sama foto gadis yang sama sekali belum pernah aku kenal ? Ahay..yang benar saja..
Bejo berpikir, kenapa di dunia ini harus ada perbedaan status sosial. Kenapa ada si kaya dan si miskin. Kenapa harus ada majikan dan pembantu. Kenapa ada perbedaan ? Dan kenapa juga si miskin itu aku ? Bolehkah aku menjadi si kaya ? Tapi bagaimana caranya ? Yang aku tahu dengan menjadi tukang parkir aku bisa dapat uang dan makan. Itu sudah cukup.
Akhir-akhir ini saja ada pengeluaran ekstra untuk ke warnet, jadi Bejo harus pintar-pintar mengatur uang untuk makan sehari-hari. Kalau pun harus terpaksa makan sama nasi dan kerupuk saja, asal bisa buat ke warnet satu jam saja, Bejo sudah cukup bahagia. Yang penting bisa melihat wajah cantik Cal walau hanya sesaat.
Duh Gusti..punya daya pikat apa ya gadis secantik Cal itu sampai membuat Bejo tergila-gila. Masih waraskah aku ini Gusti ? Bejo bertanya kepada Tuhan.
Kok ya, aku ini lama-lama seperti si pungguk merindukan bulan. Mustahil. Hanya keajaiban yang bisa membuat Cal jatuh cinta kepadaku. Atau aku harus mengubah nasib menjadi pegawai kantoran dulu untuk membuat Cal jatuh hati padaku ? Hm..Bejo berandai-andai.
Yo wislah..terima nasib saja..cinta memang tidak harus memiliki, meskipun mencintai fotonya saja..Bejo geleng-geleng kepala sambil tersenyum-senyum sendiri. Edan..semua gara-gara facebook !!
No comments:
Post a Comment