Sebut saja namaku Jodi. Bukan, bukan Jodi yang jadi judul lagunya Wali band yang artinya jomblo ditinggal mati. Aku Jodi yang masih setia jadi anggota Jojoba alias jomblo-jomblo bahagia. Benar bahagia ? Sejauh ini, ya..dengan mantap aku bisa menjawab aku bahagia menjadi jomblo.
Dalam kesendirianku, aku bisa menikmati kebebasanku sebagai laki-laki seutuhnya. Aku bisa bebas menghabiskan seharian waktuku di gym tanpa ada gangguan dering handphone.
“Jodi, sayang, lagi dimana ? Jemput aku di bla..bla..bla..tiiittt…”
Itu kisah dua tahun yang lalu. Apa ? Aku tersentak sendiri, kalau tidak salah dua tahun itu waktu yang lumayan lama ya ? Hebat..aku bisa melewatinya tanpa seorang wanita di sisiku. Ck..ck..ck..aku takjub pada diriku sendiri.
Kalau ada yang nanya, tidakkah aku kesepian dalam kesendirianku ini ? Dengan kuat akan kugelengkan kepalaku sebagai jawaban. Aku masih punya keluarga yang hangat, sahabat dan teman-teman yang tulus menyayangiku. Aku punya seabreg kegiatan di luar anggota jojoba yang berkaitan dengan hobby-ku, atau sekedar ikut meramaikan aktivitas sosial untuk mengukuhkan takdirku sebagai makhluk sosial.
Memang tak dapat dipungkiri, waktu bergerak begitu cepat sehingga tiba-tiba saja umurku sudah berkepala tiga. Pertanyaan kapan mengakhiri masa lajang sudah wira-wiri mampir di telingaku ini. Kapan ? Kapan ? Waduh, aku ingat pertanyaan seperti ini cukup membuatku resah gelisah kala itu. Selalu kucari-cari jawaban apa yang pas untuk aku lontarkan.
Tapi belakangan, aku cukup tersenyum saja menganggapi pertanyaan seperti itu. Sudah kelewat sering, jadi kuping ini sudah kebal dan hanya jadi tempat numpang lewat pertanyaan seperti itu.
“Jangan terlalu tenggelam dalam kesendirian, nanti jadi perjaka tua, lho..”
Perjaka tua ? Benarkah aku masih perjaka ? Hahaha..
“Kalau sudah menikah kan enak, mas Jodi, ada yang ngurus..”
Memang aku kelihatan berantakan ya, sampai harus diurus hehe..
“Nggak pengin punya Jodi junior, pasti lucu ya..”
Waduh, kalau soal ini aku punya banyak keponakan. Dan sementara ini aku sudah cukup terhibur tuh dengan kehadiran mereka.
Pokoknya macam-macam deh apresiasi atas status jomblo-ku ini. Sampai-sampai ada yang nekad mau jodohin aku dengan seorang wanita. Seperti jaman Siti Nurbaya aja deh..kasihan wanitanya kalau aku masih belum niat untuk segera menikah. Jomblo is the best..!!
Banyak teman-temanku yang sudah berkeluarga dan sudah punya anak. Tentunya banyak juga cerita diantara mereka. Ada yang happy after married, ada yang merasa kebebasannya terkekang setelah menikah, ada yang sedang gonjang-ganjing dan ingin bercerai, ada yang sedang bermain api dengan selingkuhan, ada suami yang takut sama istri, ada yang jadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, ada yang menjadi super dad, wah..macam-macam deh..bahkan tak jarang rumah kontrakanku jadi base camp para suami yang malas pulang gara-gara lagi bertengkar sama istrinya. Wah..secara tak langsung aku jadi konsultan gratisan tentang perkawinan. Kadang bener, kadang banyak ngawurnya, lha wong aku juga masih awam dari pernikahan kok ditanyai saran, hehe..
