Tapi, tiba-tiba saja wajah sumringah Asttia sedikit meredup ketika teringat sesuatu. Ah, ya..keinginan itu tetap ada. Membara, bahkan sekarang semakin panas pijarnya. Walaupun masih samar dan belum ada gambaran, Asttia tetap punya keyakinan.
Diraihnya buku Diary warna pink-nya, buku wangi yang telah setia mengabdi untuk ditulisi dan menjadi tempat curahan hati Asttia selama ini. Walaupun tidak bisa mengutarakan bahasanya, buku diary itu telah memilih menjadi saksi bisu yang sah untuknya. Hal yang paling rahasia dari Asttia disimpannya rapat-rapat dan tak mungkin disiarkannya. Kesetiaan sebuah buku diary..hm..
Asttia kembali membaca resolusinya di tahun itu, berikut kutipannya :
Yogya, awal tahun 1999
Dear Diary,
Tahun sudah berganti lagi. Nggak ada yang beda sebenarnya, hanya ganti angka dan ganti kalender aja..Tak ada momen yang khusus di tahun yang lalu, semuanya mengalir begitu saja. Tak ada rencana yang istimewa dan tak ada yang sia-sia..
Sama, semuanya sama. Aku masih saja sendiri, masih tetap menjadi anggota ICMMI (Ikatan Cewek Malam Minggu Ijen), masih menjabat predikat HQJ (High Quality Jomblo) dan aktif di organisasi JOJOBA (Jomblo Jomblo Bahagia). Aku bahagia menjalani semuanya. Walau kadang ada tanya dalam hatiku, kapan ya aku punya tambatan hati ?Usiaku sudah kepala dua nih..
Duhai, adakah Pangeran tampan baik hati di luar sana yang mau membawaku keluar dari status single jadi in a relationship, syukur-syukur sampai ke married ? Ah..kapan, ya..
Diary…
Sebenarnya, bukannya aku nggak laku-laku amat, ada beberapa cowok yang mengutarakan perasaannya padaku, tapi aku tidak bisa sehati dengan mereka. Nggak tahu kenapa, pokoke aku nggak sreg aja. Dan aku bukan cewek yang suka berpura-pura, kalau kata hatiku bilang tidak, aku pasti berkata tidak juga…daripada menjalankan suatu hubungan semu, ya nggak ? Enggak deh, lebih baik aku sendiri tapi bahagia daripada berdua tapi tidak bahagia.
Aku tetap akan menunggu Pangeranku, sampai kapanpun juga, dan selama aku belum menemukan orang yang sesuai dengan yang aku inginkan, aku tidak akan pernah menyerah. Berikut ini kriteria laki-laki yang aku dambakan :
- Seiman
- Wajah ‘good looking’
- Lebih tinggi dari aku (postur tubuhnya)
- Anak Teknik PTN
- Bintang Pisces
- Baik hati dan tidak sombong
Terlalu lebay, nggak Diary ? Kurasa enggak, ya..boleh dong aku menentukan kriteria sendiri. Karena aku tahu apa yang kumau. Tak peduli orang mau bilang apa, lha wong yang mau ngejalanin aku kok, kenapa orang lain harus ikut pusing. Selama tidak merugikan orang lain, ya toh ?
Trus, kenapa harus berbintang Pisces ? Mungkin itu pertanyaanmu, ya Diary..jawabannya sederhana, hanya laki-laki berbintang Pisces yang mampu mengimbangi watak keras Cancer-ku..
Ah, ya..satu lagi, saat aku ulang tahun nanti, laki-laki idaman itu harus sudah ada. Dan aku sudah berkomitmen bahwa laki-laki itu akan menjadi pacar pertama dan terakhirku. Artinya, hanya dia calon suamiku kelak. Jadi, selama belum ada laki-laki yang memenuhi kriteria di atas, aku akan tetap menjadi jomblo sejati..
Asttia tertegun. Itu resolusinya di awal tahun baru, sekarang sudah hampir pertengahan tahun dan tinggal beberapa hari lagi dirinya berulang tahun. Tapi kenapa belum ada gambaran siapa calon pendampingnya ? Tanda-tanda menampakkan batang hidungnya juga belum ada sama sekali. Pangeran itu tetap ada di negeri antah berantah, atau masih jadi kodok ya ? Dengan harapan suatu saat jadi pangeran betulan tentunya.
