Friday, July 30, 2010

Fenomena Kerokan


Entah mengapa, setiap kali tubuh saya menunjukkan gejala tidak enak badan seperti akan jatuh sakit karena masuk angin, saya punya kebiasaan mengerok leher saya dengan uang logam gopek dan balsam. Biasanya, bekas kerokan menghasilkan warna merah sampai merah kehitaman. Semakin menghitam warna kerokannya dan kulit tidak terasa sakit saat dikerok, maka tingkat masuk anginnya mendekati parah.

Saya terbiasa melakukan ritual ini saat badan pegal-pegal karena kecapekan. Saya balur bagian leher, dada, perut dan punggung dengan obat gosok atau balsam. Rasa mint balsam yang semriwing sedikit meredakan badan saya yang tadinya berasa tidak karuan. Jika kerokan di leher dirasa kurang, saya akan mengerok bagian atas pundak saya sambil memijat-mijat sendiri bagian tubuh yang mrengkel dan tak ketinggalan pula memijat jari tangan dan kaki seperti pijat refleksi.

Saat tidak sehat, jari-jari saya terasa sakit saat dipijat. Jika saya tidak sanggup melakukannya sendiri, biasanya saya minta bantuan tetangga yang bisa mengerok leher dan punggung serta memijat seluruh tubuh saya dengan tarif yang telah disepakati bersama. Ajaib, biasanya tanpa menunggu waktu lama badan saya segar kembali dan tidak jadi sakit tanpa harus ke dokter atau minum obat.

Saya tidak tahu pasti penyebab kesembuhan berkat kerokan itu, apakah sekedar sugesti saja atau memang kerokan ini sangat mujarab. Sepertinya, dengan dikerok, otot-otot yang tadinya kaku menjadi lemas kembali, peredaran darah menjadi lancar kembali, dan warna merah yang ditimbulkan seperti menjadi bukti bahwa angin yang masuk berhasil dikeluarkan seiring dengan timbulnya sendawa. Uh..lega banget rasanya..

Kesembuhan saya semakin sempurna setelah makan satu mangkok soto daging dengan sambal yang pedas dan minuman jeruk panas satu gelas. Begitu keringat keluar, langsung segar bugar..hehe..

Di desa tempat saya tinggal, kerokan sudah menjadi solusi saat badan dilanda masuk angin. Tidak tua tidak muda, semuanya sudah terbiasa kerokan. Sepertinya tradisi kerokan ini sudah turun temurun dari nenek moyang. Bukan hal yang aneh jika leher atau punggungnya merah-merah karena kerokan, dan pemandangan kerok mengerok di bawah pohon nan rindang sudah biasa terlihat.

Biasanya, orang yang dikerok bertelanjang dada dan bagian depannya ditutup dengan kain atau apa saja yang bisa untuk menutupi bagian depan. Si pengerok berkonsentrasi mengerok punggung yang sakit dengan dua garis sejajar arah vertical di sepanjang tulang punggung, dan garis horizontal sepanjang tulang rusuk di kanan kiri punggung dari atas di ujung bahu hingga ke bawah di pangkal pinggang dengan jarak antar garis kerokan sekitar 2 centimeter. Yang sudah mahir mengerok, biasanya kerokannya tidak sakit dan motif kerokan yang dihasilkan bisa lurus rapi, enak dilihat.

Bayi atau anak kecil yang sakit pun tak luput dari kerokan jika masuk angin. Tapi bukan uang logam yang digunakan untuk mengerok, biasanya dengan bawang merah sebagai pengganti uang logam dengan minyak telon atau minyak kayu putih sebagai pengganti balsam. Warna kerokan yang dihasilkan juga merah lho..saya sudah mencoba pada anak saya. Dan puji Tuhan, anak saya tidak jadi sakit setelah dikerok.

Menjadi pertanyaan saya, sebenarnya apakah masuk angin itu ? Apakah benar angin bisa menyebabkan sakit ? Lalu, bagaimana sebenarnya metode kerja kerokan itu ? Apakah ada kerugian, bahaya atau efek samping dari kerokan itu sendiri ? Sejauh ini sih, saya merasa aman-aman saja dengan kerokan, bahkan bisa bablas angine..hehe..

Di bawah ini ada beberapa kutipan tentang kerokan yang saya ambil melalui bantuan Google, semoga bisa memberi manfaat.

