Monday, April 26, 2010

Selalu Ada Kata Maklum Saat Belajar


Waktu kecil, saat pertama kali belajar naik sepeda, aku terjatuh. Sakit, tapi aku bangkit lagi demi mewujudkan impianku bisa naik sepeda. Berulang-ulang kali terjatuh, lama-lama sakit itu semakin tidak terasa tertutup oleh cita-cita yang menggebu.

Betapa senangnya jika bisa naik sepeda, beriringan bersama teman-teman, bermain kemana saja kita suka. Sangat menyenangkan. Dan akhirnya, keinginan itu bisa terwujud ketika aku sudah bisa naik sepeda. Hoopla..setiap hari tiada henti aku naik sepeda sampai akhirnya bosan sendiri.

Mungkin, jika saat itu aku menyerah pada rasa sakit dan tidak mau belajar lagi, aku tidak akan pernah merasakan bagaimana asyiknya bisa naik sepeda. Tidak akan pernah.

Dan tentunya aku harus berterima kasih kepada ayah ( yang sekarang telah almarhum ), ibu, kakak-kakakku dan tetangga-tetangga yang saat itu riuh rendah menjadi supporter saat aku belajar naik sepeda.

Kata-kata semangat selalu dilontarkan,” Ayo..kamu bisa…”.

Dan saat aku terjatuh, ramai pula mereka berteriak,”Nggak papa, ayo coba lagi..maklum, namanya juga belajar..jangan menyeraahhh…”

Seperti tersihir, kata-kata itu seolah memberikan kekuatan yang luar biasa untuk kembali mencoba dan mencoba. Dan yang paling berkesan adalah kata ‘maklum’. Serasa disiram air hujan di panas yang terik, ada semacam pembelaan dan perlindungan dari kata itu. Ada pengertian dan pemahaman bahwa ini bukan suatu masalah. Ini bukan sesuatu yang penting untuk dijadikan suatu halangan.

Coba, jika saat itu kata-kata yang dilontarkan adalah,”Payah, baru segitu aja udah jatuh..kamu nggak akan bisa !”

Bisa jadi, mentalku langsung mengkeret dan terpengaruh oleh judge bahwa aku tidak akan bisa. Sebuah kata-kata yang meng-kerdilkan.

Tapi bisa juga watak kerasku akan menentang judge itu dan berontak sekalian membuktikan bahwa aku tidak sekerdil yang diucapkan ! Aku semakin tertantang untuk maju.

Tapi itu butuh waktu, tetap saja yang terjadi kala itu adalah mentalku yang down dan butuh spirit untuk bisa bangkit lagi.

Hm..jadi sebenarnya kata maklum itu mempunyai dampak untuk maju atau membuat kita jalan di tempat ya ? Karena ada kata maklum, serasa ada permisif untuk dimengerti, jadi ada rasa aman, jadi bisa santai dulu ah.. Tergantung situasi dan kondisi juga tentunya..

Ada kalanya, kita perlu shock terapi untuk maju. Tapi bukan berarti kata-kata yang meremehkan dan men-judge bahwa kita tidak bisa itu perlu. Sangat berbahaya dampaknya jika mendidik anak dengan pola seperti ini. Anak akan selalu merasa tidak mampu, pesimis dan useless. Alam bawah sadarnya merekam dan secara tidak langsung tergambar dalam perilaku dan sifatnya. Krisis percaya diri akan menderanya.

Lain halnya jika kita selalu mendorong, “Ayo, nak..kamu bisa, kamu hebat, pasti berhasil”. Kata-kata ini menjadi energi luar biasa yang mempengaruhi pola pikirnya untuk benar-benar hebat. Percaya dirinya akan tumbuh dan sikap optimis dengan sendirinya akan tercipta.

Apa yang kita ucapkan pada anak, itulah yang akan tercipta. Jika kita mengatakan” Kamu anak bodoh”, seumur hidup anak akan merasa dirinya bodoh dan kita bisa menuai kenyataan ucapan kita sendiri. Mau begitu ?

Satu lagi yang penting, biarkan anak punya mimpi dan cita-cita yang besar. Jangan pernah mematahkan impiannya hanya karena kita merasa tidak mampu. Sudah sepatutnya tugas orangtua untuk mendorong dan mencari jalan untuk si anak mewujudkan impian dan cita-citanya. Selalu support, dan hibur kala putus asa menyerang.

Kegagalan orang tua bukanlah kegagalan turunan. Jika kita gagal, tidak berarti anak juga akan gagal. Justru sebagai orangtua kita belajar dari kegagalan itu dan mencari cara yang lebih baik lagi. Bukan hak kita untuk men-judgekamu tidak bisa’ sekalipun itu adalah anak kita sendiri.

Saturday, April 24, 2010

Keajaiban Cinta


Asttia melingkari salah satu tanggal di kalender. Hm..beberapa hari lagi aku berulang tahun, bisiknya. Mau bikin acara apa ya..? Mungkin asyik juga kalau bikin pesta kebun bareng gank-ceweknya.

Tapi, tiba-tiba saja wajah sumringah Asttia sedikit meredup ketika teringat sesuatu. Ah, ya..keinginan itu tetap ada. Membara, bahkan sekarang semakin panas pijarnya. Walaupun masih samar dan belum ada gambaran, Asttia tetap punya keyakinan.

Diraihnya buku Diary warna pink-nya, buku wangi yang telah setia mengabdi untuk ditulisi dan menjadi tempat curahan hati Asttia selama ini. Walaupun tidak bisa mengutarakan bahasanya, buku diary itu telah memilih menjadi saksi bisu yang sah untuknya. Hal yang paling rahasia dari Asttia disimpannya rapat-rapat dan tak mungkin disiarkannya. Kesetiaan sebuah buku diary..hm..

Asttia kembali membaca resolusinya di tahun itu, berikut kutipannya :

Yogya, awal tahun 1999

Dear Diary,
Tahun sudah berganti lagi. Nggak ada yang beda sebenarnya, hanya ganti angka dan ganti kalender aja..Tak ada momen yang khusus di tahun yang lalu, semuanya mengalir begitu saja. Tak ada rencana yang istimewa dan tak ada yang sia-sia..

Sama, semuanya sama. Aku masih saja sendiri, masih tetap menjadi anggota ICMMI (Ikatan Cewek Malam Minggu Ijen), masih menjabat predikat HQJ (High Quality Jomblo) dan aktif di organisasi JOJOBA (Jomblo Jomblo Bahagia). Aku bahagia menjalani semuanya. Walau kadang ada tanya dalam hatiku, kapan ya aku punya tambatan hati ?Usiaku sudah kepala dua nih..

Duhai, adakah Pangeran tampan baik hati di luar sana yang mau membawaku keluar dari status single jadi in a relationship, syukur-syukur sampai ke married ? Ah..kapan, ya..