Argh..daripada pusing, lebih baik menyusun rencana untuk ulang tahun nanti. Bukan pesta ulang tahun yang megah, sederhana saja dirayakan dengan keluarga, kerabat dan para sahabat. Sekedar berkumpul untuk mengingat bahwa di tanggal itu pernah lahir seorang bayi perempuan 21 tahun yang lalu. Asttia Prameswari Tivia. Mengenang, merayakan dan bersyukur. Itu sudah cukup. Tidak perlu berlebihan.
12 Juli 1999, Pagi
Pagi-pagi benar, Asttia sudah bangun. Berdoa syukur kepada Tuhan karena masih diberi kesempatan merasakan umur 21 tahun. Umur transisi dari remaja menjadi wanita dewasa seutuhnya. Harus semakin bijaksana dan lebih berguna untuk sesama, tekadnya.
Rani, sahabat Asttia sudah muncul pagi-pagi. Orang keenam yang mengucapkan ulang tahun setelah ibu dan kakak-kakak Asttia.
“Tia, ikut paduan suara, yuk..gabungan sama mudika lingkungan lain, lho..rame..untuk konser amal pemain saxophone terkenal Embong Raharjo di gereja kita bulan depan,” ajak Rani .
Asttia agak ragu-ragu menanggapinya.
“Hari ini ? Kok mendadak sekali undangannya,” ujar Asttia.
“Iya, nanti sore di gereja, acara ultahmu siang ini kan ?,” tanya Rani sambil tersenyum.
“Oke, deh..nanti aku ikut koor, “ jawab Asttia. Akhirnya.
12 Juli 1999, Siang hari
Acara ulang tahun Asttia berlangsung penuh keakraban dan banyak canda tawa. Semua bersyukur, gembira dan bahagia karena seorang Asttia pernah diciptakan.
“Yah..ulang tahun kok tidak ada somebody special, nih..mana, jangan diumpetin dong…,” goda teman-teman Asttia.
“Hey, aku belum berniat untuk keluar dari anggota ICMMI menemani kalian ya…,” balas Asttia disambut gelak tawa.
Meriah. Ditemani kue tart dan rujak party di kebun, sedikit nggak nyambung tapi cukup mudah untuk berdampingan. Ada cobek isi sambel rujak, buah-buahan, kue tart dan minuman ringan tanpa alkohol sedikit soda. Hm..
12 Juli 1999, Sore hari
Asttia dan Rani berangkat ke latihan koor di gereja. Hari itu merupakan hari pertama latihan. Banyak muda mudi lain yang belum dikenal Asttia. Matanya mencari-cari barangkali ada yang dikenalnya. Hanya beberapa yang dikenalnya, selebihnya kebanyakan wajah asing. Sejenak tatapan matanya bersiborok dengan pemuda ganteng di seberang sana. Aih..menawan sekali, dalam hati Asttia terpesona.
Jantung Asttia berdegup kencang ketika si ganteng dan teman-temannya berjalan ke arahnya ? Ada apa gerangan ?
“Halo, boleh kenalan, ya..kalian dari lingkungan mana ?,” teman si ganteng bertanya kepada Asttia dan Rani yang lagi bengong sambil berdiri.
“Oh, boleh..namaku Rani, dan ini temanku, tanya sendiri aja deh siapa namanya,” Rani menyikut tangan Asttia yang sedang curi pandang dengan si ganteng. Asttia tergagap dan lekas menyambut uluran tangan teman-teman si ganteng yang ternyata bernama Dimas, Ricky dan Jack. Si ganteng mengulurkan tangannya kearah Asttia paling akhir dari teman-temannya.
“Gareng..,” dia menyebutkan nama. Hah ? Asttia ternganga. Ganteng-ganteng begini namanya Gareng ? Nggak salah..? Seperti menyadari keterkejutan Asttia, si ganteng itu mengulurkan kembali tangannya.
“Kita ulangi kenalannya, namaku Garry…,” Asttia tersenyum. Ada-ada saja. Baru kali ini berkenalan sampai dua kali dengan orang yang sama. Lalu Asttia terlibat perbincangan dengan Garry dan teman-temannya. Ternyata mereka berasal dari tanah kelahiran Asttia dulu.
“Garry kuliah dimana ?,” Asttia memberanikan bertanya.
“Teknik Mesin UGM, kalau kamu dimana, As ?,” Garry balik bertanya.
“Kita satu kampus tapi beda fakultas..aku di Biologi,” Asttia senyum-senyum.
Dalam hati, Asttia menimbang-nimbang, Garry sudah masuk 4 kriterianya. Seiman, sudah pasti…lebih tinggi dari Asttia, betul..Good looking, jelas..Anak Teknik PTN, ini yang dicari..Hm..Asttia tinggal menanyakan bintangnya Pisces atau bukan dan mengenal lebih dekat apakah Garry termasuk laki-laki yang baik hati dan tidak sombong. Tapi Asttia merasa sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyakan horoskopnya. Terlalu dini dan tidak perlu terburu nafsu..
