Friday, December 23, 2011
Natal...
Wednesday, November 02, 2011
Saat Tidur, Kemana Nyawa Kita ?
Friday, October 28, 2011
Tentang Sebuah Rasa
Untuk sebuah rasa yang belum pernah terungkap, aku ungkapkan hari ini. Setelah sang waktu melaju hingga ke tahun empat belas. Setelah kita memiliki belahan jiwa dan buah hati masing-masing. Tak apa, hanya sekedar untuk kau ketahui. Supaya kau tak perlu ragu lagi untuk memastikan bagaimana rasaku padamu saat itu. Saat aku masih begitu pengecut di hadapanmu. Dan aku selalu merasa sebagai pecundang hingga tak pantas memiliki rasa itu. Kau terlalu sempurna di mataku. Dulu.
Aku merasa berdosa saat diam-diam meninggalkanmu tanpa sebuah kepastian setelah sekian lama kita larut dalam kebersamaan. Aku nyaman bersamamu saat itu, namun aku tahu kau masih ragu padaku. Hanya karena kita berbeda. Ya, kita terlahir dengan banyak perbedaan walaupun kita sama-sama diciptakan oleh-Nya. Aku merasa, hanya sebagai teman, kita akan aman untuk selalu bersama-sama. Tapi tahukah kau, saat kita sudah semakin dekat aku semakin tersiksa dengan rasa yang aku pendam. Ingin rasanya aku ungkapkan saat itu, namun aku dihantui rasa takut akan penolakanmu dan mungkin juga penolakan keluargamu padaku. Kau bagaikan seorang dewi yang tak terjamah olehku. Kali ini aku mengalah dengan pikiranku sendiri.
Lalu, keputusan itu aku ambil demikian cepat. Tanpa kata aku beranjak pergi. Aku tak tahu apakah kau terluka akan sikapku ini. Andai kau tahu, aku pun sangat tersiksa tak dapat bersamamu lagi. Meninggalkanmu adalah perbuatan bodohku yang seringkali kusesali. Bertahun-tahun aku mencoba untuk mengenyahkan rasaku padamu. Tapi maaf, aku tak bisa. Sudah aku coba untuk mencari penggantimu untuk mengisi singgasana tahta hatiku, namun tak pernah ada yang bisa sepertimu. Selalu, hanya kau yang paling indah bagiku.
Lama, hingga belasan tahun aku tak tahu kabar tentangmu. Mungkin kamu telah bahagia bersama laki-laki pujaanmu. Yang lebih segalanya dariku. Jelas, aku bukan apa-apa buatmu. Tak mengapa jika demikian, aku turut bahagia. Toh, aku juga sudah menemukan seseorang yang bisa mengerti tentang aku. Dan aku bahagia, cukup bahagia dengannya. Semoga kau pun juga. Apalagi, buah hatiku sangat lucu. Selalu bisa membuatku bangga sebagai seorang ayah. Ya, aku sudah menjadi seorang ayah sekarang. Pastinya kau juga sudah menjadi seorang ibu bukan ? Anakmu pasti lucu, sama seperti anakku. Ah..
Tempo hari, aku mendengar berita tentangmu. Tanpa sengaja. Lewat seorang temanku yang ternyata temanmu juga. Aku tersentak akan sebuah kebetulan ini. Setelah empat belas tahun. Aku penasaran, ingin tahu bagaimana keadaanmu saat ini. Namun aku malu. Aku ragu. Masihkah kau mengingat diriku dengan baik. Masihkah aku ada dalam memori masa lalumu. Mungkin sudah terlupakan begitu saja. Mungkin namaku sudah masuk dalam daftar temanmu yang tidak penting. Padahal andai kau tahu. Aku begitu memujamu. Mungkin hingga sekarang. Istriku sudah tahu. Aku cerita padanya tentang apa saja. Termasuk tentangmu. Dan dia mau mengerti. Semua orang punya masa lalu katanya. ya..aku lega karena memang cerita kita tidak pernah kelam. Indah, buatku..buatmu aku tak tahu.
Jadi, nomor handphonemu sudah aku dapatkan dari temanku yang juga temanmu itu. Sudah dari kemarin aku dapatkan namun aku ragu-ragu untuk menghubungimu. Aku sudah wanti-wanti dengan temanku supaya jangan memberitahumu kalau aku minta nomor handphonemu. Temanku hanya menatap penuh rasa ingin tahu, namun aku jawab supaya surprise. Lalu dia tersenyum dan tidak bertanya apa-apa lagi. Semoga saja temanku itu bisa dipercaya, sebab kalau tiba-tiba dia memberitahumu tentangku bisa gagal berantakan semua rencanaku.
Sssttt..kali ini aku main rahasia dengan istriku. Biasanya segala sesuatu aku ceritakan padanya. Namun kali ini tidak tentang nomor handphonemu. Aku save namamu dengan nama laki-laki supaya dia tidak curiga. Sebab diam-diam, aku pernah memergokinya membuka-buka handphoneku. Aku tak tahu apakah semua perempuan selalu ingin tahu privacy suaminya, lha wong aku saja tak pernah membuka-buka barang pribadinya. Aku tak mau dan tak mau tahu. Tapi tak apalah, cemburu berarti sayang. Mungkin istriku takut kalau aku selingkuh diam-diam. Belum selingkuh saja sudah curiga, gimana kalau aku selingkuh beneran ? Hush..semoga tidak. Aku ini laki-laki baik-baik kok.
