Thursday, April 01, 2010

Perawan Ting-ting vs Perjaka Tong-tong ?


Selama ini, keperawanan senantiasa disorot dan menjadi bahan perbincangan yang cukup fenomenal di negeri kita yang tercinta ini. Segala isu, fakta bahkan segala pernak-perniknya tiada akan habis untuk dibahas. Selalu menarik dan menyedot banyak perhatian walaupun kadang hanya sebatas bisik-bisik tetangga saja.

Idealnya, seorang perawan bersanding dengan seorang perjaka saat berada di pelaminan. Tapi apa yang terjadi acapkali tidak seideal yang diinginkan.

Perawan dapat duda ? Ada…

Perawan dapat laki-laki yang belum pernah menikah tapi sudah tidak perjaka ? Ada banget..

Perjaka dapat janda ? Banyak..

Perjaka dapat perawan ? Jarang banget..

Seberapa penting keperawanan dan keperjakaan itu ? Tergantung dari masing-masing individu tentunya.

Sebenarnya, yang terpenting adalah adanya kejujuran dalam mengakui status perawan atau perjaka tidaknya pasangan sebelum menikah. Beranikah mengakuinya ? Dibawah ini ada sebuah ilustrasi yang patut untuk kita renungkan..

Asttia adalah gadis manis yang lugu. Selama masa sekolah di SMA, dia belum pernah merasakan namanya pacaran. Sebenarnya banyak laki-laki yang ingin berkencan dengannya, tapi Asttia masih ingin konsentrasi sekolah hingga dewasa kelak.

Walaupun banyak teman-temannya yang sudah merasakan pacaran, Asttia tidak bergeming. Dia tetap pada pendiriannya.

Walau tidak dipungkiri, kadangkala ada sedikit rasa penasaran Asttia untuk bisa merasakan indahnya pacaran seperti yang biasa diceritakan teman-temannya.

Tapi rasa penasaran itu lambat laun terlupa karena prinsip yang dipegang teguh Asttia yaitu tidak mau hanya coba-coba pacaran. Apalagi dengan laki-laki sembarangan yang mengaku jatuh cinta kepadanya.

Lebih baik jadi high quality jomblo aja, daripada pacaran hanya untuk mengikuti trend gaya hidup. Hm..prinsip yang ok, kan..?

Semakin lama semakin banyak laki-laki yang ingin menjadikan Asttia sebagai pacar, tapi prinsip Asttia semakin teguh, bahkan kemudian meningkat untuk pacaran sekali seumur hidup, yaitu hanya dengan suaminya saja.

Otomatis, prinsip ini dibarengi dengan tekad untuk mempersembahkan kesuciannya hanya untuk suaminya kelak. Karena itu, Asttia cukup selektif memilih calon pendamping hidupnya. Tak peduli beberapa teman-teman perempuannya mengolok-olok Asttia belum pernah pacaran, belum pernah berkencan dan belum pernah ciuman.

“Emang kalau belum pernah pacaran kenapa ? Siapa yang mengharuskan masa muda harus diisi dengan pacaran ?,” Asttia tidak ambil pusing.

“Toh, yang menjalani hidup ini aku, yang tahu gimana-gimana juga aku, kenapa orang lain harus ikut pusing ? Bodo amat !!,” ujar Asttia pada dirinya sendiri.

Singkat cerita, pada saat kuliah semester tujuh, Asttia baru mulai merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Debar-debar aneh dirasakan saat bertemu sang pujaan hati dan ada keinginan untuk menjalin hubungan cinta yang serius. Indah nian..

Laki-laki yang berhasil merebut hati Asttia ini adalah laki-laki pilihan, yang betul-betul sesuai dengan keinginan standart Asttia. Wajah tampan rupawan, pendiam, baik hati dan bukan tipe laki-laki yang suka aneh-aneh.

Asttia sudah mantap pada pilihannya dan siap untuk menjadi istri dari laki-laki itu. Namun kemantapan hati itu berubah kala ada sebuah pengakuan yang mengejutkan dari laki-laki yang dicintainya itu. Sebuah cerita masa lalu yang membuat Asttia bimbang dan ragu. Inikah cinta pertama dan terakhirnya ?