26 Juli 1999
Hari ini Asttia ada janji ke toko buku Gramedia dengan Garry. Semenjak perkenalannya di hari ulang tahunnya itu, Garry sudah bertandang ke rumah Asttia saat ada sembahyangan setahun dipanggilnya ayah Asttia oleh Tuhan. Asttia bahagia, Garry datang dengan temannya turut mendoakan ayahnya. Dan, diam-diam Asttia juga berdoa kepada Tuhan mungkinkah Garry orang yang dicarinya selama ini ?
Garry menjemput Asttia tepat pukul 10 pagi sesuai dengan janji. Mereka pergi ke Gramedia. Asttia mencari kado untuk Asih, temannya yang akan berulang tahun tanggal 29 nanti. Setelah mendapat kado yang dicari, Asttia melihat-lihat buku tentang horoskop.
“Mas Garry bintangnya apa ya ?,” Asttia bertanya.
“Bintang ? Duh, aku nggak percaya begituan. Aku nggak tahu bintangku apa.”
“Tanggal lahirnya kapan ?,” Asttia ingin tahu.
“Hm..19 Maret.., udah lewat..kenapa ?,” Garry tersenyum.
Asttia takjub. Ya, Tuhan..Pisces ! Benarkah ? Asttia belum sepenuhnya percaya, dibukanya kembali buku tentang horoskop yang menunjukkan tanggal lahir Garry adalah masuk bintang Pisces. Asttia tersenyum-senyum sendiri. Garry heran.
“Kenapa, sih ?,” Garry penasaran.
“Nggak papa…,pulang yuk..,” Asttia mengajak Garry segera beranjak.
“Kita makan siang dulu, ya..,”.ajak Garry.
“Dimana ?,” Asttia menyambut dengan gembira.
“Aku tahu tempat makan yang enak, suasananya juga ok..”
Sampai disana, ternyata memang tempat makan yang asyik. Ada saungnya, di atas kolam..hm..romantis. Angin sepoi-sepoi semilir di siang hari yang lumayan panas.
“Asttia, terlalu cepat nggak ya, kalau aku tanya, mau nggak kamu jadi pacarku ?”
“Apa ? Nggak salah, mas..kita belum lama kenal lho..”
“Aku sudah menyukaimu sejak pertama kali kita bertemu. Kamu gadis impianku selama ini..kamu manis, baik dan pintar..”
“Aku belum bisa menjawab, mas..beri aku waktu untuk berpikir dulu ya..mungkin seminggu cukup ?”
“Okelah kalau begitu..mungkin kamu butuh waktu untuk menyelidiki siapa dan asal-usulku gimana ya..”
Asttia tersenyum tidak menjawab pertanyaan Garry. Kalau mengikuti kata hatinya, jujur saja Asttia ingin segera menjawab “ya..ya..ya…”. tapi Asttia tidak ingin buru-buru. Masih ada satu kriteria yang harus dipenuhi Garry. Apakah dia memang laki-laki yang baik hati dan tidak sombong ?
Seminggu waktu yang dijanjikan, Garry menagih jawaban Asttia.
“Gimana ?,” tanya Garry harap-harap cemas.
“Hm..gimana ya, kalau nggak juga nggak papa kan ?,” Asttia sengaja menggoda Garry.
“Yah..apa boleh buat, aku tidak memaksa..nggak juga nggak papa,” Garry menunduk.
“Jawabanku..eng..enggak..,” Asttia menatap Garry. Ada rasa iba telah mempermainkannya.
“Enggak nolak maksudnya…,” ucap Asttia kali ini. Asttia lega mendapati senyum terkembang dari bibir Garry.
“Sungguh ? Jadi kita jadian, nih ?,” Garry menggenggam jemari Asttia. Kepalanya mendongak ke atas langit.
“Ada bulan nggak, ya..,” matanya mencari-cari diikuti Asttia mendongak ke atas.
“Ih, kok jadi dangdut banget sih,” Asttia tertawa geli.
“Sekedar jadi saksi bisu saja..hehe..”.
11 Tahun Kemudian…
Asttia memandang dua laki-laki yang telah menjadi bagian hidupnya. Garry yang telah menjadi suami, dan Bagas buah hati Asttia dan Garry yang sebentar lagi berumur 3 tahun.
No comments:
Post a Comment