Hm..kurasa sekarang adalah saat yang tepat. Istriku lagi arisan ibu-ibu di rumah tetangga, anakku lagi main di rumah temannya. Tak ada siapa-siapa di rumah ini kecuali aku sendiri. Kulihat jam di dinding menunjukkan pukul lima sore. Kuambil handphoneku kemudian kuhela nafas dalam-dalam untuk mengeluarkan keberanianku. Hati-hati kupencet nomor teleponmu. Apa yang kaulakukan saat ini ? Tut..tut..tut..tanda panggilanku sudah masuk. Dadaku berdegup kencang. Waduh..rasanya seperti masih remaja saja..
“Halo..?”
Terdengar suara di seberang. Aku yakin itu suaramu. Tidak banyak berubah. Aku senang sekaligus gugup.
“Aku cinta kamu..”
Aku tidak sadar apa yang aku ucapkan. Yang ada di pikiranku aku hanya ingin mengucapkan kata itu.
“Halo siapa ini ?”
“Aku cinta kamu..”
Semakin kacau pikiranku. Alam bawah sadarku menyuruhku mengucap kata itu. Berulang-ulang.
“Halo..bapak salah sambung ya..”
“Aku cinta kamu..”
Sekali lagi. Tiba-tiba saja aku sudah tak mampu untuk sekedar berbasa-basi. Padahal aku ingin tahu bagaimana kabarmu.
“Wong edan..ditanya nggak jawab..”
Tut..tut..tut...sambungan telepon terputus. Namun aku lega setengah mati sudah mengungkapkan rasaku. Meskipun kau tidak tahu siapa aku sebenarnya. Masihkah kau hafal dengan suaraku ? Mungkin aku sudah gila karenamu. Aku bahagia meski hanya bisa mendengar suaramu saja. Ternyata, aku masih menjadi pengecut hingga saat ini.
****
“Mas, Yoyok itu siapa ? Teman barumu po ? Kok aku belum tahu ?”
Waduh, istriku tanya tentang siapa Yoyok, namamu yang kusimpan dalam handphoneku. Aku terkesiap, handuk yang melilit tubuhku hampir saja terlepas. Aku baru selesai mandi.
“Tadi, waktu mas mandi, ada panggilan masuk namanya Yoyok, mau tak angkat kebetulan pas handphoneku juga bunyi, mbak Nita telpon mau pesen kue.”
“Oh..iyo, temen baru. Ya sudah, paling nanti juga telpon lagi kalau penting.”
Cepat-cepat kujangkau handphoneku dan benar, ada namamu di daftar miss call. Ada apa ya ? Aku jadi penasaran. Apa kau sudah tahu tentang aku ?
“Nanti, kalau aku lagi ke kamar mandi trus ada telpon dari Yoyok lagi, nggak usah diangkat ya..urusan laki-laki..”
Kataku pada istriku sambil mataku mengedip nakal.
“Walah kemaki..biasanya juga tak angkat ndak papa..jangan-jangan Yoyok ki pacarmu, opo sampeyan homo to mas ? Hiii...”
“Hush..sembarangan..”
Pikiranku penuh dengan tanda tanya. Berharap kau telpon lagi tapi please..mbok disaat istriku pas nggak ada. Pas aku di kantor atau di luar rumah saja sepertinya lebih aman. Aku nggak mau terperangkap dalam kebohongan yang berkesinambungan. Aku takut dosaku berlarut-larut. Duh, Gusti..mbok yao masa laluku ini jangan menggangguku lagi. Tapi yo salahku juga kenapa kemarin telepon trus ngomong yang nggak-nggak. Tak pikir kau sudah tidak nggagas lagi, lha kok malah telepon balik. Wah, jan..
Pagi ini aku berangkat ke kantor dengan tergesa-gesa. Kurang 1 menit lagi aku telat ikut meeting. Semua gara-gara aku susah tidur tadi malam. Apalagi kalau bukan mikirin kau. Harap-harap cemas kalau kau telpon lagi. Handphone sampai tak simpan di bawah bantal. Sengaja tak silent supaya istriku nggak dengar kalau ada panggilan. Cukup dengan merasakan getarannya saja. Tapi yang kutunggu-tunggu tak kunjung menelepon. Yo wis, lega sementara. Sebenarnya aku pengin nelpon kau lagi, tapi aku masih takut ngomong yang nggak-nggak kayak kemarin. Trus, ndelalah pulsaku sudah di ambang batas. Istriku bisa curiga kalau pulsaku tiba-tiba mendadak boros. Wong biasane aku ki paling awet pakai pulsa. Kalau nggak penting banget ya nggak telpon. Ngirit.
Tapi ngomong-ngomong, kok ada yang aneh ya. Saku celanaku kosong melompong yang biasanya full dengan benda berbentuk persegi panjang itu. Wah..sepertinya penyakit pikunku kambuh. Handphoneku ketinggalan. Sudah beberapa kali ketinggalan sebenarnya dan biasanya aku tidak terlalu khawatir karena handphone itu pasti ada di kamarku. Tapi sekarang lain ceritanya, saat “Yoyok” hadir kembali dalam hidupku. Pikiranku sudah mengembara kemana-mana. Jangan-jangan kau telpon, trus yang ngangkat istriku, trus semuanya menguak begitu saja dan aku menjadi terdakwa disidang istriku karena ketidakjujuranku dari awal. Duh !
