Tuesday, March 02, 2010

Tidak Semua Pria, Laki-laki..


Siapa ingat lagu dangdut yang dilantunkan almarhum Meggi Z yang begini, nih : tidak semua, laki-lakiiiii…bersalah di depanmuuuu…contohnya akuuuuu…mau mencintaimuuu…tapi mengapaaaa..engkau masih raguu….dst…sampai reffrain.

Ayo, yang ngaku dangduter, langsung tarik mang..kita joged sama-sama, yiiihhhaaaa….yang sebelah sana, yah..kok malu-malu sih, cuma jempolnya doang yang goyang..tapi tunggu, weitz…yang di ujung ada yang heboh banget, pake goyang ngebornya Inul segala hihihi..seeerrrr..seeerrr…sampai pagiiiii….

Stop !!!! Nah..cukup dulu intermezzo-nya, lumayan keringatan buat olahraga dikit-dikit. Hff..ngomong-ngomong lagu dangdut diatas emang dahsyat, sampai mantan Gubernur DKI Bapak Basofi pernah menyanyikannya. Terlepas dari suka atau nggak sama lagu dangdut, tulisan saya kali ini cuma mau membahas tentang judulnya saja yang saya plesetkan…

Hm..ada apa ya dengan laki-laki dan pria ? Emang apa bedanya ? O,ya..tulisan ini terinspirasi saat saya ngumpul-ngumpul sama teman-teman jaman SMA dulu dan lahirlah kata-kata ini dari mulut teman laki-laki saya : tidak semua pria, laki-laki..( sambil nyanyi lagu di atas plus joget pula..)

Kalau dilihat dari maknanya, sebenarnya laki-laki dan pria itu sama. Nggak beda jauh..kumisnya, sama..gantengnya, sama…suka perempuan, pastinya dong sama kalau normal. Trus apa bedanya ? Sampai dibahas pula, emang penting ya ? Penting nggak penting, bersiaplah kaum Adam, karena jadi topik bahasan kali ini. Tapi ini cuma guyonan saja lho, jangan dianggap serius..iseng-iseng berhadiah..daripada stress mikirin negara yang makin kacau..hehe..

Laki-laki berdasarkan pengamatan saya adalah pria yang belum dewasa. Maksudnya ? ups..jangan protes dulu dong, saya kan belum selesai neranginnya.

Begini maksudnya, yang masuk kategori laki-laki adalah pria dari bayi sampai sekitar umur 25 tahun. Kok bisa ? Apa dasarnya ? Contohnya begini, setiap ada bayi yang baru lahir, pasti ibunya ditanya, “ Bayinya laki-laki atau perempuan, Bu ?,” nggak ada kan pertanyaan,”Bayinya pria atau wanita ?,” kesannya kok dewasa banget.

Trus kalau ada anak sekolah pasti sebutannya anak laki-laki bukan anak pria. Contoh kalimatnya begini : anak laki-laki yang berseragam SD itu, bukan anak pria yang berseragam SD itu..(maknanya bisa beda : dikira yang berseragam SD bapaknya ) hahaha...

Sampai disini, ada yang belum mudeng ( = ngerti), maksudnya ? Boleh tanya deh, tapi tunjuk jari ya..hmm..nggak ada yang tanya, saya anggap ngerti semua ya, lanjuuuttt…

Laki-laki, biasanya masih susah menata emosi, masih gampang terprovokasi, penginnya berantem aja, kalau perlu ikut tawuran sekalian. Masih gampang terpengaruh dan mudah masuk ke pergaulan yang nggak jelas, misalnya ikut geng motor yang kebut-kebutan di jalan. Buat apa sih ? Buat nunjukkin jati dirinya yang masih dicari : ini, lho..gue..hebat kan berani ngebut di jalan ? Kira-kira begitu, deh..ya, nggak ?

Sedangkan pria menurut versi saya adalah laki-laki yang sudah dewasa. Artinya, laki-laki yang boleh menyandang sebutan pria adalah yang berumur sekitar 25 tahun ke atas. Biasanya di umur segini, pria sudah mulai bisa menata hidupnya, punya pekerjaan dan mulai memikirkan calon pendampingnya alias sudah berpikiran untuk masa depannya mau beristri berapa..eh..siapa, maksudnya.

Sudah mulai mapan, sumeleh dan pantas disebut pria. Sudah mulai menemukan jati dirinya. Sudah merasa nggak jamannya kebut-kebutan, berantem, atau melakukan hal-hal yang nggak perlu. Mestinya kan begitu, tapi kok..di TV banyak tuh pejabat yang hobbynya berantem bahkan tak segan main keroyok, itu pria bukan, ya ? Entahlah..saya nggak bisa jawab, biar mereka sendiri yang jawab mau disebut apa. Itu di luar konteks pokok bahasan saya..hehe..cari amannya aja..takut salah ngomong..

Trus, yang namanya pria biasanya golongan intelektual yang berpikiran modern, positif dan punya visi dan misi yang jelas untuk hidupnya dan orang-orang di sekitarnya. Wuih..apalagi, tuh ? Ini gambaran idealnya, pada kenyataannya kan tidak sesempurna itu. Banyak pria yang sifatnya seperti anak laki-laki, kebalikannya banyak juga laki-laki yang pembawaannya seperti seorang pria. Bingung, nggak sih ? Mudah-mudahan enggak, ya..

Ini yang namanya dinamika hidup. Selalu ada pengecualian.meskipun sudah ada aturan begini-begini, begitu-begitu, tetap saja banyak yang melanggar. Selalu banyak cara untuk menunjukkan ketidaksetujuan pada suatu aturan. Kembali ke pribadi masing-masing, tujuan hidup kita untuk apa ? Mau biasa-biasa aja atau yang luar biasa dan mati masuk surga ? Hanya kita yang berhak untuk memilih. Hidup itu gampang kok, jangan dibuat susah sendiri. Weh..kok jadi ngelantur.

Kembali ke para laki-laki dan pria. Kalau ada yang tanya : “Wahai, laki-laki..maukah engkau menjadi pria ? Dan wahai pria..maukah engkau menjadi pria sejati ?”

Kira-kira sudah tahu kan, jawabannya apa ?

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...