Diary…
Sebenarnya, bukannya aku nggak laku-laku amat, ada beberapa cowok yang mengutarakan perasaannya padaku, tapi aku tidak bisa sehati dengan mereka. Nggak tahu kenapa, pokoke aku nggak sreg aja. Dan aku bukan cewek yang suka berpura-pura, kalau kata hatiku bilang tidak, aku pasti berkata tidak juga…daripada menjalankan suatu hubungan semu, ya nggak ? Enggak deh, lebih baik aku sendiri tapi bahagia daripada berdua tapi tidak bahagia.


Aku tetap akan menunggu Pangeranku, sampai kapanpun juga, dan selama aku belum menemukan orang yang sesuai dengan yang aku inginkan, aku tidak akan pernah menyerah. Berikut ini kriteria laki-laki yang aku dambakan :

  • Seiman

  • Wajah ‘good looking’

  • Lebih tinggi dari aku (postur tubuhnya)

  • Anak Teknik PTN

  • Bintang Pisces

  • Baik hati dan tidak sombong

Terlalu lebay, nggak Diary ? Kurasa enggak, ya..boleh dong aku menentukan kriteria sendiri. Karena aku tahu apa yang kumau. Tak peduli orang mau bilang apa, lha wong yang mau ngejalanin aku kok, kenapa orang lain harus ikut pusing. Selama tidak merugikan orang lain, ya toh ?

Trus, kenapa harus berbintang Pisces ? Mungkin itu pertanyaanmu, ya Diary..jawabannya sederhana, hanya laki-laki berbintang Pisces yang mampu mengimbangi watak keras Cancer-ku..

Ah, ya..satu lagi, saat aku ulang tahun nanti, laki-laki idaman itu harus sudah ada. Dan aku sudah berkomitmen bahwa laki-laki itu akan menjadi pacar pertama dan terakhirku. Artinya, hanya dia calon suamiku kelak. Jadi, selama belum ada laki-laki yang memenuhi kriteria di atas, aku akan tetap menjadi jomblo sejati..


Asttia tertegun. Itu resolusinya di awal tahun baru, sekarang sudah hampir pertengahan tahun dan tinggal beberapa hari lagi dirinya berulang tahun. Tapi kenapa belum ada gambaran siapa calon pendampingnya ? Tanda-tanda menampakkan batang hidungnya juga belum ada sama sekali. Pangeran itu tetap ada di negeri antah berantah, atau masih jadi kodok ya ? Dengan harapan suatu saat jadi pangeran betulan tentunya.

Argh..daripada pusing, lebih baik menyusun rencana untuk ulang tahun nanti. Bukan pesta ulang tahun yang megah, sederhana saja dirayakan dengan keluarga, kerabat dan para sahabat. Sekedar berkumpul untuk mengingat bahwa di tanggal itu pernah lahir seorang bayi perempuan 21 tahun yang lalu. Asttia Prameswari Tivia. Mengenang, merayakan dan bersyukur. Itu sudah cukup. Tidak perlu berlebihan.


12 Juli 1999, Pagi

Pagi-pagi benar, Asttia sudah bangun. Berdoa syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan merasakan umur 21 tahun. Umur transisi dari remaja menjadi wanita dewasa seutuhnya. Harus semakin bijaksana dan lebih berguna untuk sesama, tekadnya.

Rani, sahabat Asttia sudah muncul pagi-pagi. Orang keenam yang mengucapkan ulang tahun setelah ibu dan kakak-kakak Asttia.

“Tia, ikut paduan suara, yuk..gabungan sama mudika lingkungan lain, lho..rame..untuk konser amal pemain saxophone terkenal Embong Raharjo di gereja kita bulan depan,” ajak Rani .

Asttia agak ragu-ragu menanggapinya.

“Hari ini ? Kok mendadak sekali undangannya,” ujar Asttia.

“Iya, nanti sore di gereja, acara ultahmu siang ini kan ?,” tanya Rani sambil tersenyum.

“Oke, deh..nanti aku ikut koor, “ jawab Asttia. Akhirnya.


12 Juli 1999, Siang hari

Acara ulang tahun Asttia berlangsung penuh keakraban dan banyak canda tawa. Semua bersyukur, gembira dan bahagia karena seorang Asttia pernah diciptakan.

“Yah..ulang tahun kok tidak ada somebody special, nih..mana, jangan diumpetin dong…,” goda teman-teman Asttia.

“Hey, aku belum berniat untuk keluar dari anggota ICMMI menemani kalian ya…,” balas Asttia disambut gelak tawa.

Meriah. Ditemani kue tart dan rujak party di kebun, sedikit nggak nyambung tapi cukup mudah untuk berdampingan. Ada cobek isi sambel rujak, buah-buahan, kue tart dan minuman ringan tanpa alkohol sedikit soda. Hm..


12 Juli 1999, Sore hari

Asttia dan Rani berangkat ke latihan koor di gereja. Hari itu merupakan hari pertama latihan. Banyak muda mudi lain yang belum dikenal Asttia. Matanya mencari-cari barangkali ada yang dikenalnya. Hanya beberapa yang dikenalnya, selebihnya kebanyakan wajah asing. Sejenak tatapan matanya bersiborok dengan pemuda ganteng di seberang sana. Aih..menawan sekali, dalam hati Asttia terpesona.

Jantung Asttia berdegup kencang ketika si ganteng dan teman-temannya berjalan ke arahnya ? Ada apa gerangan ?

“Halo, boleh kenalan, ya..kalian dari lingkungan mana ?,” teman si ganteng bertanya kepada Asttia dan Rani yang lagi bengong sambil berdiri.

“Oh, boleh..namaku Rani, dan ini temanku, tanya sendiri aja deh siapa namanya,” Rani menyikut tangan Asttia yang sedang curi pandang dengan si ganteng. Asttia tergagap dan lekas menyambut uluran tangan teman-teman si ganteng yang ternyata bernama Dimas, Ricky dan Jack. Si ganteng mengulurkan tangannya kearah Asttia paling akhir dari teman-temannya.

“Gareng..,” dia menyebutkan nama. Hah ? Asttia ternganga. Ganteng-ganteng begini namanya Gareng ? Nggak salah..? Seperti menyadari keterkejutan Asttia, si ganteng itu mengulurkan kembali tangannya.

“Kita ulangi kenalannya, namaku Garry…,” Asttia tersenyum. Ada-ada saja. Baru kali ini berkenalan sampai dua kali dengan orang yang sama. Lalu Asttia terlibat perbincangan dengan Garry dan teman-temannya. Ternyata mereka berasal dari tanah kelahiran Asttia dulu.

“Garry kuliah dimana ?,” Asttia memberanikan bertanya.

“Teknik Mesin UGM, kalau kamu dimana, As ?,” Garry balik bertanya.

“Kita satu kampus tapi beda fakultas..aku di Biologi,” Asttia senyum-senyum.

