Friday, May 14, 2010

Saat Puasa Online

Seringkali, kita membutuhkan adanya suatu variasi dalam hidup. Dengan adanya variasi, hidup kita terasa lebih bermakna dan tidak monoton. Tentunya kita akan merasa jenuh jika yang kita jalani adalah rutinitas yang itu-itu melulu. Meskipun rutinitas itu sudah mendarah daging dan menjadi candu sekalipun, pasti suatu saat bisa terserang rasa bosan juga.

Contohnya adalah kegiatan ber-online ria. Kalau dipikir-pikir, dulu sebelum ada internet, kehidupan juga mengalir seperti biasa. Kemudian terjadi fase kehidupan yang lain setelah kita mengenal internet. Kita merasa banyak dimudahkan dalam penelusuran dunia maya. Banyak hal baru yang membuat kita belajar tentang banyak hal. Dan kesenangan ini lama-lama menjadi hobby yang telah menjadi semacam candu.

Kita seakan terjerat oleh daya pikat sesuatu yang disebut internet itu. Kita tidak bisa lepas dan tidak ada keinginan untuk melepasnya barang sekejap pun. Bahkan, saat bekerja pun, segala cara kita tempuh untuk tetap bisa berkutat dengan dunia maya. Kita betah duduk berjam-jam di depan layar komputer sampai kadang lupa makan, minum dan mandi !

Berawal dari kecanduan inilah, saya berinisiatif untuk mencoba bagaimana rasanya jika saya putus hubungan dulu dengan internet. Sengaja, selama sebulan ini jaringan internet saya non aktifkan. Kebetulan saya memakai internet yang bisa diputus sambung suka-suka. Mau langganan yang harian, mingguan, bulanan atau puasa dulu juga monggo.

Pada awalnya memang berat. Lha wong biasanya tiap hari sudah stand by di depan komputer sambil menunggu pembeli di toko, tiba-tiba jaringan internetnya tidak ada. Tersiksa sekali rasanya. Daftar online saya sementara terhenti dari facebook, kompasiana, kaskus, yahoo, nge-blog, sampai berakrab-akrab ria dengan mbah Google. Otomatis semua terputus sama sekali tanpa pemberitahuan sebelumnya.

It’s a real world ! Seringkali saya harus menahan keinginan saya untuk melanggar aturan saya sendiri. Tinggal beli pulsa 50 ribu, ketik reg bulanan, aktif deh internetnya. Tapi seringkali saya diingatkan suami untuk prioritas dunia nyata dulu. Yo wis, ngalah bae lah..hihi.. sakaw-nya ditahan dulu.

Dan memang ada beberapa hikmah yang bisa saya ambil saat internet tidak ada dalam kehidupan saya. Saya lebih fokus melayani pembeli yang biasanya saya sambi dengan internet-an, saya juga punya waktu lebih untuk memperhatikan Andro, anak saya yang biasanya saya tinggal asyik facebook-an saat dia mengajak saya bermain.

Selain itu, saya juga bisa lebih memperhatikan lingkungan sekitar saya. Saat ada yang meninggal, ikut melayat, ada undangan nikahan, ikut njagong, bahkan ada yang punya hajat ikut bantu-bantu yang disebut rewang. Kegiatan bersosialisasi saya terasa lebih nyata. Ada kepuasan batin ketika saya ikut terlibat di dalamnya.

Tapi, lama-lama rasa rindu untuk bisa internetan tidak bisa dibendung lagi. Tepat dua minggu berpuasa (sstt..ngaku deh, kadang nyuri-nyuri juga buka kompasiana and facebook lewat hp..tapi cuma sebentar kok, just melongok saja..jangan bilang-bilang ya..), akhirnya bisa juga berinternetan lagi, walau kadang setelah ada internet lagi, rasa bosan sering melanda..duh..duh..

Setelah berpuasa online, saya jadi tahu tentang pentingnya arti dari skala prioritas. Ketika kita terlalu larut dalam keasyikan berinternet, seringkali banyak hal yang sebenarnya lebih penting jadi terabaikan. Kita juga paling senang melakukan penundaan waktu untuk sesuatu yang lebih perlu. Jadi intinya adalah, pengendalian diri. Ketika kita bisa memilah-milah mana yang lebih penting, semuanya jadi lebih aman dan terkendali.

Selain itu, saya juga merasakan kehilangan ketika internet tidak ada dalam kehidupan saya. Padahal saat internet selalu ada, kadang keberadaannya tidak begitu saya sadari dan kadang hanya membuat bosan saja. Saat tidak ada itulah, saya jadi tahu arti kehilangan yang sesungguhnya. Saya jadi bingung mau ngapain, mati gaya, menduga-duga apa yang sedang terjadi di dunia maya. Apa kabar teman-teman facebook saya, tulisan apa yang jadi headline di kompasiana, dan apa-apa lainnya yang menjadi begitu banyak pertanyaan dalam benak saya.

Hikmah lainnya, saya menjadi pribadi yang tidak terlalu tergantung pada internet. Istilahnya, tidak terlalu keranjingan seperti dulu. Kalau dulu, sehari tidak internetan saja badan pegal-pegal, mata berkunang-kunang, awak lungkrah balung linu hihi..( hiperbola banget sih ! ). Sekarang, saya lebih bisa menerima keadaan. Mau internetan ayo..kalau nggak ada internet juga no problem. Nggak terlalu pengaruh banget.

Dan, saya sekarang bisa memandang internet secara lebih fungsional. Dipergunakan sebagaimana mestinya untuk sesuatu yang bermanfaat. Misalnya, internet sebagai sarana untuk menyalurkan bakat menulis di blog yang dapat memberi inspirasi banyak orang, untuk promosi bisnis, menjaring social networking, menambah pengetahuan dan hiburan yang bisa meredakan ketegangan setelah seharian bekerja di dunia nyata.

Saya harus punya filter sendiri terhadap pengaruh buruk internet. Pokoknya menggunakan internet secukupnya saja sesuai dosis yang berlaku jangan sampai over dosis dan jangan sampai sakaw. Itu saja. So, simple, kan ? Ho oh..

2 comments:

  1. Yah itung-itung hemat tuh mbak. Salam kenal yah...

    ReplyDelete
  2. hehe..iya..ya..makasih udah mampir ..salam kenal juga.. :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...