Monday, March 29, 2010

Pentingnya Positif Ting..Ting.. ( Thinking )


Kebiasaan berpikir negatif ternyata membawa dampak yang cukup serius bagi perkembangan jiwa. Berdasarkan penelitian para pakar psikologi, pola pikir negatif juga bisa membuat lelah secara fisik karena menguras energi.

Sudah capek pikiran, masih ditambah capek hati, kelelahan fisik lagi, bisa dibayangkan gimana raut wajahnya ? Awut-awutan pasti !

Contoh sederhana adalah kebiasaan kita berprasangka buruk kepada orang lain. Biasanya pada keadaan seperti ini, kita berpikir yang tidak-tidak dan aneh-aneh. Ada kedengkian, benci, iri hati, marah, sinis, dan keinginan untuk menyerang orang lain. Rasanya tentu sangat tidak menyenangkan, karena berpikir negatif seperti ini menyebabkan berkurangnya hormon endorphine yaitu hormon yang membuat rasa senang dalam tubuh kita.

Selain itu, detak jantung ikut berdetak lebih cepat, membuat organ vital ini bekerja secara ngos-ngosan. Akibatnya, pembuluh darah juga ikut-ikutan ngebut mensuplai darah, menyebabkan kebutuhan oksigen ikut bertambah.

Untuk mengimbanginya, maka harus diikuti dengan tarik nafas panjang. Tenangkan pikiran, relax, maka semuanya akan berjalan sebagaimana mestinya lagi.

Tidak dapat dipungkiri, saat emosi meledak, segalanya terasa sangat menyiksa, bahkan bisa membuat gelap mata. Ini yang bahaya.

Yoga, meditasi dan mendengarkan musik klasik dan musik instrumentalia yang tenang adalah beberapa cara untuk melatih kesabaran diri yang bisa menyebabkan pikiran tenang dan bisa menyelesaikan segala permasalahan dengan pikiran yang jernih.

Memang tidak gampang untuk memulai, tapi mencegah lebih baik daripada mengobati kan ? Sebelum jiwa kita kering digerogoti oleh pikiran negatif

Selain itu, jika kita menginginkan adanya perubahan, dari dalam diri kita juga harus ada niat yang kuat untuk berubah. Tinggalkan kebiasaan lama yang buruk dalam menyikapi segala sesuatu.

Di bawah ini beberapa contoh tindakan yang harus kita ambil saat menghadapi suatu keadaan :

Ada kendaraan yang hampir menyerempet kendaraan kita

Biasanya, reaksi yang terjadi adalah sumpah serapah dari mulut kita dan niat untuk membalas kepada pelaku. Tapi tahukah anda, justru kelakuan seperti ini yang membuat tubuh kita kelelahan ? Mungkin, kita akan lebih lega jika sudah menumpahkan kekesalan kita, tapi tahukah orang itu akan kekesalan kita ?

Pada akibatnya kita hanya ngomel-ngomel sendiri, telinga kita sendiri yang mendengarkan, lebih parah kalau ada anak disamping kita. Secara tidak langsung kita mengajari anak kita untuk bereaksi negatif saat ada kejadian yang tidak mengenakkan.

Lain halnya kalau reaksi kita hanya mengelus dada, mendoakan orang tersebut semoga aman-aman saja sampai tujuan, mungkin dia sedang terburu-buru karena istrinya mau melahirkan, bisa membantu kita untuk tenang. Nggak ada ruginya juga kok, lha wong baru hampir ketabrak. Masih untung kan, mestinya kan bersyukur kepada Tuhan. Ngapain harus marah-marah ? Capek deh..

Saat antri, diserobot orang lain
Sebagai manusia biasa, rasa dongkol pasti ada. Sudah capek-capek antri..eh ada yang main serobot aja. Enak banget ya, harus dikasih pelajaran itu orang. Marah-marahlah kita, bahkan nama-nama binatang sempat dilontarkan untuk penyerobot tadi.

Akibatnya ? Rusaklah hari kita ! Hari yang harusnya diisi dengan penuh kegembiraan akhirnya menjadi hari mengesalkan sedunia karena rasa tidak terima kita kepada Mr. serobot antri.

Yang rugi siapa ? Kitalah..coba kalau kita tanya baik-baik kepada Mr. serobot tadi, apa alasannya main serobot aja, karena tidak tahu, terburu-buru atau apa ? Kalau memang bandel, biarkan petugas keamanan yang ambil tindakan. Beres kan..nggak perlu adu otot segala..

