Gambar diambil dari sini
Ini hari merdeka. Ya, 17 Agustus 2011 sekarang, berarti Indonesia sudah 66 tahun merdeka. Usia manula sebenarnya, yang sudah kenyang dengan asam garam kehidupan. Tak tahu apakah manula yang sukses atau yang carut marut dengan segala persoalan negara.
Terima kasih kepada para pahlawan bangsa baik yang dikenal ataupun yang tak dikenal yang telah berjuang sekuat tenaga hingga tetesan darah terakhir. Nyawa menjadi taruhan demi kemerdekaan negeri ini. Walaupun apa yang diberikan negara kepada para veteran manula saat ini tak sebanding dengan perjuangan mereka tempo doeloe. Mana ada kesejahteraan hari tua untuk mereka ?
Generasi muda tinggallah menikmati merdeka itu apa. Kalau dulu tidak sempat angkat senjata untuk meraih kemerdekaan itu, sudah layak dan sepantasnya jika sekarang angkat prestasi, turut menyumbangkan gagasan, pikiran dan karya nyata untuk membenahi negeri ini yang semakin tak tahu arah hendak kemana. Alih kemudi menjadi pemimpin yang jujur, berdedikasi tinggi, yang tidak silau dengan harta dan uang rakyat semata.
Kikis semua krisis moral yang semakin menjadi, merajalela hingga turun temurun, tumpas anarkhis yang tak logis, tangkap maling berdasi yang sudah tak punya malu itu. Mau jadi apa jika negeri kaya raya, gemah ripah loh jinawi ini jika pemimpinnya adalah maling terorganisir yang tak segan saling suap sana sini demi kepentingan golongannya sendiri. Lama-lama negeri ini menjadi negeri maling profesional dan berkelas. Salah siapa jika rakyat ikut-ikutan jadi maling karena meniru pemimpinnya yang ternyata mbahnya maling itu ? Ah..
Tak tahu harus memekikkan "merdeka" atau "merdekah..kah..kah..?" Ya..sudahkah kita merdeka sebenarnya. Secara hitam di atas putih, tak ada lagi penjajahan yang nyata-nyata berupa perang sehingga mau tak mau rakyat harus angkat senjata untuk meraih kemerdekaannya. Tak ada bangsa lain yang mau merebut kekuasaan atas negara kita. Tapi lebih parah karena penjajah yang sebenarnya sekarang adalah oknum bangsa sendiri yang secara terang-terangan saling berebut kekayaan negeri ini yang menjadi hak rakyat dan kaum terpinggir. Mereka yang diberi wewenang dan kepercayaan, harapan rakyat untuk memimpin, nyata-nyatanya membuat negeri ini semakin terluka, menangis perih dan menangis darah. Mana janji mereka saat kampanye dulu yang menghabiskan dana rupiah yang berlipat ganda nolnya itu ?
Yah..berdoalah..saat ini mari kita berdoa, saling mendoakan semoga pemimpin bangsa ini tiba-tiba mendapatkan peringatan untuk bertobat. Membenahi segala kesalahan. Memulai lagi untuk hidup yang lebih mulia. Mengetahui bahwa apa yang mereka perebutkan selama ini, jabatan, kekuasaan, materi, hedonisme selama ini hanyalah sampah semata dihadapan-Nya. Sampah yang tak bernilai, yang sudah tak bisa di daur ulang lagi, sampah yang hanya menimbulkan bau dan penyakit yang tak tersembuhkan. Untuk apa rebutan sampah seperti itu ?
Berdoa juga semoga kita semua masih dianugerahi urat malu yang tebal, hati nurani yang belum tumpul, yang masih bisa membedakan mana yang benar dan salah. Masih bisa mengingat dengan baik apa tujuan utama kita hidup di dunia nan fana ini. Masih ingat dosa itu apa dan belum amnesia jika menjadi maling termasuk dosa apa tidak.
Marilah memerdekakan bangsa kita dari segala kebohongan, kemunafikan, dan segala kejahatan yang membuat rakyat semakin menderita. Memerdekakan hak-hak orang lain yang sudah seharusnya dirasakan. Memberikan kebahagiaan bukan kesengsaraan semata. Semoga..
Merdekah..kah..kah..?
No comments:
Post a Comment