Dalam perspektif Kesehatan menurut dr. Prasanthi yang bersumber pada http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/14/geulis/lainnya.htm kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan peningkatan panas, dan bukan mengeluarkan angin lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, memang kerokan sering dipahami sebagai cara "mengeluarkan angin". Padahal, angin atau udara tak pernah keluar lewat pori-pori, melainkan hanya bisa masuk atau keluar lewat organ pernapasan dan pencernaan."Meskipun istilah masuk angin tidak terdaftar dalam kamus medis, namun ia merupakan penyakit umum. Gejalanya, antara lain meriang, kepala pening, leher dan persendian pegal-pegal.Sementara, kerokan yang menggunakan minyak kelapa plus balsam dengan perangkat sekeping uang logam, merupakan salah satu cara untuk menghangatkan bagian tubuh yang dikerok. Ketika orang masuk angin, atau istilah kedokterannya commond cold suhu tubuh bagian belakang turun. Gejala ini terjadi akibat kekurangan energi panas. Kerokan dipercaya bisa menetralisasi suhu tubuh di bagian itu.Tapi, dari sisi kesehatan, amankah cara ini?ISTILAH masuk angin, sebenarnya tidak berarti bahwa angin benar-benar masuk ke dalam tubuh. Sesungguhnya, tiupan angin menyebabkan suhu tubuh menurun. Karena bagian belakang terkena angin, temperatur tubuh turun. Lalu, muncul gejala masuk angin seperti pusing, meriang, atau pegal-pegal tadi.Peristiwa ini berbeda dengan pengaruh hawa dingin yang mengenai seluruh tubuh, baik bagian belakang maupun depan. Jadi, saat suhu udara turun, temperatur seluruh badan ikut turun. Sementara, paparan angin umumnya cuma mengenai salah satu sisi badan sehingga bagian itu saja yang turun suhunya. Wajar kalau orang lantas menyebutnya masuk angin.Masuk angin akut lebih mudah dikenali karena biasanya berujung pada gejala flu seperti bersin-bersin dan pilek. Bila masuk angin tidak disadari dan berlangsung terus-menerus, bisa menimbulkan rasa sakit kronis. Paling sering terjadi adalah nyeri leher dan pundak gara-gara AC.Masuk angin juga bisa menyebabkan perut kembung karena di bagian belakang tubuh terdapat titik-titik syaraf yang berhubungan dengan organ bagian dalam. Jika titik-titik itu kena rangsangan, organ dalam ikut terkena.
Kerokan merupakan salah satu usaha untuk menyeimbangkan suhu tubuh. Guna menjelaskan pola keseimbangan itu, ada konsep dasar pengobatan Cina yang membagi tubuh jadi bagian tubuh panas (disebut yang) dan bagian tubuh dingin (yin).Bagian yang meliputi kepala serta tubuh bagian belakang. Sementara yin terdapat pada tubuh bagian depan. Menurut konsep yin yang, orang terbilang sehat bila yin dan yang-nya dalam keadaan seimbang. Kalau tidak seimbang, akibatnya ya sakit. Yang terlalu tinggi, yin rendah, ya sakit juga.

Dalam hal masuk angin, penurunan suhu tubuh menyebabkan pembuluh darah di kulit tubuh bagian belakang mengalami penyempitan (konstriksi). Pembuluh darah kulit yang mengalami konstriksi memberi reaksi dingin. Konstriksi itu merupakan efek kompensasi. Saat suhu tubuh bagian belakang menurun, otomatis pembuluh darah kulit berkonstriksi agar seluruh tubuh tidak dingin.Konstriksi itu bisa mengakibatkan oksigenasi pada permukaan tubuh (terutama bagian belakang) jadi turun atau berkurang, sekujur badan terasa sakit. Selanjutnya, muncul gejala bersin. Nah, tindakan kerokan bisa mengubah suhu tubuh jadi seimbang kembali.DASAR pengobatan tradisional bersumber pada penyeimbangan empat pola penyakit yakni kuat, lemah, panas, dan dingin. Prinsip penyembuhannya adalah mengembalikan energi tubuh ke posisi seimbang. Kalau terlalu kuat dilemahkan, yang lemah dikuatkan, kelewat panas didinginkan, terlalu dingin dipanaskan. Sehat itu adalah kondisi energi yang seimbang.