Saat digosipin yang bukan-bukan / difitnah

Fitnah lebih kejam dari fitness eh..pembunuhan. Mengungkapkan dusta kepada publik adalah perbuatan yang sangat tercela. Apalagi jika dilakukan oleh orang yang benar-benar sadar bahwa itu fitnah untuk tujuan tertentu. Dosanya bisa berlipat-lipat. Bagaimana jika kita yang difitnah ? Nama kita jelas bisa tercemar karenanya.

Lebih baik, selidiki apa alasannya berbuat demikian. Mungkin dia mau cari sensasi, atau sengaja menjatuhkan nama kita kerena tidak suka akan kesuksesan kita ? Tunjukkan bukti-bukti dan fakta bahwa semua adalah fitnah.

Publik juga bisa menilai kok, mana yang benar dan tidak. Asal kita konsisten dengan perbuatan yang benar, pasti waktu bisa menjawab dan Tuhan akan membantu untuk dapat membuktikannya. Percaya pada keajaiban.

Dengan tetap tenang dan tabah, orang akan lebih percaya kepada kita. Tak perlu bersikap dendam kesumat dan terbakar emosi yang membabi buta. Dengan demikian, akan banyak tanggapan simpatik dan uluran tangan yang siap membantu. Perlu diingat, kita tidak sendiri.

Saat terjadi perselisihan karena perbedaan
Terlibat perdebatan yang seru karena beda agama, suku dan ras ? Aduh..sudah tahu beda kok masih diributkan. Mau apalagi sih, mencari pembenaran diri ? Kalau semuanya merasa paling benar trus yang salah seperti apa ?

Sudahlah, terima saja perbedaan itu. Justru perbedaan bisa memperkaya jiwa kita semua kalau kita mau saling memahami, toleransi dan menghormati.

Kita hargai banyaknya pemikiran, pandangan, persepsi..namanya manusia berakal budi kok, sah-sah saja kan kalau ada perbedaan. Dan yang paling penting, adanya saling pengertian bisa saling melengkapi yang berakibat pada kedamaian. Indah, kan..?

Saat pasangan mulai melirik orang lain

Ini cobaan terberat. Coba introspeksi diri, apa yang membuatnya berpaling. Ada sebab pasti ada akibat. Apakah karena perhatian kita yang kurang ? Ataukah penampilan kita yang kurang menarik tidak seperti dulu lagi ? Atau kita yang membosankan. Coba benahi semuanya.

Berpikir positif menjadi kunci utama. Sudah pasti sangat sulit, dan akan ada rasa gengsi yang menghalanngi. Tapi coba berpikir bijak, dengan merendahkan hati kita, dia akan berpikir ulang dan merasa rugi jika berpaling dari kita.

Restart kembali cintanya yang mulai meredup, dan buat bergairah seperti saat pertama kali bertemu. Ingatkan kembali memori saat-saat bahagia dan terus ulangi di saat-saat ini. Pasti sedikit banyak bisa membantu.

Waduh, kesannya kok saya ini seperti paling ahli saja, ya…bukan, saya bukan ahli dan saya bukan orang yang baik sekali. Saya sedang belajar untuk berdamai dengan diri saya sendiri yang seringkali berpikiran negatif. Saya merasakan capek akibat dari pikiran negatif ini. Kemudian saya bertekad untuk selalu berpikir positif seburuk apapun keadaannya.

Dan melalui tulisan yang saya simpulkan dari berbagai sumber ini, sedikit banyak bisa membawa saya ke arah perubahan yang lebih baik. Setidaknya itu penilaian dari orang-orang dekat yang mengenal saya, lho...bukan saya sendiri yang ngomong !

Saya hanya sedang belajar untuk menjadi orang yang baik. Minimal, berbuat baik kepada diri saya sendiri dulu, dengan menyayangi tubuh ini dengan berpikiran positif. Banyak manfaatnya untuk jiwa saya, dan semoga bermanfaat juga untuk para pembaca tercinta.

So, always positive ting-ting..thinking..!!

Friday, March 26, 2010

Sejuta Tanya Untuk Bangsa Indonesia


Dulu, saat masih berseragam putih merah, dimana kepolosan masih terpancar, dengan bangga kita bisa menyuarakan kepada dunia bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar.

Tanahnya subur, makmur, aman dan sentausa. Terdiri dari beribu-ribu pulau, lautan dan udara yang luas.

Kita dibuat terkagum-kagum dengan sejarah Indonesia yang mampu melawan penjajahan Inggris, Belanda dan Jepang hanya dengan bambu runcing.

Bayangkan ! Kekuatan senjata dan pasukan militer yang kuat bisa kalah hanya dengan kekuatan sebuah bambu yang ujungnya dibuat runcing.