Dalam hati, Asttia menimbang-nimbang, Garry sudah masuk 4 kriterianya. Seiman, sudah pasti…lebih tinggi dari Asttia, betul..Good looking, jelas..Anak Teknik PTN, ini yang dicari..Hm..Asttia tinggal menanyakan bintangnya Pisces atau bukan dan mengenal lebih dekat apakah Garry termasuk laki-laki yang baik hati dan tidak sombong. Tapi Asttia merasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyakan horoskopnya. Terlalu dini dan tidak perlu terburu nafsu..

26 Juli 1999

Hari ini Asttia ada janji ke toko buku Gramedia dengan Garry. Semenjak perkenalannya di hari ulang tahunnya itu, Garry sudah bertandang ke rumah Asttia saat ada sembahyangan setahun dipanggilnya ayah Asttia oleh Tuhan. Asttia bahagia, Garry datang dengan temannya turut mendoakan ayahnya. Dan, diam-diam Asttia juga berdoa kepada Tuhan mungkinkah Garry orang yang dicarinya selama ini ?

Garry menjemput Asttia tepat pukul 10 pagi sesuai dengan janji. Mereka pergi ke Gramedia. Asttia mencari kado untuk Asih, temannya yang akan berulang tahun tanggal 29 nanti. Setelah mendapat kado yang dicari, Asttia melihat-lihat buku tentang horoskop.

“Mas Garry bintangnya apa ya ?,” Asttia bertanya.

“Bintang ? Duh, aku nggak percaya begituan. Aku nggak tahu bintangku apa.”

“Tanggal lahirnya kapan ?,” Asttia ingin tahu.

“Hm..19 Maret.., udah lewat..kenapa ?,” Garry tersenyum.

Asttia takjub. Ya, Tuhan..Pisces ! Benarkah ? Asttia belum sepenuhnya percaya, dibukanya kembali buku tentang horoskop yang menunjukkan tanggal lahir Garry adalah masuk bintang Pisces. Asttia tersenyum-senyum sendiri. Garry heran.

“Kenapa, sih ?,” Garry penasaran.

“Nggak papa…,pulang yuk..,” Asttia mengajak Garry segera beranjak.

“Kita makan siang dulu, ya..,”.ajak Garry.

“Dimana ?,” Asttia menyambut dengan gembira.

“Aku tahu tempat makan yang enak, suasananya juga ok..”

Sampai disana, ternyata memang tempat makan yang asyik. Ada saungnya, di atas kolam..hm..romantis. Angin sepoi-sepoi semilir di siang hari yang lumayan panas.

“Asttia, terlalu cepat nggak ya, kalau aku tanya, mau nggak kamu jadi pacarku ?”

“Apa ? Nggak salah, mas..kita belum lama kenal lho..”

“Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Kamu gadis impianku selama ini..kamu manis, baik dan pintar..”

“Aku belum bisa menjawab, mas..beri aku waktu untuk berpikir dulu ya..mungkin seminggu cukup ?”

“Okelah kalau begitu..mungkin kamu butuh waktu untuk menyelidiki siapa dan asal-usulku gimana ya..”

Asttia tersenyum tidak menjawab pertanyaan Garry. Kalau mengikuti kata hatinya, jujur saja Asttia ingin segera menjawab “ya..ya..ya…”. tapi Asttia tidak ingin buru-buru. Masih ada satu kriteria yang harus dipenuhi Garry. Apakah dia memang laki-laki yang baik hati dan tidak sombong ?

Seminggu waktu yang dijanjikan, Garry menagih jawaban Asttia.

“Gimana ?,” tanya Garry harap-harap cemas.

“Hm..gimana ya, kalau nggak juga nggak papa kan ?,” Asttia sengaja menggoda Garry.

“Yah..apa boleh buat, aku tidak memaksa..nggak juga nggak papa,” Garry menunduk.

“Jawabanku..eng..enggak..,” Asttia menatap Garry. Ada rasa iba telah mempermainkannya.

“Enggak nolak maksudnya…,” ucap Asttia kali ini. Asttia lega mendapati senyum terkembang dari bibir Garry.

“Sungguh ? Jadi kita jadian, nih ?,” Garry menggenggam jemari Asttia. Kepalanya mendongak ke atas langit.

“Ada bulan nggak, ya..,” matanya mencari-cari diikuti Asttia mendongak ke atas.

“Ih, kok jadi dangdut banget sih,” Asttia tertawa geli.

“Sekedar jadi saksi bisu saja..hehe..”.


11 Tahun Kemudian…

Asttia memandang dua laki-laki yang telah menjadi bagian hidupnya. Garry yang telah menjadi suami, dan Bagas buah hati Asttia dan Garry yang sebentar lagi berumur 3 tahun.

Asttia takjub, resolusi targetnya akan pasangan hidup dahulu menjadi nyata dalam diri Garry. Garry-lah pangeran baik hati dan tidak sombong yang dicarinya selama ini. Setidaknya hal itu telah telah terbukti selama 5 tahun perkawinannya dengan Garry. Asttia bahagia..

Monday, April 12, 2010

Ratapan Ibu Tiri


Menjadi seorang ibu tiri adalah pilihan yang sudah diambil oleh Gina. Sebut saja namanya begitu. Pada awalnya memang tidak mudah mengubah paradigma ibu tiri yang jahat di benak anak-anak dari suaminya, dua orang perempuan dan satu orang laki-laki yang masih menyandang status sebagai pelajar SMA, SMP dan SD.

Gina menyadari sepenuhnya bahwa langkah yang diambilnya sudah pasti akan banyak menemui kerikil-kerikil tajam yang cukup menusuk. Tapi tekadnya sudah bulat, apapun resiko yang terbentang didepannya akan dihadapi dengan sekuat tenaga. Ia yakin, maksud baik pasti akan berbuah kebaikan pula.

Banyak pertentangan atas pernikahan Gina dengan suaminya, yang berstatus duda karena istrinya meninggal dunia tiga tahun yang lalu. Dari pihak Gina sendiri, banyak yang menyangsikan pilihannya. Gina masih berstatus gadis ketika memilih seorang duda beranak tiga.

Apa yang dicari ? Bisik-bisik tetangga menyebutkan aset kekayaan sang duda ada bermilyar-milyar rupiah yang mengukuhkan tuduhan bahwa Gina mau mengincar harta sang duda saja. Dalam hal ini, Gina tutup telinga dan mata saja. Terserah orang mau bilang apa, aku yang paling tahu dengan pilihanku.

Dari pihak suami, ada kekhawatiran dari anak-anak suaminya, ketika mengetahui sosok pengganti ibu kandung mereka. Mereka takut sang ibu tiri adalah sosok yang sangat kejam dan gemar menyiksa seperti di cerita bawang merah dan bawang putih.

Tapi kekuatan cinta Gina dan suaminya berhasil menerobos segala kekhawatiran itu. Mereka yakin pada kekuatan cinta mereka. Mereka akan membuktikan segala paradigma yang ada selama ini adalah salah.