Demikian pula yang terjadi pada masuk angin. Guna menyembuhkannya, tubuh harus mengembalikan keseimbangan yang dan yin, salah satu caranya dengan menaikkan suhu lewat kerokan. Mengurangi yin, memang bisa jadi seimbang, namun tidak berada pada posisi normal.

Upaya peningkatan suhu di bagian belakang tubuh bisa berpedoman pada hukum Einstein (E=mC2). Energi atau panas dihasilkan dari gesekan dua benda. Kalau permukaan kulit dikerok, suhu tubuh pun akan meningkat. Panas yang cukup tinggi berefek melebarkan pembuluh darah dalam kulit. Otomatis, peredaran darah jadi lancar dan oksigenasi lebih baik sehingga rasa sakit di tubuh berkurang. Ujung-ujungnya, timbul pula reaksi otonomik (sistem parasimpatik). Saraf otonom pada bagian belakang tubuh jadi seimbang.Jadi, kerokan merupakan upaya mengusir masuk angin dengan peningkatan panas, dan bukan mengeluarkan angin lewat pori-pori kulit. Bagi masyarakat awam, memang kerokan sering dipahami sebagai cara "mengeluarkan angin". Padahal, angin atau udara tak pernah keluar lewat pori-pori melainkan hanya bisa masuk atau keluar lewat organ pernapasan dan pencernaan.

Masuk angin gara-gara gempuran angin dingin AC tak perlu diobati. Cukup berpindah posisi atau mematikan AC, pegalnya akan sembuh. Sedangkan masuk angin kronis tidak sekadar di bawah kulit, tapi sudah sampai ke dalam otot. Jadi, perlu pemanasan dalam sampai kedalaman 3-4 cm di bawah kulit, dan itu tak mungkin dicapai dengan kerokan.Cara kerokan paling efektif adalah "menggarap" daerah belakang tubuh, kepala atau leher. Pola umum kerokan biasanya membentuk garis-garis lurus dari atas ke bawah dan miring di sisi kiri kanan ruas-ruang tulang belakang ataupun pada leher bagian belakang. Itu bukannya tanpa alasan. Pada tubuh kita terdapat sekira 360 titik akupunktur utama yang berhubungan dengan organ penting. Begitu pun pada tubuh bagian belakang, terdapat titik-titik yang berhubungan dengan organ dalam tubuh (organ viscera).

Dengan pola kerokan yang benar, yakni ditarik lurus ke bawah di sisi kiri kanan ruas tulang belakang, kemudian digeser condong ke arah kiri dan kanan, reaksi optimal dapat dicapai. Gosokan-gosokan itu mungkin secara tidak sengaja menekan titik-titik akupunktur tertentu di tubuh bagian belakang.

Namun, perlu dipertimbangkan bahwa tiap orang memiliki kepekaan kulit dan daya tahan terhadap rasa sakit yang berbeda-beda, ada yang terbiasa dikerok sedikit, tapi tak jarang ada yang suka dikerok dalam-dalam sampai merah padam. Sebenarnya, tak ada aturan hasil kerokan harus sampai merah darah.

Sampai saat ini belum ditemukan efek samping kerokan. Yang jelas, cara ini bisa menimbulkan ketagihan. Kalau jaringan kulit dikerok, akan timbul reaksi jaringan. Bisa reaksi lokal, atau yang bersifat neural (saraf). Reaksi lokal terlihat langsung, misalnya warna merahnya kulit. Kerokan dengan intensitas kuat dan frekuensi rendah mengenai titik-titik saraf yang berhubungan dengan otak sehingga organ ini menyekresikan hormon endomorfin (B-endorfin, dinorfin, dan enkepalin).B-endorfin menimbulkan rasa nyaman karena ia berfungsi mengendalikan rasa nyeri. Adanya zat-zat itu dalam darah menyebabkan penderita merasa lebih bugar. B-endorfin juga merangsang organ viscera, terutama paru-paru dan jantung, sehingga penderita bisa bernapas lebih lega, serta peredaran darahnya jadi lebih baik.

Kemungkinan, penyebab ketagihan pada kerokan adalah zat morfin (endorfin). Padahal, tujuan tubuh mengeluarkan zat morfin hanya untuk reaksi lokal. Karena kebiasaan, penderita pun jadi ketagihan. Nah, masih ingin bertahan dengan cara tradisional ini? Kalau begitu, kerok saja! (dr. Prasanthi)***
Gambar dipinjam dari sini

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...