Nggak munafik juga, saat malam-malam sendiri tapi kantuk belum juga datang, ada kerinduan dalam lubuk hati yang paling dalam, kapan ya aku bisa menikmati yang namanya pernikahan. Kalau sudah begini khayalanku melanglang buana kemana-mana, punya istri secantik bidadari, yang lembut dan baik hati serta tidak sombong, gemar menabung, bisa memberi anak-anak yang lucu dan pintar, rumah dan mobil yang indah, bahagia..ah pokoknya seperti di dongeng-dongeng yang biasa aku baca di buku Hans Christian Anderson jaman aku kecil dulu. Ideal banget pokoknya..
Tapi, sejauh aku belum menemukan seorang wanita yang benar-benar pas dihati, yang buat santai bisa, resmi juga bisa..( kayak iklan sarung aja hehe..) aku tidak akan terburu-buru untuk menikah.
Dulu aku pernah memasang target umur 27 tahun aku harus menikah, pada saat itu punya pacar namanya Prames, dan kepada Prames aku berharap bisa membangun masa depan bersamanya. Tapi kenyataan berkata lain, ketika Prames lebih memilih laki-laki lain yang sudah mapan pilihan orang tuanya. Seperti cerita di sinetron aja ya..dan celakanya aku jadi laki-laki terpuruk yang tidak menjadi pilihan. Cool, man..dunia belum berakhir karena seorang wanita kok, aku laki-laki yang masih bisa bangkit dari kegagalanku. Masih banyak yang bisa aku raih dalam hidupku ini.
Saat ini aku punya pekerjaan yang membuatku sangat happy menjalankannya. Gimana nggak happy, lha wong aku menjalankan profesi dari hobby kok. Orang-orang bilang aku seniman multi talented. Hampir semua bidang seni aku kuasai, dari melukis, menulis, menyanyi, menari bahkan menjadi sutradara teater. Aku sangat mensyukuri anugerah Tuhan yang tak terkira ini.
Dari sekian bakat yang aku punya, aku tetap harus memilih mana yang paling aku kuasai dan aku fokuskan untuk dikembangkan. Aku tidak ingin setengah-setengah menjalaninya. Aku jatuhkan pilihanku kepada melukis. Aku punya gallery dan beberapa kali sudah ikut pameran. Kadang-kadang, sebagai selingan beberapa tulisan artikel atau cerpenku sempat dimuat di majalah nasional. Sejauh ini penghasilanku cukup lumayan sebagai seorang jomblo. Tapi kalau sudah menikah nanti, tentunya aku harus lebih kerja keras lagi untuk menghidupi anak istriku kelak.
Hm..aku termasuk laki-laki yang bersih. Tidak mudah tergoda untuk menyalurkan nafsuku dengan jajan sembarangan. Tidak, aku masih takut sama Tuhan. Sejauh aku mampu, aku akan menjaga tubuh ini untuk istriku nanti. Walau banyak teman laki-lakiku yang mengajak untuk mencicipi indahnya surga dunia, aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan berolahraga di gym. Ada hasilnya lho, tubuhku cukup macho dan sehat. Itu yang terpenting.
Ah, ya..aku juga percaya pada karma. Apa yang akan kita tabur, apa yang kita tuai. Sebisa mungkin aku tidak mau menyakiti hati wanita, karena ibuku seorang wanita dan aku punya seorang adik perempuan. Aku sangat menyayangi mereka. Kalau aku membuat hati wanita terluka, itu sama artinya aku telah menyakiti ibu dan adik perempuanku. Aku tidak ingin kejadian buruk menimpa mereka. Tak akan kubiarkan.
Jadi untuk sementara, jangan tanya kenapa aku masih belum beranjak dari status jombloku ini, karena saat ini aku sedang mencari calon istri bukan hanya sebagai pacar. Kalau aku sudah menemukan belahan jiwaku, sudah pasti akan kutinggalkan keanggotaanku dari Jojoba. Dan nggak perlu juga aku masuk panti jomblo ( ada ya? ). Aku akan masuk anggota Susuba yaitu suami-suami bahagia. Hahaha..