Bagaimana bisa itu terjadi jika tidak ada kekuatan luar biasa yang bisa menggerakkan semua itu ? Jawabannya hanya satu. Persatuan dan kesatuan ! Nilai yang terkandung dari sila ketiga Pancasila.

Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan nilai-nilai luhur warisan para pejuang dan pahlawan bangsa begitu familiar didalam benak kita saat duduk di bangku SD dulu.

Bapak Ibu guru semangat mengajar tentang Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang menjadi indikator naik kelas atau tidaknya kita jika nilainya di bawah enam.

Jiwa patriotisme dan semangat nasionalisme mengakar di kalbu ketika belajar tentang sejarah nasional bangsa kita. Semuanya begitu indah, nyaman dan tenang menjalani kehidupan.

Semua menatap masa depan dengan penuh harapan yang lebih baik, bahkan lebih baik dari masa kecil yang akrab dengan kemakmuran.

Tapi apa yang terjadi ? Ketika masa depan itu sudah menjadi kenyataan, persatuan dan kesatuan yang dulu telah tertanam entah menguap kemana.

Dimana-mana mudah terjadi perpecahan bahkan hanya karena masalah yang sangat sepele. Emosi mudah tersulut oleh provokasi, masalah kecil dibuat besar, bahkan yang seharusnya tidak jadi masalah bisa tercipta masalah.

Ada apa dengan pola pikir bangsa kita sekarang ?
Dimana jiwa nasionalisme yang dulu kita gembor-gemborkan saat ingus masih lekat di hidung kita ?

Mana semangat membela bangsa yang dulu kita koar- koarkan ? Kenapa kita lebih senang mencari aman untuk diri sendiri ?

Kenapa kita lebih mudah menyalahkan orang lain daripada introspeksi diri ?

Kenapa alam Indonesia yang dulu menjadi kebanggaan kita karena hutannya yang lebat, yang mampu menyimpan air tanah untuk mencegah erosi, yang sungainya jernih mengalir, yang gunungnya sejuk, yang lautnya menjadi sumber daya alam melimpah, yang tanahnya subur dan kaya akan bahan tambang, kita biarkan marah dan merana sekarang ?

Kenapa dengan tanpa berdosa kita tebang hutan dan kita jadikan kawasan vila elit ?

Kenapa sungai yang menjadi hunian paling nyaman ikan dan kawan-kawannya menjadi pusat pembuangan sampah dan limbah ?

Dan kita, yang mengaku sebagai pemimpin, kenapa kita lebih senang dilayani daripada melayani, kenapa dengan mudahnya kita gunakan uang rakyat untuk memuaskan nafsu hedonisme duniawi sendiri semata, kenapa tidak kita pikirkan bagaimana nasib rakyat kecil yang telah kita peras uangnya di luar sana ?

Kenapa tidak kita pikirkan bagaimana membuat bangsa ini lebih bermoral daripada pandai berkata-kata saja ?

Kenapa tidak kita benahi sumber daya manusia bangsa kita menjadi manusia yang lebih berbudi ?

Kenapa tidak mulai pikirkan untuk mencegah panasnya bumi yang mulai menua ?

Kenapa tidak kita singsingkan baju dan lengan kita untuk mulai ramah terhadap alam yang telah memberi kita segala yang kita inginkan ?

Kenapa kita tidak takut kepada Tuhan sang pencipta kita ?

Kenapa kita selalu lupa bersyukur akan karunia-Nya ?
Yang tidak pernah meminta bayaran akan udara yang telah kita hirup untuk bernafas, yang tidak pernah menagih atas kesehatan yang telah kita nikmati, yang tidak pernah berusaha mengambil kebahagiaan yang kita rasakan, yang tidak pernah meminta sewa atas panca indra dan tubuh yang kita pergunakan setiap hari ?

Apa balasan kita ?
Menghujatnya atas derita yang kita rasakan karena perbuatan kita sendiri, menganggapnya tidak adil atas bencana yang kita ciptakan sendiri, melupakannya saat setan menjadi kawan atas nikmatnya dunia yang fana. Ah..begitu cepat dosa itu terbuang..
Jadi ingat beberapa peribahasa yang menggambarkan keadaan kita sebagai bangsa Indonesia saat ini :

Kita pandai mencari-cari sehingga “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak” kesalahan orang lain yang kecil tampak jelas di mata kita, tapi kesalahan kita yang paling besar tidak pernah kita sadari

Kita pandai berbicara, tapi tidak bermakna seperti “tong kosong yang berbunyi nyaring

Seringkali omongan kita tidak bermutu seperti “air beriak tanda tak dalam

Kebaikan dibalas dengan kejahatan “air susu dibalas dengan air tuba

Banyak keinginan serba instant, sehingga tidak mengenal “ berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”, tidak mau bersakit-sakit dahulu baru bersenang-senang kemudian

Kecenderungan untuk selalu dihormati dimanapun berada, tidak mengenal “ dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung

Banyak keinginan, tapi tidak mau berproses seperti “ sekali merengkuh dayung, dua – tiga pulau terlampaui

Sambil menyelam minum air”, kalau tidak kembung ya kelelep..

