Pertama melihat bentuknya, aku tidak tertarik. Kotor sekali penuh dengan tanah dan bentuk kacangnya beda dari biasanya. Hitam dan kotor. Kacang tanah ini dibawa oleh Mbak Ikem hasil panen dari ladangnya.
“Belum sempat dicuci, Bu..,cuma sedikit..” kata Mbak Ikem malu-malu.
“Nggak papa, Mbak..makasih ya..,” kataku tanpa malu-malu. Hehe..
Mbak Ikem itu mbak yang mengasuh anakku Andro yang berumur 2 tahun 4 bulan, kalau aku lagi kerja. Belum lama mengasuh Andro, baru 2 bulan ini. Mbak Ikem penduduk desa tetangga dari desa tempatku tinggal di daerah Wonosari Yogyakarta.
Mbak Ikem datang menggantikan Mbak Inu, mbak yang duluan mengasuh Andro tapi terpaksa harus keluar karena dilarang suaminya bekerja. Padahal suami Mbak Inu sendiri pekerjaannya tidak tetap. Tapi tetap memaksa Mbak Inu untuk keluar dengan alasan harus menerima pendapatan suami yang apa adanya dan tinggal di rumah beres-beres. Ya sudah, aku tidak bisa memaksa. Padahal Andro sudah cukup lengket dengan Mbak Inu yang rajin bekerja dan cekatan mengasuh Andro.
Melihat Mbak Ikem, Andro tidak langsung lengket seperti kepada Mbak Inu. Mungkin karena belum kenal, pikirku. Tapi semakin hari kok Andro semakin tidak mau ditinggal malah semakin tergantung kepadaku. Ada apa ? Memang kuakui, Mbak Ikem ini jauh sekali dengan Mbak Inu yang cekatan dan trampil mengambil hati Andro yang langsung lengket begitu ketemu. Mungkin auranya mbak Ikem belum cocok sama Andro. Mbak Ikem terkesan kurang lincah dalam mengasuh Andro yang sangat aktif. Inisiatifnya juga kurang. Aku maklum karena pengetahuan orang berbeda-beda, asal diajari nanti lama-lama juga bisa pikirku.
Lama-lama Andro mulai terbiasa dan mulai akrab dengan Mbak Ikem. Waktu itu aku memberi deadline kalau sebulan Andro masih rewel diasuh Mbak Ikem, ya sudah..ganti orang saja. Ternyata tidak sampai satu bulan Mbak Ikem mulai bisa mengasuh Andro sehingga aku dan suami cukup lega.
Mbak Ikem bekerja di rumahku dari pagi hingga sore. Hari minggu libur. Maklum, mbak Ikem kan juga punya anak dan suami. Pastinya capek kalau bekerja setiap hari.
Kembali ke kacang, langsung kucuci kacang-kacang itu berkali-kali sampai tanah yang menempel hilang. Lumayan dapat kacang gratisan. Kurebus kacangnya, kubuka pelan-pelan..wah ternyata enak juga. Meskipun bentuknya tadi sangat tidak menarik, setelah dibersihkan dan direbus jadi makanan yang lezat sambil minum teh. Sepulang kerja suamiku tanya ada kacang darimana.
“Kacangnya Mbak Ikem..,” jawabku.
“Belum sempat dicuci, Bu..,cuma sedikit..” kata Mbak Ikem malu-malu.
“Nggak papa, Mbak..makasih ya..,” kataku tanpa malu-malu. Hehe..
Mbak Ikem itu mbak yang mengasuh anakku Andro yang berumur 2 tahun 4 bulan, kalau aku lagi kerja. Belum lama mengasuh Andro, baru 2 bulan ini. Mbak Ikem penduduk desa tetangga dari desa tempatku tinggal di daerah Wonosari Yogyakarta.
Mbak Ikem datang menggantikan Mbak Inu, mbak yang duluan mengasuh Andro tapi terpaksa harus keluar karena dilarang suaminya bekerja. Padahal suami Mbak Inu sendiri pekerjaannya tidak tetap. Tapi tetap memaksa Mbak Inu untuk keluar dengan alasan harus menerima pendapatan suami yang apa adanya dan tinggal di rumah beres-beres. Ya sudah, aku tidak bisa memaksa. Padahal Andro sudah cukup lengket dengan Mbak Inu yang rajin bekerja dan cekatan mengasuh Andro.
Melihat Mbak Ikem, Andro tidak langsung lengket seperti kepada Mbak Inu. Mungkin karena belum kenal, pikirku. Tapi semakin hari kok Andro semakin tidak mau ditinggal malah semakin tergantung kepadaku. Ada apa ? Memang kuakui, Mbak Ikem ini jauh sekali dengan Mbak Inu yang cekatan dan trampil mengambil hati Andro yang langsung lengket begitu ketemu. Mungkin auranya mbak Ikem belum cocok sama Andro. Mbak Ikem terkesan kurang lincah dalam mengasuh Andro yang sangat aktif. Inisiatifnya juga kurang. Aku maklum karena pengetahuan orang berbeda-beda, asal diajari nanti lama-lama juga bisa pikirku.
Lama-lama Andro mulai terbiasa dan mulai akrab dengan Mbak Ikem. Waktu itu aku memberi deadline kalau sebulan Andro masih rewel diasuh Mbak Ikem, ya sudah..ganti orang saja. Ternyata tidak sampai satu bulan Mbak Ikem mulai bisa mengasuh Andro sehingga aku dan suami cukup lega.
Mbak Ikem bekerja di rumahku dari pagi hingga sore. Hari minggu libur. Maklum, mbak Ikem kan juga punya anak dan suami. Pastinya capek kalau bekerja setiap hari.
Kembali ke kacang, langsung kucuci kacang-kacang itu berkali-kali sampai tanah yang menempel hilang. Lumayan dapat kacang gratisan. Kurebus kacangnya, kubuka pelan-pelan..wah ternyata enak juga. Meskipun bentuknya tadi sangat tidak menarik, setelah dibersihkan dan direbus jadi makanan yang lezat sambil minum teh. Sepulang kerja suamiku tanya ada kacang darimana.
“Kacangnya Mbak Ikem..,” jawabku.
Suamiku ikut mencicipi dan nyeletuk,”Hm.. enak juga ya kacangnya Mbak Ikem..,” sambil melirikku. Kami tertawa.
No comments:
Post a Comment