Hari ini di kantor kujalani dengan kacau. Mulai dari nggak konsen saat meeting hingga aku ditegur si bos, pekerjaan banyak salahnya, nggak kelar-kelar dan segala sesuatunya seolah tak bersahabat denganku. Pusing. Semua hanya karena kau yang memenuhi pikiranku. Aku heran, belasan tahun tak mampu membunuh rasaku padamu. Penasaranku begitu amat sangat menggoda. Keinginanku untuk bisa bertemu denganmu walau sesaat, begitu kuat. Apalagi dari info Dayat, temanku yang juga temanmu itu kau tinggal di daerah yang tidak terlalu jauh dari tempatku. Sebuah kebetulan yang jauh dari dugaanku sebelumnya. Kupikir kau sudah tinggal jauh di belahan dunia yang lain.
Aku berandai-andai kalau sekarang aku ketemu kau, apa yang akan kulakukan ya ? Salah tingkah seperti laki-laki umur puber atau biasa saja atau acuh tak acuh ? Embuhlah..aku bingung je..Hatiku kebat-kebit and cenat cenut nggak karuan. Itu baru mbayangke thok, gimana kalau ketemu betulan ? Duh biyung..Jeng Sri. kau selalu membuatku pusing tujuh keliling.
***
“Mas, Yoyok ki laki opo perempuan to ? Kok suarane lembut..tak kiro istrinya Yoyok je..tapi pas tak tanya apanya Yoyok dia nggak ngomong apa-apa malah bingung ki ?”
Ladalah, opo meneh iki. Baru datang dari kantor istriku sudah cerita macem-macem. Penasaranku makin membuncah.
“Yoyok telpon meneh ?”
“Ho oh..trus ngomong halo siapa ini ? Yo aku jawab, lha ini siapa, istrinya mas Yoyok po ? Trus dia ngomong Yoyok siapa ya..maaf salah sambung..Kok aneh yo. Jan-jane Yoyok ki sopo to mas ? Bingung aku..”
“Walah..supaya nggak bingung sesok meneh nek telpon rasah diangkat. Marai mumet..”
“Lha sampeyan ki mesti ketinggalan handphone, kebiasaan..”
Aku manggut-manggut. Sedikit lega istriku tidak curiga berkelanjutan. Namun aku semakin penasaran kenapa kau nelpon lagi.
Lalu aku mulai ubah kebiasaan. Handphone kutenteng kemana-mana takut kalau tiba-tiba kau telpon. Sengaja handphone kugantung di leher pakai tali. Istriku geleng-geleng liat kebiasaan baruku ini. Ke kamar mandipun, handphone setia menemaniku. Kuletakkan hati-hati di tempat yang kering dari air saat aku mandi.
Nah, saat aku lagi seru-serunya pakai sabun mandi, handphoneku berdering. Lekas kulihat siapa gerangan yang menelpon saat keadaanku basah kuyup begini. Yoyok. Mataku terbelalak. Lekas kucuci tanganku kemudian kulap dengan handuk secepat kilat. Berharap kau mau sabar menanti. Tak peduli badanku masih penuh dengan busa sabun tanpa sehelai benangpun.
“Halo..”
Suara lembutmu, jeng..aku benar-benar terbuai. Terpana. Terpaku.
“Ya, halo..”
“Maaf, saya hanya tanya siapa ini. Apakah salah sambung atau bukan. Apa Anda mengenal saya ? Tempo hari Anda yang menelpon saya kan ?”
“Jeng Sri..”
Tak urung aku memanggil namamu seperti dulu aku memanggilmu.
“Anda mengenal saya ?”
“Ya Jeng..empat belas tahun yang lalu aku mengenalmu. Aku Pras..”
“Mas Pras ? Prastowo ? Benarkah itu kamu Mas ? Ya Tuhan...”
Kuhela nafas panjang. Kau masih mengenalku dengan baik. Aku menangkap ada nada gembira dalam ucapanmu. Benarkah itu jeng ?
“Apa kabar Jeng ? Berapa anakmu sekarang ?”
“Baik, Mas..anakku dua, laki sama perempuan. Mas Pras sendiri berapa anaknya ?”
“Satu jeng. Laki-laki..suamimu ?”
“Satu, mas..eh maksudku..suamiku kenapa mas ? Mas belum mengenalnya..”
“O, ya..maafkan ucapanku tempo hari. Jujur, aku gugup.”
“Ndak apa-apa, mas..aku juga minta maaf nyebut wong edan..aku hanya kaget saja..kok tiba-tiba mas bisa tahu no telponku. Surprise..”
“Sebenarnya itu yang ingin aku ucapkan dari dulu. Tapi aku selalu menjadi pecundang sejati. Mungkin sekarang sudah tak ada artinya lagi.”
Kau diam. Tak ada suara apapun. Hanya aku bisa mendengar helaan nafasmu yang lembut dan dalam.
