Populer. Siapa diantara kita yang tidak ingin menjadi populer ? Kita semua pasti ingin menjadi populer. Bohong jika ada yang tidak ingin menjadi populer. Pasti kita pernah berandai-andai menjadi seorang selebritis misalnya. Dikenal banyak orang, disanjung-sanjung, banyak penggemar, dielu-elukan (emang orang Betawi dielu-elukan hihi..), menjadi tersohor..wuah..glodak..!!
Tapi, apa iya menjadi orang yang populer itu jaminan bahagia ? Siapkah jika segala tindak-tanduk kita menjadi sorotan kemudian menjadi konsumsi publik ? Relakah kita jika segala privacy kita dijajah demi suatu kepentingan tertentu ? Hm..mungkin nggak ada salahnya jika kita berangan-angan dan mencari cara mengantisipasi segala kemungkinan yang ada jika tiba-tiba kita dipaksa menjadi populer.
Tidak bisa dipungkiri, di jaman sekarang ini siapa saja bisa menjadi terkenal. Adanya internet, banyaknya audisi dadakan, menjadi jalan untuk menyalurkan hasrat manusia menjadi seseorang yang ngetop tiba-tiba.
Dengan internet, kita bisa punya blog pribadi dan
Tapi, apa iya menjadi orang yang populer itu jaminan bahagia ? Siapkah jika segala tindak-tanduk kita menjadi sorotan kemudian menjadi konsumsi publik ? Relakah kita jika segala privacy kita dijajah demi suatu kepentingan tertentu ? Hm..mungkin nggak ada salahnya jika kita berangan-angan dan mencari cara mengantisipasi segala kemungkinan yang ada jika tiba-tiba kita dipaksa menjadi populer.
Tidak bisa dipungkiri, di jaman sekarang ini siapa saja bisa menjadi terkenal. Adanya internet, banyaknya audisi dadakan, menjadi jalan untuk menyalurkan hasrat manusia menjadi seseorang yang ngetop tiba-tiba.
Dengan internet, kita bisa punya blog pribadi dan
bisa juga ikut dalam social blog seperti Kompasiana ini misalnya. Alasan untuk bergabung dalam social blog ini biasanya beragam. Ada yang sekedar iseng-iseng, ada yang memang hobby menulis, ada yang suka berbagi ilmu, ada yang ingin mencari teman bahkan ada juga yang ingin dikenal.
Terkenal karena suatu karya yang diakui khalayak ramai tentunya sangat membanggakan. Tapi bagaimana jika terkenal karena suatu aib ? Apakah Ariel, Luna dan Tari masih bisa berbangga jika nama mereka semakin dikenal karena adegan ranjang mereka ? Apakah sesuatu itu memang pantas menjadi berita yang heboh yang tak pernah henti untuk selalu dibahas dan menjadi ajang penghakiman ramai-ramai ? Entahlah, karena ternyata dari satu kejadian telah membuat banyak pihak untuk ikut serta terlibat dari desa ke kota. Dari pucuk gunung hingga ke dasar lautan. Memang luar biasa dampak dari internet itu. Tak peduli jika anak SD penasaran ingin tahu seperti apa video porno yang sangat menghebohkan itu. Apakah populer dengan cara seperti ini yang kita inginkan ? Hanya kita yang bisa menjawab dengan jujur.
Kembali ke Kompasiana, social blog satu ini memang punya andil yang cukup besar untuk mengantarkan popularitas para penghuninya. Salut tak terhingga saya untuk Kompasiana yang telah berperan melahirkan buku “Wahai Pemimpin Bangsa, Belajar dari Seks Dong !! karya mba Mariska Lubis dan editor bagindang ASA ( selamat ya ! ). Luar biasa, Kompasiana mewujudkan mimpi bagi banyak orang yang memperjuangkan mimpinya.
Memang hanya ada dua akibat dari keikutsertaan kita di Kompasiana ini. Menjadi terkenal atau tidak dikenal. Kita harus siap untuk menjadi keduanya. Saat kita tidak dikenal, berarti kita masih harus banyak belajar yang lebih baik lagi dan jangan pernah menyerah. Saat sudah terkenal, bisa dibilang karya tulisan kita sudah bisa diterima dengan baik tapi kita tetap harus banyak belajar karena popularitas itu sulit untuk dipertahankan. Tergantung perangai dan karya kita apakah bisa menjadi selera banyak orang.