Dalam kesendirianku, aku bisa menikmati kebebasanku sebagai laki-laki seutuhnya. Aku bisa bebas menghabiskan seharian waktuku di gym tanpa ada gangguan dering handphone.
“Jodi, sayang, lagi dimana ? Jemput aku di bla..bla..bla..tiiittt…”
Itu kisah dua tahun yang lalu. Apa ? Aku tersentak sendiri, kalau tidak salah dua tahun itu waktu yang lumayan lama ya ? Hebat..aku bisa melewatinya tanpa seorang wanita di sisiku. Ck..ck..ck..aku takjub pada diriku sendiri.
Kalau ada yang nanya, tidakkah aku kesepian dalam kesendirianku ini ? Dengan kuat akan kugelengkan kepalaku sebagai jawaban. Aku masih punya keluarga yang hangat, sahabat dan teman-teman yang tulus menyayangiku. Aku punya seabreg kegiatan di luar anggota jojoba yang berkaitan dengan hobby-ku, atau sekedar ikut meramaikan aktivitas sosial untuk mengukuhkan takdirku sebagai makhluk sosial.
Memang tak dapat dipungkiri, waktu bergerak begitu cepat sehingga tiba-tiba saja umurku sudah berkepala tiga. Pertanyaan kapan mengakhiri masa lajang sudah wira-wiri mampir di telingaku ini. Kapan ? Kapan ? Waduh, aku ingat pertanyaan seperti ini cukup membuatku resah gelisah kala itu. Selalu kucari-cari jawaban apa yang pas untuk aku lontarkan.
Tapi belakangan, aku cukup tersenyum saja menganggapi pertanyaan seperti itu. Sudah kelewat sering, jadi kuping ini sudah kebal dan hanya jadi tempat numpang lewat pertanyaan seperti itu.
“Jangan terlalu tenggelam dalam kesendirian, nanti jadi perjaka tua, lho..”
Perjaka tua ? Benarkah aku masih perjaka ? Hahaha..
“Kalau sudah menikah kan enak, mas Jodi, ada yang ngurus..”
Memang aku kelihatan berantakan ya, sampai harus diurus hehe..
“Nggak pengin punya Jodi junior, pasti lucu ya..”
Waduh, kalau soal ini aku punya banyak keponakan. Dan sementara ini aku sudah cukup terhibur tuh dengan kehadiran mereka.
Pokoknya macam-macam deh apresiasi atas status jomblo-ku ini. Sampai-sampai ada yang nekad mau jodohin aku dengan seorang wanita. Seperti jaman Siti Nurbaya aja deh..kasihan wanitanya kalau aku masih belum niat untuk segera menikah. Jomblo is the best..!!
Banyak teman-temanku yang sudah berkeluarga dan sudah punya anak. Tentunya banyak juga cerita diantara mereka. Ada yang happy after married, ada yang merasa kebebasannya terkekang setelah menikah, ada yang sedang gonjang-ganjing dan ingin bercerai, ada yang sedang bermain api dengan selingkuhan, ada suami yang takut sama istri, ada yang jadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, ada yang menjadi super dad, wah..macam-macam deh..bahkan tak jarang rumah kontrakanku jadi base camp para suami yang malas pulang gara-gara lagi bertengkar sama istrinya. Wah..secara tak langsung aku jadi konsultan gratisan tentang perkawinan. Kadang bener, kadang banyak ngawurnya, lha wong aku juga masih awam dari pernikahan kok ditanyai saran, hehe..