“Sebenarnya..kata itu yang kutunggu belasan tahun yang lalu, mas..namun mas terlanjur pergi tanpa kata. Tapi sudahlah..tak ada yang perlu disesali. Toh, sekarang kita sudah tahu dan tak mungkin untuk bisa saling memiliki. Aku bahagia dengan kehidupanku yang sekarang mas, dan semoga mas Pras juga bahagia. Terima kasih mas. Kejujuranmu sudah lebih dari cukup.”
Tut..tut..tut..sambungan telpon ditutup. Kau menyudahi pembicaraan kita. Aku masih belum percaya apa yang baru saja terjadi. Seperti mimpi. Kucubit lenganku dan aku malu ternyata aku masih berurusan dengan busa sabun. Handphone akan kuletakkan tapi tanganku terasa licin seperti belut dan handphone itu meluncur ke bak mandi. Waduh..handphone langsung mati total. Perasaanku campur-campur antara gembira dan sedih. Ah..ini bagian dari suatu dinamika hidup. Yang pasti aku lega. ya..sangat lega. Aku sudah bisa mengungkapkan rasaku tanpa khawatir akan ada perselingkuhan. Ya, aku janji. Jeng Sri, kau adalah bagian dari masa lalu yang belum usai namun aku sudah menyudahinya barusan. Masa depanku adalah istri dan anakku. Itu saja. Kulanjutkan mandiku yang tertunda. Kali ini dengan senandung. Aku lupa handphoneku butuh pertolongan segera. Ah..biar kunikmati dulu segarnya air mengguyur tubuhku hari ini.
Friday, October 07, 2011
Peribahasa Usaha
Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian
Terlanjur basah, ya sudah mandi sekalian
Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani
Bersahabat dengan ketidakpastian
Yeah..kalau mau yang pasti-pasti aja, mending jadi karyawan tetap. Gaji tiap bulan sudah pasti diterima, bisa merencanakan mau ditabung berapa, mau dibelanjakan berapa, mau buat traktir teman berapa, pokoknya bisa ada gambaran karena kondisi keuangan sudah bisa diprediksi. Kalau jadi pengusaha ? Belum tentu..hari ini beda banget dengan hari kemarin atau besok. Selalu berbeda. Hari ini ramai, besok nggak tahu deh..Karena itu, yang namanya ketidakpastian harus bisa menjadi sahabat terbaik. Bagaimana caranya si tidak pasti ini bisa menjadi pasti perlu diupayakan. Caranya ? Pasang target ! Ya, targetlah hari ini, bulan ini, tahun ini mau mencapai omset berapa. Kemudian cari cara bagaimana target itu bisa tercapai. Promosi dimana-mana, program bonus, potongan harga, kepuasan konsumen, layanan terbaik, hubungan personal yang baik dengan pelanggan, pokoknya segala kebutuhan konsumen diupayakan dengan semaksimal mungkin. Dengan restu Tuhan, semua itu bisa !
Sambil Menyelam, minum air
Anjing menggonggong, kafilah berlalu
Jangan tong kosong berbunyi nyaring
Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit
Pembeli adalah Raja
Saturday, September 03, 2011
Sukses..?
- Saat SD-SMA ranking 1 di kelas sudah pernah saya rasakan
- Lulus UMPTN dan masuk UGM
- Lulus kuliah hingga meraih gelar Sarjana
- Mendapatkan pekerjaan
- Mendapatkan jodoh kemudian menikah
- Dikaruniai anak
- Punya usaha sendiri
Kesuksesan lain yang belum saya raih saat ini adalah :
- Punya anak lagi
- Membesarkan usaha
- Masuk surga
Friday, August 19, 2011
Promo Murah Ban Dunlop
Promo ini berlaku untuk ban Dunlop Sp10 ukuran 155/80-12 hanya seharga 260 ribu sudah termasuk pasang dan balancing. Murah kan ? Jadi, pemilik ban Carry, Hijet dan yang senasib ukuran bannya alias sami mawon, bergegaslah sebelum stoknya habis. Apalagi saat ini ban-ban mobil yang baru, harganya sudah nggak kuku..jadi mumpung ada promo murah ini, tunggu apa lagi, mau lebaran bannya baru dooonnnggg..hehe..
Kemudian, untuk pemilik mobil Kijang, Xenia dan lain-lain yang ukuran bannya 165/80-13, ada lagi promo khusus dari Dunlop Prosafer. Murah, harganya cuma 300 ribu sudah termasuk pasang plus balancing. Balancingnya pakai timah lagi. Ahaaayyy..tunggu apa lagi ? Buruan dah..nggak pake lama..hahaha..( promosinya..)
Trus, kalau misalnya cuma mau dipasang aja, nggak mau dibalancing, alasannya karena pelegnya masih bagus nggak bermasalah, nggak mobeng maksudnya..ya nanti ada potongan harga lagi. Siip kaaan...??
Ayo cepat..bergegaslah, kesempatan emas ini tidak datang dua kali. Cuma sekali lho..jangan sampai nyesel...pasti puas. Dijamin !
Segera berbondong-bondong datang ke Wiyono Putro Autoshop.
Untuk info lebih lanjut hubungi no 081328505252, 0274-6947649. Pasti dijawab kecuali sms yang mboten-mboten, tidak akan dilayani. Makasih.
Wednesday, August 17, 2011
Merdekah..kah..kah..?