Ini bukan dongeng bawang merah bawang putih, tapi ini adalah episode nyata tentang kehidupan yang baru. Baru bagi Gina dalam dunia pernikahan, dan baru bagi suaminya dalam melanjutkan kehidupannya pasca kematian istrinya serta baru bagi anak-anak yang masih lekat akan figur sempurna ibu kandungnya. Sedih tidak boleh berlarut-larut, life must go on.

Gina masih ingat sorot mata anak-anak tirinya ketika melihat kehadirannya di rumah besar mereka. Sorot tajam penuh tanda tanya, ada juga sorot kekhawatiran sekaligus ragu-ragu yang dapat Gina tangkap. Gina melemparkan senyum. Senyum tulus kepada mereka, tapi dibalas dengan lenguhan dan buang muka. Gina sudah menduga. Tak apa, ini baru langkah awal. Gina tak akan mundur.

Gina menikmati status barunya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu tiri. Usia mudanya yang masih dibawah kepala tiga, tak mampu menyembunyikan kedewasaannya.

Gina adalah sosok yang mandiri dan rajin. Kegemarannya memasak dikembangkan Gina dibantu oleh mbok Nah, pembantu setia dari sejak istri pertama suaminya masih hidup. Gina mendapatkan banyak referensi dari Mbok Nah yang mengenal kebiasaan anak-anak tirinya.

Si sulung, suka aneka macam mie, si tengah suka makanan yang pedas-pedas, sedangkan si bungsu suka makanan yang manis-manis. Gina bereksplorasi meracik aneka makanan. Pada awalnya, kerja keras Gina tidak dihargai oleh anak-anak tirinya. Mereka lebih senang makan di luar rumah. Masakan Gina sama sekali tidak disentuh !

Kekecewaan jelas dirasakan Gina, tapi Gina sadar, tidak seharusnya antipati dibalas dengan antipati pula. Anak-anak tirinya sedang beradaptasi, biarkan mereka berproses dan mengenal Gina sepenuhnya. Selama ini pandangan mereka tentang Gina masih tertutup oleh anggapan-anggapan yang telah tertanam di benak mereka.

Yang penting, Gina tetap baik dengan mereka. Mencoba menjalankan peran sebagai seorang ibu sekalipun figur ibu kandungnya tidak akan pernah terganti. Gina hanya ingin memberi warna baru dalam kehidupan anak-anak tirinya dengan cinta yang sempat hilang sepeninggal ibu kandung mereka.

Gina selalu menebar cinta, bersabar dan selalu berusaha mengerti akan kebutuhan anak-anak tirinya. Sesekali Gina menawarkan diri untuk mengantar mereka sekolah menggantikan tugas sopir pribadi mereka. Gina menjadi pendengar yang baik akan keluhan anak-anak tirinya. Gina menempatkan dirinya sebagai teman yang bisa diajak berbagi cerita dan bertukar pikiran. Gina belajar menjadi sosok yang asyik dan dirindukan. Lambat laun, terbentuk suatu kecocokan aura antara Gina dan anak-anak tirinya.

Pada dasarnya ada kebutuhan yang sama diantara anak-anak tirinya dan Gina. Cinta. Semuanya membutuhkan cinta. Gina ingin diakui keberadaannya, paling tidak dia dianggap ada bukan hanya sebagai bayang-bayang ibu tiri yang menjengkelkan. Gina ingin kehadirannya senantiasa didambakan dan menjadi bagian hidup anak-anak tirinya yang sempat terpenggal oleh duka kehilangan figur ibu kandungnya.

Gina sepenuhnya paham, usia anak-anak tirinya yang remaja dan beranjak remaja membutuhkan perhatian ekstra yang tidak mudah. Gina harus mengerti gejolak masa remaja mereka yang menuntut perhatian lebih dan sedang gencar-gencarnya mencari apa itu jati diri.

Gina paham, dirinya pernah muda, dan sekarangpun sebenarnya dirinya masih muda dan tidak terpaut jauh usia dengan anak-anak tirinya. Itu pula alasan Gina tidak terlalu memusingkan jika mereka lebih suka memanggilnya tante daripada ibu atau mama. Tak mengapa, Gina merasa dirinya belum layak untuk menggeser posisi ibu kandung mereka.

Paling tidak, Gina sudah bahagia bisa melihat senyum terkembang di sudut bibir anak-anak tirinya saat menyadari kehadirannya kini, senyum yang susah ditemukan saat pertama-tama Gina masuk dalam kehidupan mereka. Walaupun masih senyum tipis, tapi Gina yakin, suatu saat nanti senyum itu akan melebar dan lambat laun akan berubah menjadi tawa yang sangat menyejukkan hati. Gina yakin.

Dan, satu lagi keyakinan Gina, tidak akan pernah lagi didengarnya lagu yang biasa dilantunkan anak-anak tirinya saat-saat pertama mereka bertemu, yang dinyanyikan keras-keras untuk menyindirnya..

Oh..ibu tiri hanya cinta kepada ayahku saja..
Tidak, Gina akan mengubah lagi itu menjadi lagunya Joy Tobing yang begini…

Dan bila..aku berdiri tegar sampai hari ini..
Bukan karena kuat dan hebatku..
Semua karena cinta…

Friday, April 09, 2010

Universitas Buaya Darat

Menurut wikipedia bahasa Indonesia, buaya adalah hewan reptil besar yang hidup di air tawar seperti di sungai, danau, rawa-rawa, namun ada pula buaya yang hidup di air payau seperti buaya muara. Dari bentuknya saja, orang ngeri melihatnya apalagi kalau sampai diserang binatang yang termasuk buas itu. Waduh, jangan sampai ya..diburu buaya !

Tapi, apa iya ada buaya yang hidup di darat ? Emang ada ya buaya darat ? Kalau ini sih, hanya istilah untuk menyebut laki-laki yang suka mempermainkan perasaan wanita alias si laki-laki hidung belang yang berkerabat dengan si mata keranjang temannya si playboy cap duren tiga (minjem istilahnya mas Hilman di cerita Lupus).

Hm..cukup geregetan juga ya kalau menemui ‘makhluk’ satu ini. Pastinya harus hati-hati kalau menemui tipe laki-laki seperti ini. Ciri-ciri yang bisa dikenali dari tipe laki-laki buaya darat adalah :

Suka merayu

Rayuannya maut, dibumbui dengan pujian dan kata-kata hiperbola yang terasa sangat manis di telinga. Bahkan pada akhirnya ada ajakan untuk berbuat hal-hal yang tidak senonoh diawali pergi ke tempat sepi, kurang suka ada di keramaian, kalaupun mau yang ramai ke tempat ramai remang-remang seperti diskotik atau kafe plus-plus. Walah..