Tulisan ini hanya sebagai renungan kita, yang masih mengaku sebagai bangsa Indonesia, yang ingin perbaikan, yang merindukan ketentraman seperti dahulu.

Mari bersama-sama kita benahi, saling mengingatkan untuk kebaikan kita bersama dan tinggalkan keegoisan kita untuk saling menyalahkan..

Friday, March 19, 2010

Musuh Terbesarku Adalah.….


Di dunia ini tidak ada yang menginginkan punya musuh. Penginnya semua yang ada di bumi ini adalah teman, sahabat, saudara yang berbuat baik sama kita. Tapi seringkali, kita tidak bisa menghindari yang namanya konflik dengan orang lain. Jika konflik ini tidak dapat diatasi, maka dengan sendirinya akan tercipta yang namanya ‘musuh’.

Sebenarnya, musuh itu siapa sih ? Kalau menilik dari arti kata yang sudah umum, musuh adalah seseorang yang antipati sama kita karena suatu sebab. Mungkin dia adalah orang yang pernah terluka karena ucapan kita yang kasar, atau karena perbuatan kita yang tidak mengenakkan. Dan seringkali, kita tidak pernah menyadari kalau kita punya musuh secara diam-diam.

Lain halnya, kalau orang yang terluka itu langsung melabrak kita dan tidak terima karena kesalahan yang telah kita perbuat. Dan bila kemudian dia jadi membenci kita, kita jadi tahu dia telah menjadi musuh kita. Pun ketika dia belum bisa menerima ungkapan maaf dari kita. Sempurnalah sudah definisi musuh itu.

Pasti tidak enak sekali jika kita punya satu musuh. Meskipun cuma satu saja jumlahnya, pasti cukup besar pengaruhnya dalam kehidupan kita. Hidup serasa diawasi, tidak tenang, was-was, apalagi jika aksinya ditambah dengan ancaman dan teror.

Duh ! Serasa ada neraka cadangan di dunia ini. Kedamaian dan ketentraman hanya ada dalam angan-angan, daftar cita-cita yang sangat didambakan dan kebahagiaan menjadi fatamorgana belaka. Ini baru satu musuh, kalau banyak ? Tak bisa dibayangkan bagaimana stress-nya.

Terus terang, aku juga punya musuh. Sejauh yang aku tahu, jumlah musuhku ada satu. Hanya satu, tapi bisa membuatku pusing tujuh keliling. Dan aku sangat mengenal baik siapa musuhku itu.

Permusuhan ini berawal dari banyaknya perbedaan pendapat yang menimbulkan banyak perdebatan. Setiap kali aku punya suatu keinginan yang kuanggap baik, seringkali dihalang-halanginya dengan segala argumentasinya yang kadang membuatku bimbang. Seringkali dalam keadaan ini, aku harus memilih, apakah aku tetap dengan pendirianku, atau terbujuk dengan rayuan maut musuhku itu.

Saat aku sedang berniat untuk rajin, tiba-tiba musuhku memberikan alternatif bagaimana kalau aku bersantai-santai dulu menikmati hidup, bersenang-senang menunda waktu hingga pada akhirnya aku tersadar telah membuang waktu dengan sia-sia sehingga aku harus tergesa-gesa menyelesaikan pekerjaanku dengan hasil yang jauh dari maksimal.

Ah, aku telah tertipu daya. Seringkali aku dirugikan daripada diuntungkan oleh musuhku ini. Seringkali aku harus merasakan akibat dari perbuatanku sendiri yang gampang terpengaruh oleh musuhku .

Ingin sekali rasanya bisa lepas dari belenggu musuhku ini, tapi apa daya, seringkali aku menjadi begitu lemah dihadapannya. Seringkali aku tidak mampu menolak keinginannya yang aku tahu tidak baik untuk dilakukan. Aku begitu rapuh. Aku yang perkasa, yang mampu melawannya seringkali hanya ada dalam lamunanku saja. Kenyataannya, dia tetap mudah menginjak-injak harga diriku.

Pembaca, tahukah Anda siapa musuhku itu ? Mampukah anda untuk dapat menebaknya. Baiklah, kuberitahu saja supaya tidak penasaran.

Musuh terbesarku itu adalah diriku sendiri !

