Penjajah yang terbesar dalam hidupku adalah pikiranku sendiri. Terutama pikiran yang jelek, negatif dan melemahkan kekuatanku. Salah satunya adalah minder alias rendah diri. Tempo doeloe, aku adalah seorang minder sejati. Aku selalu berpikir bahwa aku adalah seorang yang jelek, miskin, tidak punya sesuatupun yang bisa dibanggakan. Dan parahnya, aku menganggap bahwa orang lain juga punya pikiran yang sama tentang diriku ! Yang terpikir hanya jelek..jelek dan jelek saja.
Aku tidak tahu pasti bagaimana awalnya aku bisa punya pikiran seperti itu. Yang pasti, aku jadi takut bertemu orang, malu untuk bergaul dan tidak tahu harus berbuat apa ketika harus berhadapan dengan orang. Canggung dan kaku. Sehingga kesan yang ditangkap dariku adalah seorang yang sombong. Padahal, bagaimana mungkin bisa sombong jika tidak tahu yang harus disombongkan. Aku tidak menyapa orang karena aku malu. Aku takut diabaikan orang lain, sehingga aku hanya bisa diam dan lebih senang menghindari banyak orang daripada harus terlibat dalam pembicaraan yang mungkin tidak bisa aku ikuti. Aku selalu takut dengan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak bisa aku jawab. Yang pasti, aku tidak siap menghadapi semuanya.
Hingga suatu ketika, saudaraku dari
Yang pasti, semenjak ungkapan positif tentang diriku itu, aku jadi rajin berkaca dan mencoba membuktikan apakah memang benar aku cantik. Kulihat mataku yang selama ini kuanggap jelek, ternyata bening dan sayu. Hidungku yang kuanggap pesek ternyata tidak pesek-pesek amat, masih agak mancung ujungnya, jidatku yang nong-nong ternyata tidak berjerawat, bibirku yang tebal ternyata ada sisi sexynya, dan aku mulai menilai-nilai bagian wajahku yang ternyata tidak jelek-jelek amat. Kucari nilai-nilai positif di dalamnya dan aku jadi bangga dan bahagia menjadi diriku. Aku mensyukuri semuanya dan mulai membenahi pikiranku yang negatif selama ini. Aku mulai bisa tersenyum, dan mencintai diriku apa adanya. Semuanya telah tercipta dengan indahnya oleh Tuhan, kenapa aku bisa membencinya selama ini ?
Ternyata rugi sendiri memelihara pikiran jelek. Kalau dihitung-hitung berapa kerugian waktu yang dihasilkan dari pikiran seperti itu ? Kesempatan yang hilang percuma, hanya karena sibuk berandai-andai saja..Seandainya aku bukan anak orang miskin, seandainya saja wajahku secantik Luna Maya, seandainya aku seorang yang berani, dan seandainya yang lain-lain.
Aku ingat, kepercayaan diriku mulai tumbuh, saat aku beranjak di bangku SMP. Ketika aku mulai memasuki dunia baru, banyak orang yang bisa menerima diriku apa adanya tanpa melihat aku anak seorang yang tidak mampu. Lambat laun, aku mulai menemukan bahwa aku suka sama hal-hal yang lucu yang bisa membuat aku dan orang lain tertawa. Aku mulai berani mengekspresikan diriku dan menyatakan keeksisanku.
Dan ternyata semakin banyak orang yang mau berteman denganku. Senangnya bergaul dengan banyak orang. Dan aku tidak malu-malu lagi saat diajak berbicara. Banyak hal yang bisa aku petik dari pembicaraan dengan orang lain. Semuanya sangat menyenangkan. Dan semua peluang terbuka dari
Aku mulai menyadari bahwa tiap pribadi adalah unik. Tak ada yang sempurna tapi bagaimana cara kita memandang hidup kita secara sempurna. Sempurna menurut versi kita sendiri. Dan itu relatif, sempurna menurutku, belum tentu sempurna menurut orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kebahagiaan itu bisa kita dapatkan. Tak ada lagi penjajahan dari pikiran sendiri. Semua bisa maju dan berkembang…
No comments:
Post a Comment