Friday, August 12, 2011
Cita-Cita Anakku : Jualan Ban
Saturday, August 06, 2011
The Past
Dimensi waktu kita telah beda. Tak akan mungkin berada di titik yang sama.
Samar, kesempatan itu telah kubuang percuma. Kan kugenggam kepastian yang telah ada. Tak akan kubiarkan lepas demi mengurai masa lalu nan semu. Dulu kau hanya bayang-bayang dan sekarang pun jua. Tak akan ada nyata. Biarkan kukubur dirimu bagaikan legenda yang sesekali diingat. Yang terkubur tanpa mampu menuntut kekinian bersamaku.
Itu lebih baik kurasa. Walaupun kini rasa itu telah menguap entah kemana. Namun sesekali rasanya menohok mewarnai bunga-bunga tidurku. Kamu pernah ada, namun kini tiada. Tiada dari bagian hidupku dan ada di bagian hidup yang lain. Tak perlu menolak takdir. Atau menyalahkan waktu yang tak berpihak. Kau dan aku tak akan pernah bisa menyatu.
Manis bagiku, entah bagimu. Kau rajin menghiasi mimpi-mimpiku kala itu, entah bagimu. Hatiku selalu bergetar menahan gejolak rindu, entah bagimu. Selalu jutaan tanya menggayut di benakku, entah bagimu. Kau adalah misteri bagiku, entah bagimu. Entah..entah..dan hanya entah yang ada.
Apa artinya jika semua ini hanya kurasa sendirian ?
Susah payah ku mengurai air mata tanpa pernah kau mengerti rasa yang ada padaku ?
Tak ada kata, tak ada gejala yang mengindikasikan rasa yang sama atau beda..
Datar, biasa, samar dan aku hanya bisa meraba-raba..
Bagaimana mungkin jika aku menyimpulkan kau begitu istimewa sedangkan kau sendiri belum tentu menganggapku demikian ?
Bertepuk sebelah tangan, pungguk merindukan bulan...hm..terpuruknya aku..
Tapi..itu masa lalu...
Masa kini..kepastian telah menjadi bagian hidupku..
Kebahagiaan telah kuraih..
Jadi maaf..kulewatkan hari ini untuk tidak bertemu denganmu..
Karena aku bukan yang lalu..
Telah kubuka lembaran baru..
Dan tak akan kubuang waktu demi cerita masa lalu..
Sudah tidak berlaku..
Tuesday, July 12, 2011
Ku Bahagia..Ultah Nih..
Saat usiaku 12 tahun, aku berlinang air mata terharu saat teman-teman kemahku mengucapkan ulang tahun di tengah lapangan saling bernyanyi happy birthday. Kejutan itu begitu menyenangkan bagiku.
Aku menangis sedih, saat seseorang yang kuharapkan memberi ucapan ulang tahunku yang pertama kali ternyata tidak menyadari bahwa aku berulang tahun ke-16. Namun aku kembali tersadar, aku bukan siapa-siapa yang mengharapkan terlalu banyak perhatian.
Lalu, di usia 17 tahun, aku pun terpekik kegirangan saat adik-adik kelas bimbingan rohani di sekolah berbaris melingkar, antri satu persatu menyalami hari jadiku. Betapa perhatian mereka menyejukkan jiwaku.
Aku kembali bahagia , saat ada seseorang yang memberi rumput berbunga sebagai ucapan ulang tahunnya kepadaku saat usiaku 19 tahun. Sebuah lampu teplok sebagai pengganti lilin yang tiada, aku tiup dengan semangat diantara teman-teman camping rohaniku.
Usia 21 tahun, aku tersenyum bahagia karena mengenal sesorang yang istimewa di hari jadiku. Dia menjadi kado istimewa di masa depanku. Kelak, dialah yang akan mendampingi hidupku selamanya.
Kebahagiaan demi kebahagiaan kembali aku rasakan saat aku berulang tahun di tahun-tahun berikutnya. Meskipun sering tidak dirayakan, namun aku bahagia saat ada yang mengingat hari jadiku lewat sms, telepon ataupun melalui jejaring sosial seperti facebook. Namun aku pun pernah merasa begitu terasing saat-saat jauh dari orang-orang terkasih, berada di perantauan asing yang tak satupun mengetahui hari jadiku. Dan akupun merayakannya sendiri. Dalam keheningan, merenung dan berdoa di dalam kamar. Cukuplah ucapan selamat dari orang-orang yang dekat di hati mampu menepis rasa sepiku.
Lalu, aku pernah tercengang saat belahan jiwaku lupa sama sekali hari ulang tahunku. Biasanya dia pertama kali memberi ucapan selamat tepat jam 12 malam. Tak peduli aku telah tertidur. Lalu peristiwa itu terjadi, setahun yang lalu saat dalam perjalanan pulang dari luar kota. Tak sepatah ucapan pun dilontarkan. Aku terdiam sepanjang perjalanan. Dia ikut-ikutan terdiam. Sibuk bertanya-tanya, mungkin dia sengaja begitu untuk sebuah kejutan. Tapi apa ? Sampai tengah hari, belum ada tanda-tanda padahal kami selalu bersama.
Lalu aku beranikan bertanya,” Ini hari apa ?”
Dia melihat tanggal. Dia mulai tersadar.
“Oh pantesan dari tadi diam saja, aku benar-benar lupa ini hari ulang tahunmu.”
