Friday, April 24, 2009

GIGI PALSU

Dimuat di Gado-gado Majalah Femina Edisi 23-29 Januari 2010
Gigi. Bagian mulut satu ini memang multifungsi. Mau makan, pakai gigi. Mau senyum terlihat lebih indah, tunjukkan gigi. Mau protes, unjuk gigi. He..he.. yang terakhir sih tidak termasuk kriteria fungsi gigi.
Nah, bagaimana pun bentuk gigi, sudah menjadi kewajiban kita untuk merawatnya. Gosok gigi, ke dokter gigi, menghindari makan makanan jangan terlalu panas atau dingin secara bersamaan, terlalu masam atau terlalu manis merupakan macam-macam cara untuk merawat gigi supaya sehat nggak gampang sakit..
Lalu bagaimana jika sudah dirawat sedemikian rupa masih juga menderita sakit gigi ? Walaupun ada lagu dangdut yang menyatakan lebih baik sakit gigi daripada sakit hati, tetap saja yang namanya sakit gigi bikin sengsara orang.
Contohnya ibuku. Berhari-hari merintih merasakan giginya yang senut-senut. Mau dibawa ke dokter gigi tidak mau. Alasannya takut giginya dicabutlah, takut disuntiklah, macam-macam saja alasannya. “Lha daripada sakit terus menerus mendingan ke dokter gigi, to Bu, sakit sebentar habis itu sakitnya hilang,” kataku membujuk. Tetap saja tidak mau. Ibuku lebih memilih minum obat pereda sakit gigi yang bisa dibeli di apotek. Sama saja, selama minum obat memang sakitnya hilang, tapi setelah obatnya habis, sakit giginya kambuh lagi.
Akhirnya aku tak tahan lagi, dokter gigi yang juga temanku waktu SMA langsung aku datangkan ke rumah.tanpa sepengetahuan ibu. Begitu tahu temanku yang dokter gigi itu ke rumah, mau tak mau akhirnya ibuku pasrah untuk di periksa giginya. Nggak enak, katanya temanku sampai bela-belain datang hanya untuk memeriksa ibu. Padahal jam terbangnya sebagai dokter gigi bisa dibilang cukup tinggi. Dan setelah diperiksa ternyata memang gigi ibu ada yang harus dicabut dan yang lebih mengkhawatirkan lagi, gigi itu ada di bagian depan. Ha..ompong dong jadinya ? Ibuku sempat histeris. “Tenang, Bu..kan ada gigi palsu,” kata temanku.
Jadilah ibuku bergigi palsu di usia 55 tahun. Wajarlah..Uniknya, gigi ibu bisa dilepas untuk dibersihkan kemudian dipasang lagi. Nah, ritual melepas dan memasang gigi inilah yang kadang bikin ibu lupa. Sudah berhahahihi sama tetangga nggak taunya setelah di rumah baru sadar kalau giginya dicopot dan lupa belum dipasang lagi. Aduh, malunya ibuku. Pantesan, ibu-ibu tetangga pada senyum-senyum penuh arti mengetahui ibuku yang ompong.
Suatu hari, ibuku marah-marah tidak karuan merasa kehilangan gigi palsunya. Semua orang rumah ditanyai melihat gigi palsunya apa enggak. Semua menggeleng, wong biasanya juga disimpan ibu sendiri. Mau tak mau semua orang rumah ikut sibuk mencari diiringi omelan ibu yang tiada henti, dari tempat ibu biasa menyimpan, sampai ke ruang-ruang sempit yang ah..bisa dibayangkan sendiri bagaimana repotnya mencari sepotong gigi dalam rumah. Ibaratnya bagai mencari jarum dalam jerami. Ibuku tambah senewen ketika waktu berlalu tanpa hasil. Aduh, kenapa ibu mulai ada gejala pikun sih, belum juga umur 60 tahun. Naruh barang sendiri, lupa sendiri, marahin orang lain lagi.
Kalau sudah ngomel-ngomel begini suasananya jadi tidak enak. “Diingat-ingat dong, Bu..terakhir kali disimpan dimana ?”, tanyaku gemas. “Seingat ibu sih ditaruh di meja, tadi kan ibu habis makan daging, karena dagingnya alot terus ibu lepas gigi palsu ibu, ditaruh di meja tamu diatas tissue. Ibu tinggal cuci tangan sebentar kok sudah nggak ada,.” kata ibuku sambil kepalanya masuk ke kolong meja yang sempit. Barangkali gigi palsu ibu terjatuh ke kolong. Tapi nihil. Gigi palsu itu raib entah kemana. “Masak, sih Bu..memang ada pencuri gigi palsu ? Wong gigi palsu ibu juga bukan gigi emas. Kalaupun emas, nggak ada yang mau ambil, dah kegelian sendiri.” Ibuku tambah sewot.
Merasa tidak berhasil mencari di dalam rumah, ibu ke teras rumah. Aku tidak berniat mengikutinya. Tak lama kemudian ibuku menjerit memanggil namaku. Tergopoh-gopoh aku keluar dan menyaksikan ibuku sedang memarahi Daco, anjing kesayangan kami. “Lihat, gigi palsu ibu dimakan Daco dikira tulang. Habis bau daging sih…” Aku tak kuasa menahan tawa melihat gigi palsu ibu telah menjadi serpihan-serpihan kecil karena ulah Daco. Ibuku yang tadinya marah jadi ikut tertawa terbahak-bahak.. Ternyata pencurinya anjing kesayangan kami sendiri. Ada-ada saja.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...