Aku yang kadang tidak mampu membendung keinginan duniawiku, yang kadang mudah terperangkap dari rasa malas, menunda waktu, takut untuk mencoba sesuatu yang baru dan hal-hal lainnya yang kadang membuatku tidak berguna.

Seperti kemarin, aku ingin belajar tentang sesuatu yang kuanggap baru, tiba-tiba rasa takut untuk tidak bisa segera menyerangku. Kutenangkan diriku dengan mengulur waktu yang ada. Kuyakinkan diriku bahwa aku bisa, tapi dalam hatiku ada kata-kata lain yang menggema bahwa aku tidak bisa, aku tidak mampu melakukannya.

Uh, bingung sekali rasanya. Aku harus bagaimana ? Sejenak aku terlibat dalam konflik batin yang cukup seru. Yang pro denganku, senantiasa mendorongku untuk maju, untuk mau berusaha, jangan pernah menyerah, selama ada kesempatan harus berani mencoba, jangan takut ini itu, maju terus, ayo maju terus…tapi tunggu dulu, di sudut lain hatiku ada kata-kata yang berseru :”Ngapain buang-buang waktu, sudah pasti nggak bisa kok ngeyel, daripada nanti kamu rugi uang, waktu dan tenaga tanpa ada hasil, mendingan tidur di rumah, enak, nonton TV, makan, pasti nyaman kan.”

Argh..pusing sekali aku mendengarnya. Ini baru berdebat dengan diriku sendiri, bagaimana kalau dengan orang lain ? Seringkali konflik batin ini hanya tersimpan dalam hati, tapi lama-lama semakin membuat aku limbung dan tidak bisa menampung beban ini terlalu lama.

Pada akhirnya, duuuooooorrrrrr…meledaklah konflik batin ini keluar. Menimpa orang-orang terdekatku, yang tidak tahu permasalahannya, tapi terkena imbas ocehanku yang galak, yang kadang diluar kontrol, menimbulkan kata-kata yang menyakitkan dan membuat luka di hati orang-orang yang aku cintai. Hingga akhirnya timbul musuh betulan bukan hanya diriku sendiri. Ow..dahsyat sekali akibatnya.

Pada akhirnya, aku tidak mendapatkan apa-apa. Keinginan untuk mempelajari hal yang baru tidak jadi kulakukan, karena aku lebih memanjakan rasa malas dan rasa takutku akan perubahan. Musuhku menjadi pemenang dan aku menjadi pecundang.

Aku tidak ingin terus-terusan seperti ini. Karena itu harus ada tindakan nyata dalam diriku. Aku harus bisa memberontak pada musuhku !

Apa itu ? Niat !! Aku harus punya niat dan tekad yang kuat. Yang harus sangat kokoh sehingga tidak mudah ditumbangkan oleh si kontra dalam hatiku tadi. Yang tidak goyah oleh rayuan maut atau ancaman apapun.

Aku harus bekerja sama dengan alam bawah sadarku, bahwa aku punya keinginan, dan membiarkan alam bawah sadarku untuk merekamnya, kemudian memerintahkan otakku untuk mengambil langkah-langkah apa untuk mewujudkan keinginanku itu dan tidak membiarkan si teror batinku menghalangi keinginanku.

Itu harus terjadi ! Dan rencanaku harus berhasil ! Takkan kubiarkan diriku sendiri berhasil menggagalkan niatku ! Aku harus jadi pemenang dan kutinggalkan jiwa pecundangku !

Sehingga pada akhirnya dengan lantang aku bisa berkata : “Bye-bye my enemy !!

Wednesday, March 10, 2010

Cintaku Bertepuk Sebelah Tangan



Pernah mengalami rasanya cinta ditolak ? Gimana rasanya ? Sakit hati, terpuruk, kecewa, merana, atau biasa-biasa saja ? Setelah itu, apa reaksi yang terjadi ? Apakah jadi uring-uringan, menangis Bombay, marah-marah tidak jelas, dendam, atau malah bertekad untuk terus berusaha membuatnya jatuh cinta kepada kita atau bertekad mencari yang lebih baik lagi ? Pasti macam-macam ya, sebab akibatnya..

Hm..cinta memang misteri. Tak ada kata-kata yang bisa mendefinisikannya dengan jelas. Semua terkuak dari apa yang kita rasa. Indahnya, bahagianya, berdebar-debarnya, groginya, salah tingkahnya, konyolnya, bahkan rasa sakitnya dan nglokro-nya..semuanya ada, tumpah ruah campur baur.

Idealnya, cinta harus berbalas. Tapi seringkali apa yang kita inginkan tidak semua bisa kita dapatkan. Harus ada perjuangan dan ada yang harus dikorbankan. Entah itu dari segi materi, pikiran, tenaga, semuanya tercurah untuk satu tujuan. Cinta.