Air mataku sudah membanjir. Tumpah ruah tak karuan.
”Apakah ucapan itu masih penting bagimu ? Bukankah kamu sudah menjadi bagian dari hidupku ? Setiap hari istimewa, sayang..”
Lalu dia mengecup keningku. Aku tetap menganggap sebuah ucapan itu bentuk perhatian. Bukankah selama ini kamu tak pernah lupa ? Kenapa setelah menjadi suami kamu melupakan ritual-ritual itu ?
“Karena kita telah terbiasa. Semuanya menjadi biasa. Tak perlu anggap itu sebagai sesuatu yang istimewa. Setiap hari kita bahagia kan ? Aku bahagia kamu pernah dilahirkan sayang, karena itu aku menganggap setiap hari istimewa. Selamat ulang tahun sayang..”
Ah..bagaiamanapun, aku tetap bahagia jika dia selalu mengingat hari ulang tahunku tanpa harus diingatkan lebih dulu. Dan ternyata, di ultahku kali ini, dia tidak lupa lagi. Ehem..
Thursday, June 23, 2011
Pengusaha Meraba-raba
Seringkali pengusaha terkecoh dengan perkiraannya sendiri. Persediaan stok melimpah ternyata pasar sepi. Giliran stok terbatas, ternyata pasar melimpah sehingga harus kehabisan stok. Itulah..andai pengusaha punya kemampuan untuk melihat peta hari ini misalnya barang yang keluar sekian, pembeli sekian, tentu banyak orang berlomba-lomba jadi pengusaha ya..hehe..
Apa yang perlu dilakukan seorang pengusaha adalah meraba-raba, mencoba peruntungan dan berupaya. Melihat peluang yang ada, menganalisa pasar dan menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya. Banyak celah yang perlu dilihat. Resiko yang diambil semakin tinggi jika modal yang digunakan adalah modal yang diperoleh dari pinjaman atau hutang. Banyak hal yang perlu dipikirkan antara mengatur keuangan untuk bayar hutang, untuk kulakan barang, biaya operasional, untuk kebutuhan sehari-hari, dan lain sebagainya, semuanya diperlukan kecermatan dalam me-manage keuangan.
Pusing, sudah pasti. Tapi ada beberapa hal yang bisa diambil dari segala resiko yang berat itu. Seorang pengusaha dituntut untuk bisa memecahkan masalah secara cermat. Kalaupun melakukan kesalahan, kesalahan tersebut hendaknya menjadi pembelajaran untuk langkah selanjutnya.
Paling penting pula dalam suatu usaha adalah promosi dan pemasaran. Karena sebagus apapun suatu produk, kalau tidak ada yang tahu dan tidak ada yang beli sama saja bohong. Karena itu, promosi merupakan nyawa dari suatu usaha. Pengenalan produk, lokasi tempat dan segmen pasar harus dijabarkan pada saat promosi berlangsung. Potongan harga atau diskon juga menjadi daya tarik tersendiri saat promosi berlangsung.
Masih banyak hal lain dalam serba-serbi dunia usaha. Namun ini hanya gambaran sekilas. Lain kali disambung lagi. Eh, itu ada pembeli. Pamit dulu ya...
Friday, May 27, 2011
Dokter Yap
Cara untuk banyak tahu bisa dengan membaca buku, banyak bertanya, diskusi tanya jawab dengan orang yang bisa diajak diskusi, mengikuti perkembangan media massa, bergaul, dan lain sebagainya. Segala informasi kita tampung dalam memori otak dan kita bagikan untuk orang lain.
Omong-omong tentang ketidaktahuan, saya dan ibu saya pernah dibuat malu saat berada di sebuah rumah sakit. Ceritanya begini, saat saya masuk sebagai mahasiswa baru di sebuah PTN, saya merasa penglihatan mata saya tidak beres saat melihat tulisan jarak jauh. Samar-samar, kabur tidak jelas. Mata saya harus terpicing-picing supaya melihat tulisan dengan jelas atau terpaksa pindah duduk ke depan. Lama-lama saya merasa terganggu dengan keadaan ini dan harus dicarikan solusinya. Hipotesa sementara, saya mengalami rabun jauh dan harus memakai kacamata. Tepat minusnya berapa, harus diperiksa ke dokter mata.
Di kota Yogya, tempat saya tinggal, terkenal dokter mata Yap. Asumsi saya, dokter Yap itu nama seorang dokter yang masih praktek di klinik miliknya. Pokoknya saya hanya asal dengar dan tidak tahu bagaimana historinya. Saya sering mendengar info kalau ada teman saya yang sakit mata, periksa ke dokter Yap. Dan saya tidak tanya lanjut soal itu.
Singkat kata, saya dan ibu menuju klinik dokter Yap untuk periksa mata saya pertama kalinya. Seperti biasa, saya harus menjalani prosedur pendaftaran dan menunggu antrian untuk dipanggil. Saat mendaftar untuk memilih dokter siapa, saya keheranan melihat nama-nama dokter yang tidak ada satupun bernama dokter Yap. Rupanya ibu saya punya pemikiran yang sama.
Bertanyalah ibu saya kepada suster jaga yang mendaftar,”Dokter Yap-nya ada ?”
Suster tampak kaget, kemudian sambil senyum-senyum menjawab,”Sudah lama meninggal..”