Penampilannya sangat keren plus necis

Biasanya pakaian yang dikenakan adalah model keluaran terbaru ditunjang dengan merk yang harganya selangit. Ditambah dengan gadget yang membuat ramai penampilannya seperti HP paling gress, jam tangan paling mutakhir, kaca mata hitam modis, dan pernak-pernik lain yang membuat penampilannya semakin ngejreng.

Wangi…

Biasanya si buaya darat ini suka membubuhkan parfum di sekujur tubuhnya sehingga kalau jalan, dari radius 10 meter orang sudah bisa mencium aromanya yang harum semerbak seperti satu botol parfum habis dipakainya. Hm..

Tidak Pelit

Pada awal-awal memulai suatu hubungan, si buaya darat gencar memberikan hadiah, mentraktir makan ke tempat yang mahal, mengajak piknik, pokoknya royal banget untuk bisa menggaet hati si korban. Segala cara ditempuh untuk membuat mangsanya klepek-klepek.

Romantis abis..

Sang target bisa terheran-heran tiba-tiba mendapati kiriman bunga dari si buaya darat walau cuma sekedar ucapan selamat hari Kamis bila tidak ada perayaan khusus. Atau tiba-tiba HP si target jadi sibuk dengan sms sekedar menanyakan lagi apa, sudah makan atau belum, lagi dimana, sama siapa, ngapain aja..waduh..membayangkan balas sms-nya aja udah pusing..

Ramah luar biasa

Gaya bicaranya asyik, nyambung kalau diajak bicara apa aja, selalu up to date dan gaul. Senyum selalu menghiasi bibirnya dan kadang tangannya ikut ramah ( = rajin menjamah ). Waduh..


Mungkin itu lima ciri-ciri yang bisa diingat untuk mengindikasikan tipe buaya darat yang paling mudah dikenali. Nggak mutlak sih, ada juga buaya darat yang cirinya menyimpang seperti di atas, tapi yang sering dijumpai adalah kelima ciri diatas.

Yang paling gampang, hati-hati aja kalau ketemu sama laki-laki yang suka merayu. Kalau cuma merayu sama pasangannya aja sih nggak masalah, lha ini suka merayu dimana-mana tidak pandang bulu. Kemana-mana bilang kalau dirinya itu tipe setia, nggak tahunya setia yang artinya setiap tikungan ada..gawat darurat nih !

Trus, kalau sudah terlanjur basah gimana nih solusinya ? Terlanjur jadi korban, dan sudah rugi lahir batin. Ya..ambil hikmahnya, jangan sampai mengulang kesalahan yang sama. Tentunya kita harus lebih waspada dan hati-hati. Sesekali, perlu juga si buaya darat diberi pelajaran untuk menyadarkannya. Atau kalau nggak, disekolahin di Universitas Buaya Darat seperti gambar di bawah ini..

Thursday, April 08, 2010

Jatuh Cinta Lewat Foto di Facebook


Sejak punya akun Facebook, sebut saja namanya Bejo, betah berlama-lama di depan layar komputer warnet dekat rumah makan tempatnya bekerja sebagai tukang parkir. Bisa dibilang, Bejo termasuk salah satu insan yang terkena imbas merakyatnya facebook.

Keinginannya kuat untuk bisa menemukan kembali teman-teman sekolahnya jaman SD dan SMP dulu. O,ya..Bejo tidak sempat mencicipi bangku SMA karena kepentok biaya orang tuanya yang kembang kempis.

Sebenarnya, Bejo cukup cerdas dan rasa ingin tahunya sangat besar. Hobbynya membaca apa saja, dari koran bekas, majalah bekas sampai buku-buku bekas yang dipinjam dari majikannya yang punya rumah makan dibaca tuntas dengan lahap.

Pendidikan rendah bukan alasan Bejo untuk berhenti belajar, justru menjadi pemicunya untuk maju dan berkembang. Bejo tidak malu bertanya apa saja yang belum dipahaminya, termasuk ketika dia ingin punya akun facebook.

“Facebook itu apa, toh mas ?,” tanya Bejo suatu hari kepada Rendy, anak majikannya.

“Gimana neranginnya, ya..kira-kira kamu ngerti nggak kalau aku jelasin ?,” jawab Rendy sambil senyum-senyum setengah mengejek.

“Saya sering lihat berita, Mas..kok banyak penculikan gara-gara facebook, saya jadi penasaran..kalau dilihat dari artinya facebook itu kan buku rai (= bahasa jawa yang artinya buku wajah), to Mas ? Kok bisa buku wajah menculik, gimana modus operandinya, ya Mas..?,” tanya Bejo serius.

“Facebook itu situs gaul di internet, kita bisa connect lagi sama teman-teman di jaman baheula, waktu masih anak-anak, dari TK, SD sampai sekarang, trus bisa juga dapet teman baru .., ngerti ?,” Rendy menerangkan sambil menahan tawa.

“Bisa ketemu teman jaman dulu, jaman saya sekolah di SD dan SMP, wah..penak tenan yo..teman-temanku wis do merantau je..asyik no nek bisa hubungan lagi..,” mata Bejo berbinar senang.

“Trus caranya gimana, Mas Rendy ? Mbok saya diajari..mau, ya Mas..nanti kan Mas dapat pahala kalau ngajarin saya…,” Bejo berharap dengan wajah memelas.

“Kamu mesti punya komputer, Bejo..setelah itu baru pakai HP kalo HP-mu bisa support fasilitas internet. Tapi biaya internetnya lumayan mahal, lho..atau kalo gak kamu bisa ke warnet aja..,” Rendy menyarankan.

“Okelah, kalau begitu, nanti saya diajari di warnet ya, Mas..,” ajak Bejo.

Rendy mengangguk. Sebenarnya di kamar Rendy ada laptop dilengkapi jaringan internet, tapi Rendy terlalu sayang kalau Bejo belajar pakai laptopnya, nanti kalau rusak bisa gawat, mau minta ganti sama siapa, wong penghasilannya Bejo sangat minim dari hasil parkir di rumah makannya.

Singkat kata, Bejo sudah bisa ber-facebook ria di warnet berkat pengajaran Rendy yang cukup sabar. Beberapa teman Bejo jaman sekolah dulu berhasil ditemukan. Bejo sangat senang sekali. Setiap pulang kerja mampir ke warnet untuk sekedar menyapa teman-temannya atau menulis status tentang apa yang ada di pikirannya.

Seperti hari itu, Bejo menuliskan statusnya di facebook dengan “Hari ini lumayan rame parkirnya, ada uang lebih buat ke warnet hehe..”, atau kali lain dia menuliskan “Kapan yo, aku nduwe pacar ? Durung payu je..” __ khas dengan bahasa Jawa-nya yang medhok.

Suatu hari, saat Bejo membuka daftar teman cewek dari temannya, Bejo terpesona dengan sebuah foto yang terpampang di profil teman dari temannya itu. Cantik dan sangat memikat hati Bejo. Bejo ingin mengenalnya lebih jauh dengan cewek itu, maka di-add-nya cewek itu dengan harapan di-confirm menjadi temannya.