Betapa magisnya kekuatan cinta sehingga bisa menggerakkan alam bawah sadar kita untuk bisa meraihnya. Bisa membahagiakan dan bisa membuat kita terluka. Kita bisa dibuat pusing tujuh keliling karena memikirkannya. Selalu terbayang-bayang wajah si pujaan hati, senantiasa memikirkannya hingga kadang lupa makan dan susah tidur. Inginnya selalu bertemu dan ketemu dengan si dia. Walaupun setelah bertemu cuma bisa senyum malu-malu, curi-curi pandang dan tak tahu harus bertingkah bagaimana. Selalu salah dan serba salah. Inginnya terlihat sempurna di matanya, tapi yang terjadi malah konyolnya..aduh, malunya..!

Namun apa jadinya, ketika rasa telah terungkap, dan ternyata si dia tidak memiliki rasa yang sama dengan yang kita punya ? Astaga..! Tidak mungkin, impossible, omong kosong, mimpi. Ini hanya mimpi. Itu kata-kata yang terlontar untuk menghibur diri. Sejenak berbelok dari kenyataan yang ada. Sedikit berkamuflase.

Penyangkalan dari kenyataan pahit. Benarkah, pahit ? Sepahit apapun itu, jangan langsung kalap dan buta hati. Tenangkan pikiran, ambil nafas dalam-dalam, minum air putih dan coba berpikir secara jernih dan dewasa. Jangan coba untuk menyakiti diri dan berpikir untuk mengakhiri hidup dengan sia-sia : minum racun serangga, gantung diri atau nglalu di rel kereta api. Aduh !!! Jangan sampai pikiran sempit seperti itu meracuni.

Seringkali, pelangi muncul setelah badai datang. Itu artinya, sebesar apapun dan sepahit apapun cobaan yang ada akan ada hikmah yang datang. Indah, kerapkali datangnya belakangan. Tergantung kita, apakah tahan proses untuk bisa melihat pelangi. Kalau kita sudah menyerah dan memilih musnah bersama badai, pelangi itu tidak akan pernah kita lihat.

Jadi, inilah pentingnya berpikiran positif. Kita tidak akan mudah menyerah dan lelah dengan keadaan kita. Akan selalu ada harapan yang lebih baik. Kalau ditolak cinta, itu biasa. Anggap saja penolakan ini terjadi supaya kita bisa mendapatkan yang lebih baik, karena si dia belum tentu cocok dengan kita.

Atau kalau kita keukeuh untuk tetap bisa memilikinya, kita anggap saja bahwa penolakan ini adalah penerimaan yang tertunda. Sekarang menolak, siapa tahu suatu hari nanti cinta kita diterima kalau kita terus memperjuangkannya dan mencari cara smart yang lain untuk bisa meraih hatinya. Yang penting kita harus tahan berproses.

Atau, bisa juga kita ambil manfaat dari ungkapan penolakannya :

Jika si dia menanggapi ungkapan cinta kita dengan kata-kata,” Lebih baik kita berteman saja”

Ini artinya kita memang cocok menjadi temannya. Ambil peluang ini dengan menjadi teman terbaiknya. Memang tidak mudah berbesar hati dengan menurunkan cita-cita dari ingin menjadi kekasih, menjadi hanya teman saja. Bukankah awalnya kita juga berteman dengan si dia ? Jadi nggak ada salahnya kan kalau tetap menjadi teman. Lain halnya kalau kita memilih untuk menjadi musuhnya yang penuh dendam atau malah seolah-olah tidak mengenalnya lagi. Rugi, bo..kita kehilangan teman ditambah kita tidak bisa berdamai dengan hati nurani kita sendiri. Pasti jauh dari rasa bahagia dan tersiksa rasanya.

Jika si dia mengatakan, “Kamu bukan tipe saya”

What ? Wajah diatas rata-rata, body oke begini masih dibilang bukan tipenya ? Nggak salah ? Belagu amat sih ? Sabar, setiap orang kan punya selera masing-masing. Mungkin wajah dan body kita oke, tapi sifat kita ? Mungkin ada hal yang membuatnya tidak sreg dengan kita. Jadi, jangan memaksakan kehendak. Terima saja. Kita sendiri juga punya selera masing-masing kan ? Sama, dong..Anggap saja ungkapan ini sebagai sarana untuk meningkatkan SDM kita menjadi lebih baik lagi, sehingga suatu saat nanti, kita bisa menjadi tipe idaman setiap insan yang kita incar. Cieee...

