Monday, February 15, 2010

EMPAT LAKI-LAKI DAN SATU PEREMPUAN


Laki-laki pertama berperawakan kekar, berkulit hitam dan berwajah ‘sangar’ kalau orang Jawa bilang. Gaya bicaranya keras dan pandai berbicara. Punya keahlian mengumpulkan massa, banyak orang yang tertarik jika sedang bercerita tentang sesuatu. Sebut saja namanya Aloy.

Laki-laki kedua bertubuh atletis, suka berolahraga dan mempunyai jiwa seni. Kegemarannya melukis, teater, menari dan menyanyi. Gaya hidupnya cuek, mengalir begitu saja. Namanya Tantyo.

Laki-laki ketiga bertubuh sedang, berwajah tampan dan tipe yang teratur. Pendiam dan cukup serius. Senang akan kerapian dan pola pikirnya rasional. Disiplin dan bekerja keras adalah kesehariannya. Nama laki-laki ini Pinur.

Laki-laki keempat berperawakan sedang, humoris dan supel. Kalau tertawa lepas sampai terbahak-bahak. Berjiwa sosial tinggi sehingga kadang-kadang kepentingan pribadinya diabaikan. Namanya Stef.

Satu perempuan yang dimaksud berwajah manis, suka berkhayal dan senang bertemu dengan banyak orang. Suka dengan hal yang praktis-praktis. Nama perempuan ini Judith.

Singkat kata, keempat laki-laki itu jatuh cinta kepada satu orang perempuan yang sama, Judith. Semuanya bersaing untuk mendapatkan hati Judith, sang pujaan hati.

Aloy, menarik perhatian Judith dengan keahliannya berbicara. Rayuan mautnya dia lancarkan, segala puja dan puji serta harapan yang indah-indah dia buaikan kepada Judith. Judith suka dengan orang yang pandai berbicara, tapi membenci orang yang suka membual. Dia menganggap Aloy hanya pandai membual. Ditolaknya Aloy tanpa basa-basi. Patah hatilah Aloy..

Tantyo, melukis wajah Judith dengan sangat indah. Dibuatkannya puisi untuk Judith, diciptakannya lagu khusus untuk Judith. Dan ada rencana Tantyo untuk membuat film tentang Judith. Maklum, seniman sarat dengan karya..Judith cukup terbuai dengan semua itu, tapi Judith masih belum sreg dengan Tantyo, entah kenapa..

Pinur, berbekal kesederhanaan dan kemandiriannya tidak menawarkan apa-apa. Tapi dia yakin, punya masa depan yang cerah. Diajaknya Judith untuk menata masa depan bersamanya. Judith masih pikir-pikir dulu, tawaran Pinur dipertimbangkan..

Stef, dengan keahliannya melucu mampu membuat Judith tertawa terbahak-bahak. Segala cerita yang menarik dan menghibur ada pada Stef. Judith suka dengan cara pandang Stef yang mampu menertawakan apa saja, bahkan dirinya sendiri ditertawakan. Tapi Judith sadar, tidak semua hal itu lucu. Ada kalanya kita tertawa, tapi ada kalanya kita harus serius. Itu yang tidak Stef punya. Kurang serius..

Judith bimbang akan menjatuhkan pilihannya kepada siapa. Judith mempertimbangkan tawaran Pinur, tapi menginginkan Pinur seorang yang lucu seperti Stef, ada jiwa seniman seperti Tantyo dan pandai bicara seperti Aloy. Judith tidak cukup puas dengan Pinur sekarang yang low profile. Apa adanya.

Pinur merasa keberatan dengan jawaban Judith. Dirinya merasa dibanding-bandingkan. Apalagi dibandingkan dengan ketiga rival-nya.

“Aku tidak menuntut apa-apa darimu, Judith. Aku seperti ini adanya. Aku bukanlah Aloy, Tantyo ataupun Stef. Aku Pinur, yang siap membahagiakanmu dengan keadaanku sekarang dan nanti. Aku bangga dengan diriku sendiri dan tidak ingin menjadi orang lain seperti keinginanmu..”

“Maksudku, kamu tidak harus menjadi Aloy, Tantyo ataupun Stef. Aku hanya ingin kamu sedikit pandai berbicara tidak terlalu pendiam, punya jiwa seni walau sedikit saja dan punya humor jangan terlalu serius seperti sekarang..”

“Tidak mudah untuk mengubah seseorang Judith, aku tidak pernah menuntutmu untuk berubah menjadi orang lain karena aku, aku mencintaimu tulus apa adanya. Segala kelebihan dan kekuranganmu aku bisa menerima, tapi jika kamu menuntut aku untuk menjadi seseorang yang sempurna dimatamu, aku tidak bisa..”

Dan Pinur pun pergi. Tinggallah Judith seorang diri..

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...