Tuhan, apa yang harus aku perbuat ? Asttia memohon petunjuk kepada yang Maha Kuasa.

“Aku sudah menjaga tubuhku dengan sedemikian rupa, hanya akan mempersembahkan keperawananku untuk suamiku kelak, tapi kenapa calon suamiku tidak mampu menjaga keperjakaannya ?”

Ternyata laki-laki yang dicintainya mengaku sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum waktunya dengan seorang perempuan terdahulu, sebelum mengenal Asttia. Astaga..!

Memang, selama bersama Asttia, laki-laki itu tidak pernah bersikap kurang ajar dalam memaknai kata cinta. Bahkan laki-laki itu juga menghargai prinsip Asttia untuk tidak dijamah sebelum menikah.

Mungkin karena sikap Asttia inilah, yang yang pada akhirnya membuat laki-laki itu berani mengakui masa lalunya tanpa Asttia meminta. Sebuah kejujuran yang cukup menyakitkan. Asttia tahu dan paham ada nada penyesalan saat laki-laki itu bercerita. Bahkan ada tetes air mata dari pipi laki-laki yang dicintainya itu.

“Aku khilaf, waktu itu aku masih muda dan selalu ingin coba-coba..perempuan itu sangat agresif dan sebagai laki-laki aku tak kuasa untuk menolak. Mungkin beda ceritanya, kalau wanita itu adalah kamu Asttia..demi Tuhan aku sangat mencintaimu..maukah kamu menerima diriku apa adanya ?”

Asttia pun tak kuasa menahan air matanya. Keduanya terhanyut dalam tangis. Tangis penyesalan laki-laki itu dan tangis kekecewaan Asttia. Bagaimana aku harus bersikap ? Asttia bingung menentukan langkahnya..kebingungannya tercurah dalam buku diary-nya.

Dear Diary…
Aku hanyalah manusia biasa. Aku masih bisa menangis dan tertawa. Berlebihankah aku jika punya suatu tuntutan atas keinginanku dari hati yang paling dalam ?

Selama ini aku sudah mengorbankan seluruh perasaanku untuk menjadi seorang istri yang masih ‘suci’ untuk suamiku nanti. Tapi apa aku bisa terima jika suamiku sudah tidak ‘suci’ lagi ?

Adalah cita-citaku untuk mendapatkan seorang perjaka untuk mendampingi keperawananku, apa itu salah ?

Aku memang bukan malaikat, aku bisa kecewa dan terluka. Kejujuran ini terasa sangat menyayat dan membuat hatiku terluka.

Namun, sedikit terselip rasa bangga atas kejujurannya mengakui semuanya. Dia benar-benar menyayangiku. Dia tidak ingin membohongiku, dia mau mengambil resiko seandainya kejujurannya membuatku untuk berpaling.

Tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku lagi.

Masihkah keperjakaan itu penting bagiku ? Sedangkan dia adalah sosok yang selama ini kudamba. Masihkah aku akan mencari sosok perjaka yang lain ? Kemana lagi aku akan mencari ?

Bukannya aku sok suci atau merasa paling benar dengan keperawanan yang berhasil aku pertahankan, tapi rasa ini begitu mengganjal pikiranku..

Argh..aku bingung, Diary..apa yang harus aku perbuat ? Berikan aku waktu untuk berpikir..

Sekian lama setelah merenung cukup lama, dan laki-laki itu mau bersabar menunggu apa jawaban Asttia, pada akhirnya Asttia tidak mempermasalahkan status keperjakaan laki-laki yang dicintainya itu.

“Manusia bisa bersalah dan terperangkap dalam dosa, tapi itu masa lalu. Mari kita bangun masa depan bersama, jadikan cermin masa lalu untuk masa depan yang lebih baik lagi. Jangan diingat-ingat lagi dan jangan pernah ingin untuk kembali dan mengulanginya. Kuampuni masa lalumu dan aku ingin hidup bersamamu selalu..karena aku sadar, Tuhan pun Maha pengampun..”

Tangis telah berubah menjadi tawa kebahagiaan. Lebur bersama rasa ikhlas Asttia menerima semuanya. Laki-laki itu pun berjanji untuk tidak membuat hati Asttia terluka lagi..

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...