Setelah cukup lama menunggu, ternyata si cewek meng-confirm Bejo untuk menjadi temannya. Betapa riang hati Bejo, bisa puas-puas memandangi foto-foto cewek itu yang cukup banyak di profilnya. Bejo manggut-manggut membaca info profil cewek tersebut yang berstatus sebagai mahasisiwi di salah satu kampus Jakarta. Wah..kok jauh, ya..Bejo garuk-garuk kepala. Namanya Calista Prameswari Tiviar. Hm..bagusnya aku memanggil apa ya, Bejo sibuk mencari nama panggilan sayang. Mungkin ‘Cal’ cukup bagus.

Sedikit banyak, sejak mengenal Cal di facebook, hidup Bejo semakin bergairah. Bekerja penuh semangat setelah itu cepat-cepat menuju warnet untuk sekedar melihat perkembangan Cal. Bejo sangat hafal hari ini Cal menulis status apa, gambar profilnya sudah ganti apa belum, di wall-nya ada tulisan apa, ada tambahan upload foto atau nggak, Bejo menyimak semuanya.

Secara tidak langsung, Bejo telah memantapkan hatinya sebagai penggemar rahasia Cal. Bejo belum punya keberanian untuk memberi komentar di status Cal yang hampir tiap hari di-update. Bejo takut salah memberi komentar atau nggak nyambung untuk gadis selevel Cal yang tergolong high class.

Bejo berangan-angan seandainya Cal adalah kekasih hatinya…waaa…betapa indahnya dunia. Tapi Bejo sadar diri, tukang parkir seperti dirinya paling banter dapat istri seorang pedagang pecel, atau bakul jamu, yang nggak jauh-jauh dengan nasibnya. Bukan mahasiswi seperti Cal. Apa kata dunia ? Perbedaan status yang mencolok sudah pasti tidak akan mendapatkan restu dari berbagai pihak. Aih..kok jadi ngelantur begini sih, Cal saja tidak mengenal Bejo kok..sudah ribut di angan-angan..

Cal..Cal..Cal..waduh, kenapa langit-langit kamar Bejo yang minimalis ( bener-bener minim maksudnya) penuh dengan bayangan wajah Cal seperti di foto profilnya ya ? Ada Cal yang lagi tersenyum, lagi kumpul sama teman-temannya, lagi nyetir mobil, lagi bercanda sama keluarganya..aih..semuanya menari-nari di pikiran Bejo ? Apa aku sudah benar-benar jatuh cinta ? Jatuh cinta sama foto gadis yang sama sekali belum pernah aku kenal ? Ahay..yang benar saja..

Bejo berpikir, kenapa di dunia ini harus ada perbedaan status sosial. Kenapa ada si kaya dan si miskin. Kenapa harus ada majikan dan pembantu. Kenapa ada perbedaan ? Dan kenapa juga si miskin itu aku ? Bolehkah aku menjadi si kaya ? Tapi bagaimana caranya ? Yang aku tahu dengan menjadi tukang parkir aku bisa dapat uang dan makan. Itu sudah cukup.

Akhir-akhir ini saja ada pengeluaran ekstra untuk ke warnet, jadi Bejo harus pintar-pintar mengatur uang untuk makan sehari-hari. Kalau pun harus terpaksa makan sama nasi dan kerupuk saja, asal bisa buat ke warnet satu jam saja, Bejo sudah cukup bahagia. Yang penting bisa melihat wajah cantik Cal walau hanya sesaat.

Duh Gusti..punya daya pikat apa ya gadis secantik Cal itu sampai membuat Bejo tergila-gila. Masih waraskah aku ini Gusti ? Bejo bertanya kepada Tuhan.

Kok ya, aku ini lama-lama seperti si pungguk merindukan bulan. Mustahil. Hanya keajaiban yang bisa membuat Cal jatuh cinta kepadaku. Atau aku harus mengubah nasib menjadi pegawai kantoran dulu untuk membuat Cal jatuh hati padaku ? Hm..Bejo berandai-andai.

Yo wislah..terima nasib saja..cinta memang tidak harus memiliki, meskipun mencintai fotonya saja..Bejo geleng-geleng kepala sambil tersenyum-senyum sendiri. Edan..semua gara-gara facebook !!

Saturday, April 03, 2010

Curhat Seorang Anggota Jojoba


Sebut saja namaku Jodi. Bukan, bukan Jodi yang jadi judul lagunya Wali band yang artinya jomblo ditinggal mati. Aku Jodi yang masih setia jadi anggota Jojoba alias jomblo-jomblo bahagia. Benar bahagia ? Sejauh ini, ya..dengan mantap aku bisa menjawab aku bahagia menjadi jomblo.

Dalam kesendirianku, aku bisa menikmati kebebasanku sebagai laki-laki seutuhnya. Aku bisa bebas menghabiskan seharian waktuku di gym tanpa ada gangguan dering handphone.

“Jodi, sayang, lagi dimana ? Jemput aku di bla..bla..bla..tiiittt…”

Itu kisah dua tahun yang lalu. Apa ? Aku tersentak sendiri, kalau tidak salah dua tahun itu waktu yang lumayan lama ya ? Hebat..aku bisa melewatinya tanpa seorang wanita di sisiku. Ck..ck..ck..aku takjub pada diriku sendiri.

Kalau ada yang nanya, tidakkah aku kesepian dalam kesendirianku ini ? Dengan kuat akan kugelengkan kepalaku sebagai jawaban. Aku masih punya keluarga yang hangat, sahabat dan teman-teman yang tulus menyayangiku. Aku punya seabreg kegiatan di luar anggota jojoba yang berkaitan dengan hobby-ku, atau sekedar ikut meramaikan aktivitas sosial untuk mengukuhkan takdirku sebagai makhluk sosial.

Memang tak dapat dipungkiri, waktu bergerak begitu cepat sehingga tiba-tiba saja umurku sudah berkepala tiga. Pertanyaan kapan mengakhiri masa lajang sudah wira-wiri mampir di telingaku ini. Kapan ? Kapan ? Waduh, aku ingat pertanyaan seperti ini cukup membuatku resah gelisah kala itu. Selalu kucari-cari jawaban apa yang pas untuk aku lontarkan.

Tapi belakangan, aku cukup tersenyum saja menganggapi pertanyaan seperti itu. Sudah kelewat sering, jadi kuping ini sudah kebal dan hanya jadi tempat numpang lewat pertanyaan seperti itu.

“Jangan terlalu tenggelam dalam kesendirian, nanti jadi perjaka tua, lho..”

Perjaka tua ? Benarkah aku masih perjaka ? Hahaha..

“Kalau sudah menikah kan enak, mas Jodi, ada yang ngurus..”

Memang aku kelihatan berantakan ya, sampai harus diurus hehe..

“Nggak pengin punya Jodi junior, pasti lucu ya..”