Nggak munafik juga, saat malam-malam sendiri tapi kantuk belum juga datang, ada kerinduan dalam lubuk hati yang paling dalam, kapan ya aku bisa menikmati yang namanya pernikahan. Kalau sudah begini khayalanku melanglang buana kemana-mana, punya istri secantik bidadari, yang lembut dan baik hati serta tidak sombong, gemar menabung, bisa memberi anak-anak yang lucu dan pintar, rumah dan mobil yang indah, bahagia..ah pokoknya seperti di dongeng-dongeng yang biasa aku baca di buku Hans Christian Anderson jaman aku kecil dulu. Ideal banget pokoknya..
Tapi, sejauh aku belum menemukan seorang wanita yang benar-benar pas dihati, yang buat santai bisa, resmi juga bisa..( kayak iklan sarung aja hehe..) aku tidak akan terburu-buru untuk menikah.
Dulu aku pernah memasang target umur 27 tahun aku harus menikah, pada saat itu punya pacar namanya Prames, dan kepada Prames aku berharap bisa membangun masa depan bersamanya. Tapi kenyataan berkata lain, ketika Prames lebih memilih laki-laki lain yang sudah mapan pilihan orang tuanya. Seperti cerita di sinetron aja ya..dan celakanya aku jadi laki-laki terpuruk yang tidak menjadi pilihan. Cool, man..dunia belum berakhir karena seorang wanita kok, aku laki-laki yang masih bisa bangkit dari kegagalanku. Masih banyak yang bisa aku raih dalam hidupku ini.
Saat ini aku punya pekerjaan yang membuatku sangat happy menjalankannya. Gimana nggak happy, lha wong aku menjalankan profesi dari hobby kok. Orang-orang bilang aku seniman multi talented. Hampir semua bidang seni aku kuasai, dari melukis, menulis, menyanyi, menari bahkan menjadi sutradara teater. Aku sangat mensyukuri anugerah Tuhan yang tak terkira ini.
Dari sekian bakat yang aku punya, aku tetap harus memilih mana yang paling aku kuasai dan aku fokuskan untuk dikembangkan. Aku tidak ingin setengah-setengah menjalaninya. Aku jatuhkan pilihanku kepada melukis. Aku punya gallery dan beberapa kali sudah ikut pameran. Kadang-kadang, sebagai selingan beberapa tulisan artikel atau cerpenku sempat dimuat di majalah nasional. Sejauh ini penghasilanku cukup lumayan sebagai seorang jomblo. Tapi kalau sudah menikah nanti, tentunya aku harus lebih kerja keras lagi untuk menghidupi anak istriku kelak.
Hm..aku termasuk laki-laki yang bersih. Tidak mudah tergoda untuk menyalurkan nafsuku dengan jajan sembarangan. Tidak, aku masih takut sama Tuhan. Sejauh aku mampu, aku akan menjaga tubuh ini untuk istriku nanti. Walau banyak teman laki-lakiku yang mengajak untuk mencicipi indahnya surga dunia, aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan berolahraga di gym. Ada hasilnya lho, tubuhku cukup macho dan sehat. Itu yang terpenting.
Ah, ya..aku juga percaya pada karma. Apa yang akan kita tabur, apa yang kita tuai. Sebisa mungkin aku tidak mau menyakiti hati wanita, karena ibuku seorang wanita dan aku punya seorang adik perempuan. Aku sangat menyayangi mereka. Kalau aku membuat hati wanita terluka, itu sama artinya aku telah menyakiti ibu dan adik perempuanku. Aku tidak ingin kejadian buruk menimpa mereka. Tak akan kubiarkan.
Jadi untuk sementara, jangan tanya kenapa aku masih belum beranjak dari status jombloku ini, karena saat ini aku sedang mencari calon istri bukan hanya sebagai pacar. Kalau aku sudah menemukan belahan jiwaku, sudah pasti akan kutinggalkan keanggotaanku dari Jojoba. Dan nggak perlu juga aku masuk panti jomblo ( ada ya? ). Aku akan masuk anggota Susuba yaitu suami-suami bahagia. Hahaha..
No comments:
Post a Comment