Olala, baru saya dan ibu menyadari ternyata rumah sakit ini adalah rumah sakit yang dirintis oleh pendahulunya dokter Yap. Nama yayasannya juga yayasan dokter Yap, tapi dokter Yap-nya sudah lama meninggal. Tak beda jauh dengan rumah sakit Sarjito atau rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Bedanya, saya tahu kalau rumah sakit Sarjito sudah lama ditinggalkan pendirinya. Kalau ini, benar-benar menggelikan. Saya dan ibu jadi malu sendiri jika mengenangnya. Ada-ada saja..
Thursday, March 17, 2011
ATM...Oh...ATM...
Ada 3 cara yang bisa saya lakukan agar uang saya sampai kepada saudara saya :
Pertama, saya langsung ke bank Munduri dan mentransfer uangnya ke nomor rekening yang dimaksud
Kedua, transfer melalui ATM Munduri orang lain, saya tinggal kasih uang cash-nya
Ketiga, transfer melalui ATM ABC saya, yang berarti transfer antar bank, kena biaya administrasi lumayan plus segala prosedural termasuk melalui proses kliring dan lain sebagainya, alias akan lama sampainya
Karena ini termasuk keperluan mendesak / urgent, yang mana uang harus segera diterima saudara saya sore itu juga, maka langkah pertama tidak mungkin bisa dilakukan karena bank sudah tutup. Langkah ketiga jelas tidak bisa karena efisiensi waktu yang tidak memungkinkan. Maka satu-satunya cara adalah dengan langkah kedua. Pertanyaannya, pakai ATM siapa ?
Maka saya menginterogasi teman-teman kerja saya di waktu yang sempit. Dan hasilnya, dari 15 teman kerja saya, hanya ada 1 orang yang punya ATM Munduri, tapi rekeningnya sudah lama tidak ada dananya, dan teman saya curiga rekening itu sudah mati alias tidak aktif lagi. Alamak, sami mawon to..
Terpaksa, tak ada cari lain selain mencari target yang punya ATM Munduri siapapun dia. Segera saya ambil keputusan, mengajak beberapa teman saya yang mau menemani ke mall yang tidak jauh dari tempat kerja saya waktu itu. Lumayan, ada 4 orang yang mau ikut hehe..
Modus operandinya jelas, nongkrong di depan ATM Munduri dan minta tolong kepada siapa saja yang mau ataupun yang sudah melakukan transaksi di ATM tersebut. Kebetulan, disana ada beberapa ATM bank lain-lain yang tidak terlalu ramai. Dan kebetulan pula ATM Munduri masih sepi dari nasabah. Intermezzo. ATM singkatan dari Anjungan Tunai Mandiri, tapi ada juga yang maksa main plesetan Ambil Tendili Money-nya..hihi..
Setelah menunggu beberapa menit, ada seorang perempuan muda masuk ke ATM Munduri. Saya dan teman-teman girang seketika. Harap-harap cemas menunggu orang itu keluar dari ATM, kemudian saya cegat dan mulailah saya mengutarakan niat saya untuk minta tolong ditransferkan uang melalui ATM Munduri karena saya tidak punya rekening Munduri , sambil menunjukkan sejumlah uang yang harus ditransfer dan no rekening saudara saya yang ada di inbox HP saya. Eh..si mbak malah ketakutan dan langsung ngibrit pergi tanpa basa basi. Saya bengong. Teman-teman saya ketawa. Mungkinkah tampang saya mirip penipu ? Sepertinya tidak..manis gini loh..hihi..
Apa boleh buat, saya menunggu lagi. Ternyata teman-teman saya hanya jadi penggembira saja, bukannya ikutan meyakinkan target malah menertawakan saya dan mereka mulai nggak pede dengan usaha saya. Payah..
Tak lama, ada seorang bapak-bapak masuk ATM dan jelas mata saya mulai beraksi lagi. Segera saya memulai usaha sama seperti tadi, eh..si bapak malah melototi saya curiga, dan langsung buru-buru pergi. Waduh, lebih sadis, dikiranya uang yang saya bawa palsu apa ? Susah amat sih..
Kemudian, ada seorang ibu-ibu dan saya mulai melancarkan aksi serupa, tapi si ibu dengan ringan menjawab bahwa dia nggak ada dana lagi di ATM-nya. Masa sih..cuma seratus ribu aja nggak ada ? Takut kena hipnotis ya, bu ? Emang saya bisa hipnotis orang ? Hm..baiklah..
Saya tetap berusaha lagi. Keukeuh pokoknya, masa nggak ada yang mau sih. Kan saya sudah ngomong baik-baik, sopan dan minta tolong. Apa iya nggak ada yang mau menolong ? Curiga sih boleh, tapi liat-liat orang dong, apa iya saya ada tampang kriminal ? Innocent gini kok, saya mulai nggak sabar. Hrrrr...
Teman-teman saya mulai menunjukkan wajah bete. Mulai malu ditatap dengan tatapan curiga dikiranya kita kawanan penipu. Saya juga mulai keder mentalnya. Tapi niat saya harus kesampaian. Lha wong nggak ada niat jahat kok, cuma minta tolong, apa salahnya ?