Waduh, kalau soal ini aku punya banyak keponakan. Dan sementara ini aku sudah cukup terhibur tuh dengan kehadiran mereka.

Pokoknya macam-macam deh apresiasi atas status jomblo-ku ini. Sampai-sampai ada yang nekad mau jodohin aku dengan seorang wanita. Seperti jaman Siti Nurbaya aja deh..kasihan wanitanya kalau aku masih belum niat untuk segera menikah. Jomblo is the best..!!

Banyak teman-temanku yang sudah berkeluarga dan sudah punya anak. Tentunya banyak juga cerita diantara mereka. Ada yang happy after married, ada yang merasa kebebasannya terkekang setelah menikah, ada yang sedang gonjang-ganjing dan ingin bercerai, ada yang sedang bermain api dengan selingkuhan, ada suami yang takut sama istri, ada yang jadi pelaku kekerasan dalam rumah tangga, ada yang menjadi super dad, wah..macam-macam deh..bahkan tak jarang rumah kontrakanku jadi base camp para suami yang malas pulang gara-gara lagi bertengkar sama istrinya. Wah..secara tak langsung aku jadi konsultan gratisan tentang perkawinan. Kadang bener, kadang banyak ngawurnya, lha wong aku juga masih awam dari pernikahan kok ditanyai saran, hehe..

Nggak munafik juga, saat malam-malam sendiri tapi kantuk belum juga datang, ada kerinduan dalam lubuk hati yang paling dalam, kapan ya aku bisa menikmati yang namanya pernikahan. Kalau sudah begini khayalanku melanglang buana kemana-mana, punya istri secantik bidadari, yang lembut dan baik hati serta tidak sombong, gemar menabung, bisa memberi anak-anak yang lucu dan pintar, rumah dan mobil yang indah, bahagia..ah pokoknya seperti di dongeng-dongeng yang biasa aku baca di buku Hans Christian Anderson jaman aku kecil dulu. Ideal banget pokoknya..

Tapi, sejauh aku belum menemukan seorang wanita yang benar-benar pas dihati, yang buat santai bisa, resmi juga bisa..( kayak iklan sarung aja hehe..) aku tidak akan terburu-buru untuk menikah.

Dulu aku pernah memasang target umur 27 tahun aku harus menikah, pada saat itu punya pacar namanya Prames, dan kepada Prames aku berharap bisa membangun masa depan bersamanya. Tapi kenyataan berkata lain, ketika Prames lebih memilih laki-laki lain yang sudah mapan pilihan orang tuanya. Seperti cerita di sinetron aja ya..dan celakanya aku jadi laki-laki terpuruk yang tidak menjadi pilihan. Cool, man..dunia belum berakhir karena seorang wanita kok, aku laki-laki yang masih bisa bangkit dari kegagalanku. Masih banyak yang bisa aku raih dalam hidupku ini.

Saat ini aku punya pekerjaan yang membuatku sangat happy menjalankannya. Gimana nggak happy, lha wong aku menjalankan profesi dari hobby kok. Orang-orang bilang aku seniman multi talented. Hampir semua bidang seni aku kuasai, dari melukis, menulis, menyanyi, menari bahkan menjadi sutradara teater. Aku sangat mensyukuri anugerah Tuhan yang tak terkira ini.

Dari sekian bakat yang aku punya, aku tetap harus memilih mana yang paling aku kuasai dan aku fokuskan untuk dikembangkan. Aku tidak ingin setengah-setengah menjalaninya. Aku jatuhkan pilihanku kepada melukis. Aku punya gallery dan beberapa kali sudah ikut pameran. Kadang-kadang, sebagai selingan beberapa tulisan artikel atau cerpenku sempat dimuat di majalah nasional. Sejauh ini penghasilanku cukup lumayan sebagai seorang jomblo. Tapi kalau sudah menikah nanti, tentunya aku harus lebih kerja keras lagi untuk menghidupi anak istriku kelak.

Hm..aku termasuk laki-laki yang bersih. Tidak mudah tergoda untuk menyalurkan nafsuku dengan jajan sembarangan. Tidak, aku masih takut sama Tuhan. Sejauh aku mampu, aku akan menjaga tubuh ini untuk istriku nanti. Walau banyak teman laki-lakiku yang mengajak untuk mencicipi indahnya surga dunia, aku lebih suka menghabiskan waktuku dengan berolahraga di gym. Ada hasilnya lho, tubuhku cukup macho dan sehat. Itu yang terpenting.

Ah, ya..aku juga percaya pada karma. Apa yang akan kita tabur, apa yang kita tuai. Sebisa mungkin aku tidak mau menyakiti hati wanita, karena ibuku seorang wanita dan aku punya seorang adik perempuan. Aku sangat menyayangi mereka. Kalau aku membuat hati wanita terluka, itu sama artinya aku telah menyakiti ibu dan adik perempuanku. Aku tidak ingin kejadian buruk menimpa mereka. Tak akan kubiarkan.

Jadi untuk sementara, jangan tanya kenapa aku masih belum beranjak dari status jombloku ini, karena saat ini aku sedang mencari calon istri bukan hanya sebagai pacar. Kalau aku sudah menemukan belahan jiwaku, sudah pasti akan kutinggalkan keanggotaanku dari Jojoba. Dan nggak perlu juga aku masuk panti jomblo ( ada ya? ). Aku akan masuk anggota Susuba yaitu suami-suami bahagia. Hahaha..

Thursday, April 01, 2010

Perawan Ting-ting vs Perjaka Tong-tong ?


Selama ini, keperawanan senantiasa disorot dan menjadi bahan perbincangan yang cukup fenomenal di negeri kita yang tercinta ini. Segala isu, fakta bahkan segala pernak-perniknya tiada akan habis untuk dibahas. Selalu menarik dan menyedot banyak perhatian walaupun kadang hanya sebatas bisik-bisik tetangga saja.

Idealnya, seorang perawan bersanding dengan seorang perjaka saat berada di pelaminan. Tapi apa yang terjadi acapkali tidak seideal yang diinginkan.

Perawan dapat duda ? Ada…

Perawan dapat laki-laki yang belum pernah menikah tapi sudah tidak perjaka ? Ada banget..

Perjaka dapat janda ? Banyak..

Perjaka dapat perawan ? Jarang banget..

Seberapa penting keperawanan dan keperjakaan itu ? Tergantung dari masing-masing individu tentunya.

Sebenarnya, yang terpenting adalah adanya kejujuran dalam mengakui status perawan atau perjaka tidaknya pasangan sebelum menikah. Beranikah mengakuinya ? Dibawah ini ada sebuah ilustrasi yang patut untuk kita renungkan..

Asttia adalah gadis manis yang lugu. Selama masa sekolah di SMA, dia belum pernah merasakan namanya pacaran. Sebenarnya banyak laki-laki yang ingin berkencan dengannya, tapi Asttia masih ingin konsentrasi sekolah hingga dewasa kelak.