Jika si dia menggantung status kita, tidak bilang ‘ya’ atau ’ tidak’

Bisa jadi dia lagi bingung mau bilang apa. Ada 3 kemungkinan : yang pertama, dia masih ragu dan belum yakin dengan ungkapan cinta kita. Dia perlu waktu untuk meyakinkan hatinya sampai mantap. Yang kedua, mungkin ada saingan yang ingin menjadi kekasih hatinya juga, dan si dia sedang membanding-bandingkan siapa yang pantas menjadi pelabuhan hatinya. Yang ketiga, mungkin dia sudah punya kekasih tapi jauh di seberang lautan, dan sedang berpikir apakah kita cocok dijadikan selingkuhan saat si dia kesepian jauh dari sang kekasih. Jadi kita dianggap sebagai obyek hubungan tanpa status. Mau ? Terserah Anda, deh..

Jika si dia bilang,” Masih ingin sendiri”

Mungkin si dia memang lagi ingin sendiri. Bisa jadi masih trauma dengan hubungan cintanya yang terdahulu. Sehingga kesannya sekarang lebih selektif dalam memilih pasangan. Menghadapi situasi seperti ini kita mesti cooling down. Ikuti kemauannya. Pura-pura menghilang dari hadapannya kira-kira sebulan deh. Kalau si dia memang ada rasa, pasti akan ada rasa kehilangan dan mulai klepek-klepek mencari kita. Cihuy...

Jika si dia mengatakan,” Orangtuaku tidak suka sama kamu”

Alamak...!! Calon mertua menolak mentah-mentah ? Coba cari tahu apa yang membuat ortunya antipati dengan kita. Apakah gaya dandanan kita ? Kelakuan kita yang dianggap kurang sopan ? Atau apa saja yang bisa dijadikan alasan. Coba benahi kalau kita memang serius dengan si dia. Ambil hati calon mertua dengan lebih baik, beri perhatian yang tulus dan cari tahu apa yang menjadi kesenangannya. Ingat pepatah “batu karang bisa hancur karena setetes air selama bertahun-tahun”. So, sekeras apapun hati calon mertua, pasti luluh juga kalau kita memberikan perhatian yang lebih secara terus menerus. Tapi ingat, jangan lebay, ya..yang wajar-wajar saja deh..

Jika si dia mengatakan to the point, “Aku tidak cinta sama kamu”

Wow..mau bilang apalagi ? Rasa tidak bisa dipaksakan. Justu kita harus salut dengan sikapnya yang sangat terbuka dan kejujurannya yang menyakitkan. Setidaknya itu lebih baik kan, daripada berpura-pura mencintai kita hanya karena mengincar harta kita ? Lebih menyakitkan.

Uraian diatas hanya sebagian contoh sederhana yang bisa kita petik hasilnya jika kita berpikiran terbuka dan positif dalam menghadapi berbagai cobaan. Cinta bertepuk sebelah tangan bukanlah akhir dari segalanya. Masih banyak tangan-tangan lain yang mau menyambut cinta kita sehingga pada akhirnya akan menjadi “Cintaku bertepuk tangan”. Plok..plok..plok...horrreeeee......

Tuesday, March 02, 2010

Tidak Semua Pria, Laki-laki..


Siapa ingat lagu dangdut yang dilantunkan almarhum Meggi Z yang begini, nih : tidak semua, laki-lakiiiii…bersalah di depanmuuuu…contohnya akuuuuu…mau mencintaimuuu…tapi mengapaaaa..engkau masih raguu….dst…sampai reffrain.

Ayo, yang ngaku dangduter, langsung tarik mang..kita joged sama-sama, yiiihhhaaaa….yang sebelah sana, yah..kok malu-malu sih, cuma jempolnya doang yang goyang..tapi tunggu, weitz…yang di ujung ada yang heboh banget, pake goyang ngebornya Inul segala hihihi..seeerrrr..seeerrr…sampai pagiiiii….

Stop !!!! Nah..cukup dulu intermezzo-nya, lumayan keringatan buat olahraga dikit-dikit. Hff..ngomong-ngomong lagu dangdut diatas emang dahsyat, sampai mantan Gubernur DKI Bapak Basofi pernah menyanyikannya. Terlepas dari suka atau nggak sama lagu dangdut, tulisan saya kali ini cuma mau membahas tentang judulnya saja yang saya plesetkan…

Hm..ada apa ya dengan laki-laki dan pria ? Emang apa bedanya ? O,ya..tulisan ini terinspirasi saat saya ngumpul-ngumpul sama teman-teman jaman SMA dulu dan lahirlah kata-kata ini dari mulut teman laki-laki saya : tidak semua pria, laki-laki..( sambil nyanyi lagu di atas plus joget pula..)

