Gambar dipinjam dari sini
Hujan. Senantiasa menyejukkan. Selalu bicara tentang keindahan. Tentang masa kecil, masa lalu dan selalu ingin kembali kesana.
Hujan. Basah dan aroma tanah, selalu memberi warna. Tenang, damai dan melenakan.
Hujan. Adalah air dan airmata. Air dari surga dan airmata bidadari dari surga. Legenda tak berkesudahan. Nyata atau maya, yang pasti ada cerita. Boleh percaya, tidak pun tak apa.
Hujan. Berhubungan erat dengan cuaca, jiwanya. Akrab dengan awan dan sang surya. Saling membutuhkan dan siap jika harus berkorban untuk yang lain. Awan menghilang, sang surya tenggelam, supaya hujan ada. Hujan tiada, awan dan surya siap untuk berada. Saling mengisi, melengkapi tanpa keluh kesah.
Hujan. Tawa dan ceria. Selalu ada gelak tawa kanak-kanak diantara rinai hujan nan basah. Penuh canda dan gembira ria. Tak ada duka, tak ada nestapa atau pun gundah gulana. Lepas, membekas.
Hujan. Bencana dan duka. Kala petir menyambar dan kilat berkilat menyertainya. Kala tumpah ruahnya tak mampu ditampung tanah dengan seksama. Kala banjir melanda, ia menjadi biang keladi utama untuk disalahkan. Bukan pada hutan yang gundul karena pohon-pohon habis ditebang, bukan pada manusia yang menjadikan bumi sebagai tempat sampah terluas, bukan pada tiadanya resapan air di atas kokohnya bangunan-bangunan metropolitan.
Hujan. Berkah dan Rahmat. Bukti cinta-Nya kepada manusia. Air kehidupan dari segala kehidupan telah disediakan-Nya. Laut dan sungai menjadi tahta abadi. Selayaknya, jalan menuju kesana disiapkan oleh manusia, bukan menghalanginya dengan segala upaya atas nama peradaban kota, kemajuan jaman, abad modern dan segala alasan pembenaran diri. Tetap, air punya jalan menuju tahta abadinya. Seharusnya..
Hujan..oh..hujan..
tulisan yang manis...
ReplyDeleteTetap semangat ngeblog! :))
terima kasih sudah singgah n leave the nice comment.. :)
ReplyDelete