Walaupun banyak teman-temannya yang sudah merasakan pacaran, Asttia tidak bergeming. Dia tetap pada pendiriannya.

Walau tidak dipungkiri, kadangkala ada sedikit rasa penasaran Asttia untuk bisa merasakan indahnya pacaran seperti yang biasa diceritakan teman-temannya.

Tapi rasa penasaran itu lambat laun terlupa karena prinsip yang dipegang teguh Asttia yaitu tidak mau hanya coba-coba pacaran. Apalagi dengan laki-laki sembarangan yang mengaku jatuh cinta kepadanya.

Lebih baik jadi high quality jomblo aja, daripada pacaran hanya untuk mengikuti trend gaya hidup. Hm..prinsip yang ok, kan..?

Semakin lama semakin banyak laki-laki yang ingin menjadikan Asttia sebagai pacar, tapi prinsip Asttia semakin teguh, bahkan kemudian meningkat untuk pacaran sekali seumur hidup, yaitu hanya dengan suaminya saja.

Otomatis, prinsip ini dibarengi dengan tekad untuk mempersembahkan kesuciannya hanya untuk suaminya kelak. Karena itu, Asttia cukup selektif memilih calon pendamping hidupnya. Tak peduli beberapa teman-teman perempuannya mengolok-olok Asttia belum pernah pacaran, belum pernah berkencan dan belum pernah ciuman.

“Emang kalau belum pernah pacaran kenapa ? Siapa yang mengharuskan masa muda harus diisi dengan pacaran ?,” Asttia tidak ambil pusing.

“Toh, yang menjalani hidup ini aku, yang tahu gimana-gimana juga aku, kenapa orang lain harus ikut pusing ? Bodo amat !!,” ujar Asttia pada dirinya sendiri.

Singkat cerita, pada saat kuliah semester tujuh, Asttia baru mulai merasakan jatuh cinta yang sesungguhnya. Debar-debar aneh dirasakan saat bertemu sang pujaan hati dan ada keinginan untuk menjalin hubungan cinta yang serius. Indah nian..

Laki-laki yang berhasil merebut hati Asttia ini adalah laki-laki pilihan, yang betul-betul sesuai dengan keinginan standart Asttia. Wajah tampan rupawan, pendiam, baik hati dan bukan tipe laki-laki yang suka aneh-aneh.

Asttia sudah mantap pada pilihannya dan siap untuk menjadi istri dari laki-laki itu. Namun kemantapan hati itu berubah kala ada sebuah pengakuan yang mengejutkan dari laki-laki yang dicintainya itu. Sebuah cerita masa lalu yang membuat Asttia bimbang dan ragu. Inikah cinta pertama dan terakhirnya ?

Tuhan, apa yang harus aku perbuat ? Asttia memohon petunjuk kepada yang Maha Kuasa.

“Aku sudah menjaga tubuhku dengan sedemikian rupa, hanya akan mempersembahkan keperawananku untuk suamiku kelak, tapi kenapa calon suamiku tidak mampu menjaga keperjakaannya ?”

Ternyata laki-laki yang dicintainya mengaku sudah pernah melakukan hubungan suami istri sebelum waktunya dengan seorang perempuan terdahulu, sebelum mengenal Asttia. Astaga..!

Memang, selama bersama Asttia, laki-laki itu tidak pernah bersikap kurang ajar dalam memaknai kata cinta. Bahkan laki-laki itu juga menghargai prinsip Asttia untuk tidak dijamah sebelum menikah.

Mungkin karena sikap Asttia inilah, yang yang pada akhirnya membuat laki-laki itu berani mengakui masa lalunya tanpa Asttia meminta. Sebuah kejujuran yang cukup menyakitkan. Asttia tahu dan paham ada nada penyesalan saat laki-laki itu bercerita. Bahkan ada tetes air mata dari pipi laki-laki yang dicintainya itu.

“Aku khilaf, waktu itu aku masih muda dan selalu ingin coba-coba..perempuan itu sangat agresif dan sebagai laki-laki aku tak kuasa untuk menolak. Mungkin beda ceritanya, kalau wanita itu adalah kamu Asttia..demi Tuhan aku sangat mencintaimu..maukah kamu menerima diriku apa adanya ?”

Asttia pun tak kuasa menahan air matanya. Keduanya terhanyut dalam tangis. Tangis penyesalan laki-laki itu dan tangis kekecewaan Asttia. Bagaimana aku harus bersikap ? Asttia bingung menentukan langkahnya..kebingungannya tercurah dalam buku diary-nya.

Dear Diary…
Aku hanyalah manusia biasa. Aku masih bisa menangis dan tertawa. Berlebihankah aku jika punya suatu tuntutan atas keinginanku dari hati yang paling dalam ?

Selama ini aku sudah mengorbankan seluruh perasaanku untuk menjadi seorang istri yang masih ‘suci’ untuk suamiku nanti. Tapi apa aku bisa terima jika suamiku sudah tidak ‘suci’ lagi ?

Adalah cita-citaku untuk mendapatkan seorang perjaka untuk mendampingi keperawananku, apa itu salah ?

Aku memang bukan malaikat, aku bisa kecewa dan terluka. Kejujuran ini terasa sangat menyayat dan membuat hatiku terluka.

Namun, sedikit terselip rasa bangga atas kejujurannya mengakui semuanya. Dia benar-benar menyayangiku. Dia tidak ingin membohongiku, dia mau mengambil resiko seandainya kejujurannya membuatku untuk berpaling.

Tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku lagi.

Masihkah keperjakaan itu penting bagiku ? Sedangkan dia adalah sosok yang selama ini kudamba. Masihkah aku akan mencari sosok perjaka yang lain ? Kemana lagi aku akan mencari ?

Bukannya aku sok suci atau merasa paling benar dengan keperawanan yang berhasil aku pertahankan, tapi rasa ini begitu mengganjal pikiranku..

Argh..aku bingung, Diary..apa yang harus aku perbuat ? Berikan aku waktu untuk berpikir..

Sekian lama setelah merenung cukup lama, dan laki-laki itu mau bersabar menunggu apa jawaban Asttia, pada akhirnya Asttia tidak mempermasalahkan status keperjakaan laki-laki yang dicintainya itu.

“Manusia bisa bersalah dan terperangkap dalam dosa, tapi itu masa lalu. Mari kita bangun masa depan bersama, jadikan cermin masa lalu untuk masa depan yang lebih baik lagi. Jangan diingat-ingat lagi dan jangan pernah ingin untuk kembali dan mengulanginya. Kuampuni masa lalumu dan aku ingin hidup bersamamu selalu..karena aku sadar, Tuhan pun Maha pengampun..”

Tangis telah berubah menjadi tawa kebahagiaan. Lebur bersama rasa ikhlas Asttia menerima semuanya. Laki-laki itu pun berjanji untuk tidak membuat hati Asttia terluka lagi..
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...