Kalau dilihat dari maknanya, sebenarnya laki-laki dan pria itu sama. Nggak beda jauh..kumisnya, sama..gantengnya, sama…suka perempuan, pastinya dong sama kalau normal. Trus apa bedanya ? Sampai dibahas pula, emang penting ya ? Penting nggak penting, bersiaplah kaum Adam, karena jadi topik bahasan kali ini. Tapi ini cuma guyonan saja lho, jangan dianggap serius..iseng-iseng berhadiah..daripada stress mikirin negara yang makin kacau..hehe..

Laki-laki berdasarkan pengamatan saya adalah pria yang belum dewasa. Maksudnya ? ups..jangan protes dulu dong, saya kan belum selesai neranginnya.

Begini maksudnya, yang masuk kategori laki-laki adalah pria dari bayi sampai sekitar umur 25 tahun. Kok bisa ? Apa dasarnya ? Contohnya begini, setiap ada bayi yang baru lahir, pasti ibunya ditanya, “ Bayinya laki-laki atau perempuan, Bu ?,” nggak ada kan pertanyaan,”Bayinya pria atau wanita ?,” kesannya kok dewasa banget.

Trus kalau ada anak sekolah pasti sebutannya anak laki-laki bukan anak pria. Contoh kalimatnya begini : anak laki-laki yang berseragam SD itu, bukan anak pria yang berseragam SD itu..(maknanya bisa beda : dikira yang berseragam SD bapaknya ) hahaha...

Sampai disini, ada yang belum mudeng ( = ngerti), maksudnya ? Boleh tanya deh, tapi tunjuk jari ya..hmm..nggak ada yang tanya, saya anggap ngerti semua ya, lanjuuuttt…

Laki-laki, biasanya masih susah menata emosi, masih gampang terprovokasi, penginnya berantem aja, kalau perlu ikut tawuran sekalian. Masih gampang terpengaruh dan mudah masuk ke pergaulan yang nggak jelas, misalnya ikut geng motor yang kebut-kebutan di jalan. Buat apa sih ? Buat nunjukkin jati dirinya yang masih dicari : ini, lho..gue..hebat kan berani ngebut di jalan ? Kira-kira begitu, deh..ya, nggak ?

Sedangkan pria menurut versi saya adalah laki-laki yang sudah dewasa. Artinya, laki-laki yang boleh menyandang sebutan pria adalah yang berumur sekitar 25 tahun ke atas. Biasanya di umur segini, pria sudah mulai bisa menata hidupnya, punya pekerjaan dan mulai memikirkan calon pendampingnya alias sudah berpikiran untuk masa depannya mau beristri berapa..eh..siapa, maksudnya.

Sudah mulai mapan, sumeleh dan pantas disebut pria. Sudah mulai menemukan jati dirinya. Sudah merasa nggak jamannya kebut-kebutan, berantem, atau melakukan hal-hal yang nggak perlu. Mestinya kan begitu, tapi kok..di TV banyak tuh pejabat yang hobbynya berantem bahkan tak segan main keroyok, itu pria bukan, ya ? Entahlah..saya nggak bisa jawab, biar mereka sendiri yang jawab mau disebut apa. Itu di luar konteks pokok bahasan saya..hehe..cari amannya aja..takut salah ngomong..

Trus, yang namanya pria biasanya golongan intelektual yang berpikiran modern, positif dan punya visi dan misi yang jelas untuk hidupnya dan orang-orang di sekitarnya. Wuih..apalagi, tuh ? Ini gambaran idealnya, pada kenyataannya kan tidak sesempurna itu. Banyak pria yang sifatnya seperti anak laki-laki, kebalikannya banyak juga laki-laki yang pembawaannya seperti seorang pria. Bingung, nggak sih ? Mudah-mudahan enggak, ya..

Ini yang namanya dinamika hidup. Selalu ada pengecualian.meskipun sudah ada aturan begini-begini, begitu-begitu, tetap saja banyak yang melanggar. Selalu banyak cara untuk menunjukkan ketidaksetujuan pada suatu aturan. Kembali ke pribadi masing-masing, tujuan hidup kita untuk apa ? Mau biasa-biasa aja atau yang luar biasa dan mati masuk surga ? Hanya kita yang berhak untuk memilih. Hidup itu gampang kok, jangan dibuat susah sendiri. Weh..kok jadi ngelantur.

Kembali ke para laki-laki dan pria. Kalau ada yang tanya : “Wahai, laki-laki..maukah engkau menjadi pria ? Dan wahai pria..maukah engkau menjadi pria sejati ?”

Kira-kira sudah tahu kan, jawabannya apa ?
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...