Menjadi populer adalah suatu anugerah. Tidak semua orang bisa merasakannya. Tentunya kesempatan ini jangan disia-siakan. Terus berkarya yang bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak. Dan perlu diingat pula, menjadi populer bukan alasan untuk memandang sebelah mata orang lain yang belum terkenal. Popularitas bukan pula suatu alasan untuk menjadi tinggi hati dan lupa diri. Bukan pula suatu kesempatan untuk bisa terlena.
Demikian pula, menjadi populer adalah suatu pilihan. Kita juga berhak menolak untuk tidak memilih menjadi orang yang terkenal. Kita puas dengan hidup kita yang tidak perlu banyak orang tahu, it’s allright, no problem. Sepenuhnya adalah pilihan hidup kita yang paling nyaman buat kita.
Dan jika belum populer, ini hanya masalah waktu saja. Semua orang bisa menjadi populer. Jika kita konsisten terus menulis di Kompasiana ini dan setia untuk selalu membuat perbaikan, percayalah popularitas itu pasti akan datang menjemput. Entah lama, sebentar atau lama sekali. Yang penting apakah kita tahan berproses untuk menemui sang popularitas itu. Tidak ada yang tidak mungkin. Paling tidak, populer di mata keluarga sudah lebih dari cukup bagi saya apalagi popular beneran. Setubuh..eh setuju ?
Terkenal karena suatu karya yang diakui khalayak ramai tentunya sangat membanggakan. Tapi bagaimana jika terkenal karena suatu aib ? Apakah Ariel, Luna dan Tari masih bisa berbangga jika nama mereka semakin dikenal karena adegan ranjang mereka ? Apakah sesuatu itu memang pantas menjadi berita yang heboh yang tak pernah henti untuk selalu dibahas dan menjadi ajang penghakiman ramai-ramai ? Entahlah, karena ternyata dari satu kejadian telah membuat banyak pihak untuk ikut serta terlibat dari desa ke kota. Dari pucuk gunung hingga ke dasar lautan. Memang luar biasa dampak dari internet itu. Tak peduli jika anak SD penasaran ingin tahu seperti apa video porno yang sangat menghebohkan itu. Apakah populer dengan cara seperti ini yang kita inginkan ? Hanya kita yang bisa menjawab dengan jujur.
Kembali ke Kompasiana, social blog satu ini memang punya andil yang cukup besar untuk mengantarkan popularitas para penghuninya. Salut tak terhingga saya untuk Kompasiana yang telah berperan melahirkan buku “Wahai Pemimpin Bangsa, Belajar dari Seks Dong !! karya mba Mariska Lubis dan editor bagindang ASA ( selamat ya ! ). Luar biasa, Kompasiana mewujudkan mimpi bagi banyak orang yang memperjuangkan mimpinya.
Memang hanya ada dua akibat dari keikutsertaan kita di Kompasiana ini. Menjadi terkenal atau tidak dikenal. Kita harus siap untuk menjadi keduanya. Saat kita tidak dikenal, berarti kita masih harus banyak belajar yang lebih baik lagi dan jangan pernah menyerah. Saat sudah terkenal, bisa dibilang karya tulisan kita sudah bisa diterima dengan baik tapi kita tetap harus banyak belajar karena popularitas itu sulit untuk dipertahankan. Tergantung perangai dan karya kita apakah bisa menjadi selera banyak orang.
Menjadi populer adalah suatu anugerah. Tidak semua orang bisa merasakannya. Tentunya kesempatan ini jangan disia-siakan. Terus berkarya yang bisa dirasakan manfaatnya oleh banyak pihak. Dan perlu diingat pula, menjadi populer bukan alasan untuk memandang sebelah mata orang lain yang belum terkenal. Popularitas bukan pula suatu alasan untuk menjadi tinggi hati dan lupa diri. Bukan pula suatu kesempatan untuk bisa terlena.
Demikian pula, menjadi populer adalah suatu pilihan. Kita juga berhak menolak untuk tidak memilih menjadi orang yang terkenal. Kita puas dengan hidup kita yang tidak perlu banyak orang tahu, it’s allright, no problem. Sepenuhnya adalah pilihan hidup kita yang paling nyaman buat kita.
Dan jika belum populer, ini hanya masalah waktu saja. Semua orang bisa menjadi populer. Jika kita konsisten terus menulis di Kompasiana ini dan setia untuk selalu membuat perbaikan, percayalah popularitas itu pasti akan datang menjemput. Entah lama, sebentar atau lama sekali. Yang penting apakah kita tahan berproses untuk menemui sang popularitas itu. Tidak ada yang tidak mungkin. Paling tidak, populer di mata keluarga sudah lebih dari cukup bagi saya apalagi popular beneran. Setubuh..eh setuju ?
No comments:
Post a Comment