Harapan saya mulai timbul tenggelam saat ada seorang pemuda yang keluar dari ATM yang kemudian saya samperin lalu mulai menyampaikan niat saya. Saya sampai hafal dengan kata-kata yang sama diulang beberapa kali, bedanya sekarang, tampang saya lebih memelas. Si mas memandang saya, mencoba meyakinkan kemudian tanpa ngomong apa-apa, mengambil uang dan HP di tangan saya kemudian masuk kembali ke dalam ATM. Saya sedikit lega. Paling tidak, ada secercah harapan. Tak lama kemudian si mas muncul memberikan struk bukti bahwa transfer telah berhasil dilakukan sambil mengembalikan HP saya. Fiuhh..akhirnya. Saking senangnya, saya sampai tidak ingat berapa kali saya mengucapkan terima kasih. Si mas cuma tersenyum cool dan berlalu begitu saja. Bagaikan malaikat bayangan saja hehe..
Saya jadi ingat, beberapa tahun yang lalu saya juga pernah mengalami kejadian seperti ini. Waktu itu, saya baru selesai ambil uang di ATM ABC, tiba-tiba ada seorang perempuan muda nyamperin saya mengatakan bahwa dia nggak punya rekening ABC dan harus mentransfer uang ke saudaranya. Dia menyodorkan uang 300 rb dan nomor rekening yang ditulis di kertas. Saat itu, saya langsung mengiyakan tanpa babibu. Intuisi saya mengatakan, dia orang baik-baik dan saya kasihan padanya sehingga mau menolongnya. Padahal logikanya, ATM ini ada di depan Bank yang masih buka kerena siang hari. Bisa saja kan dia masuk ke bank dan transfer begitu saja. Malas antri dan ada biaya administrasi ? Mungkin saja itu alasannya, tapi sayangnya, saya tidak tanya lebih lanjut. Dan lagi, saya tidak punya pikiran macam-macam apakah uang ini palsu atau saya kena hipnotis. Positif thinking pokoknya. Dan ternyata, mbak itu mengucapkan terima kasih yang tulus dan uangnya bisa saya pakai buat beli ini itu tuh..berarti nggak palsu kan ?
Memang, nggak gampang menaruh kepercayaan kepada orang lain apalagi dengan orang yang belum kita kenal sama sekali. Yang kenal saja bisa nipu kok, apalagi yang baru ketemu. Dan, seringkali pula, penampilan bisa menipu. Sepertinya rapi, wangi..eh..bawa kabur uang. Sepertinya preman eh..nggak tahunya berhati roman. Kalau sudah begini, saya cuma mengandalkan apa kata hati. Kalau hati bilang tidak, maka saya akan menggeleng. Kalau kata hati bilang iya, mengangguk lah..
Saya jadi berpikir, kalau dulu saya menolak menolong si mbak itu, bisa jadi si mas itu juga nggak mau menolong saya. Apa iya, ya..adakah hukum karma itu ? Mungkin..
Thursday, February 24, 2011
Ah, Sudahlah..
Jahat, itu kata yang sering kudengar tentangku. Tak punya hati, lebih jelas lagi untuk menggambarkan siapa aku. Iblis, mungkin hanya rupaku yang manusia saja. Ya..ya..ya..tak akan kuingkari bahwa aku bukanlah manusia yang baik. Baik seperti harapan kebanyakan orang.
Anehnya, aku sadar saat melakukan hinaan kepada orang yang memang patut dihina. Meremehkan, karena memang dia mudah diremehkan. Berteriak saat mereka tak mau menuruti mauku. Tak dipungkiri, egoku sangat besar, karena aku terlalu cinta pada diriku sendiri layaknya sang Narcist.
Salah siapa jika akhirnya anakku sendiri melawan, bahkan suamiku pun pergi dengan wanita lain. Aku ? Ya..pasti aku yang bersalah. Siapa yang betah bersanding denganku yang maha cerewet, yang tak pernah peduli akan kebutuhan orang lain, bahkan kebutuhan darah dagingku sendiri ?
Diam-diam aku sering bertanya, apakah ada yang salah dengan gen-ku ? Mungkin ada susunan rantai DNA-ku yang beda dengan milik orang kebanyakan. Jumlah kromosomnya barangkali atau kandungan proteinnya yang membuatku jelas selalu ingin tampil beda.
Aku lebih suka menyiksa jiwa. Menguji mental orang lain. Pembunuhan karakter, lebih tepatnya. Aku benci dengan orang yang punya kepribadian tenang, hidup teratur dan selalu penuh dengan keberuntungan. Dengan orang yang selalu tahu apa yang harus dikerjakannnya sekarang ataupun nanti di masa depannya. Yang selalu lekat dengan kesuksesan demi kesuksesan. Mungkin aku iri hati atau semacam cemburu sosial, karena aku tidak bisa seperti itu. Ya, mungkin saja..
Aku tak pernah hidup tenang. Bagiku, hidup adalah kompetisi. Aku harus selalu jadi pemenang. Memalukan sekali jika aku harus menjadi pecundang, walaupun itu sering kualami. Karena itu aku dendam, pada kemenangan yang tak pernah aku genggam. Tak pernah puas pada apa yang telah aku capai selama ini. Aku selalu merasa sebagai manusia yang gagal. Tak berguna. Sampah. Karena itu, aku ingin orang lain menjadi sama sepertiku.
Ah, sudahlah..