Astaga..nggak salah nih, kubelalakkan mataku untuk meyakinkan diriku bahwa semua ini nyata. Bukan mimpi. Dirimu ada di facebook ini sebagai teman dari Mella sahabatku, berpose lengkap dengan istri dan anakmu. Hm..kamu sudah menjadi suami dan ayah rupanya. Lama kupandangi foto dirimu yang tampak bahagia dalam keluarga barumu. Rupanya ini jawaban atas pencarianku tentang keberadaanmu selama ini. Sebelumnya aku ragu-ragu bisa mengetahui tentang kabar terakhirmu di dunia maya ini. Maklum, waktu dulu kamu sangat anti dengan hal-hal yang berbau internet. Nggak tahu kenapa, saat teman-teman pada sibuk bikin email, kamu adem ayem saja. Pun ketika semua pada sibuk ber-chating ria kamu tetap tak bergeming. Orang yang aneh. Seolah kamu tak bisa tersentuh oleh teknologi jaman. Kamu tetap menikmati hidup manualmu yang apa adanya, nrimo dan sederhana. Tak peduli omongan orang-orang tentangmu yang ketinggalan jaman. “Aku hidup di dunia nyata, bukan dunia maya,” begitu jawabmu selalu jika ada yang bertanya kenapa. Dan sekarang, mungkin kamu punya alasan khusus yang membuatmu ikut-ikutan demam facebook. Sungguh kemajuan yang luar biasa.
Hfff…aku menghela nafas panjang. Masih belum percaya bisa menemukanmu, walau itu baru fotomu. Aku tidak mengenal siapa istrimu. Bukan teman kuliah dulu. Entah siapa, cukup cantik juga. Tak sadar kupandangi diriku di cermin, mencoba membandingkan cantik mana istrimu dengan aku. Jelas beda tipe dong, hiburku sendiri. Anakmu laki-laki lucu dan tampan, perpaduan antara wajahmu dan istrimu. Mungkin umurnya baru satu tahun. Bagaskara Utama. Kamu memakai nama aslimu, memudahkanku untuk mengenalimu.
Aku hampir meng-klik add friend, ketika tiba-tiba aku merasa ragu. Mungkinkah kamu masih mengenaliku ? Ataukah kamu akan menolakku mentah-mentah dengan meng-klik ignore ?. Masih marahkah kamu padaku ? Berbagai pertanyaan seketika menyeruak mempertegas rasa penasaranku. Ah..apapun yang akan terjadi, terjadilah. Nekad ku klik add friend, mengalahkan rasa gengsiku yang besar selama ini. Toh aku hanya ingin menjadi temanmu, mengetahui kabarmu di dunia maya ini. Sebelumnya, aku pernah menjadi lebih dari sekedar teman di dunia nyata, dulu. Semua telah berlalu. Kugelengkan kepalaku. Kuyakinkan diriku bahwa rasa cinta yang pernah ada untukmu telah mati. Bahkan telah lama mati. Jauh sebelum aku menemukanmu. Aku akan menunggu apa jawabanmu tentang penawaranku. Menjadi teman kembali, menarik bukan ?
Seminggu kemudian, pukul 10.10 WIB
Daftar notifikasi-ku menyatakan bahwa kamu telah accepted aku sebagai temanmu. Jantungku berdebar cukup keras akan peristiwa ini. Tak ada pesan darimu. Begitu saja ? Tak ada sapaan, ungkapan kegembiraan atau rasa surprise telah menemukanku ? Memang, waktu aku mengajakmu berteman, tidak kusertakan pesan apa-apa, tapi apakah kamu juga harus membalas dengan perbuatan serupa ? Kecewa..ya, aku sedikit kecewa. Ingat, hanya sedikit saja. Tak terlalu mempengaruhi suasana hatiku seharian ini. Masih panjang, waktu masih jam 10 pagi, masih ada 14 jam hingga jam 12 malam nanti. Paling tidak, kamu masih mau menerimaku sebagai teman. Cukuplah aku mengetahui keberadaanmu, keseharianmu dan kabarmu dari hari ke hari. Iseng ku update statusku hari ini : Kecewa…sedikit kecewa…Sambil menunggu comment yang masuk, kubuka-buka profilmu, foto-fotomu, wall-mu…tak banyak yang berubah sebenarnya, kamu tetap sederhana seperti dulu, nggak pernah neko-neko. Istrimu pun bukan tipe wanita yang suka dandan, polos dengan kecantikan alaminya. Mungkin wanita seperti itu yang kamu suka, beda denganku yang sudah mengenal make up, salon dan segala macam perawatan diri wanita modern terkini.
Dulu, kita memang pernah pacaran saat masih sama-sama kuliah di Yogya. Kita beda fakultas tapi satu universitas. Ketemu saat kita berada dalam satu UKM kampus, pecinta alam. Kamu menyatakan perasaanmu saat kita dan teman-teman mendaki gunung Lawu. Saat itu tiba-tiba saja kita terpisah dari rombongan dan tinggal kita berdua yang tersesat. Betapa paniknya aku saat itu, tapi ketenanganmu membuatku merasa aman berada disampingmu. Kamu menceritakan banyak hal tentangmu, keluargamu, kesenanganmu, hobbymu, cita-citamu bahkan keinginanmu untuk selalu bisa berada dekat denganku. Saat itu aku cukup terkejut mendengar pengakuanmu yang spontan. Beberapa saat aku tidak mampu berkata-kata ketika tiba-tiba kamu menciumku dan aku tak kuasa untuk menolaknya. Dinginnya udara gunung saat itu menjadi saksi bisu akan apa yang terjadi diantara kita. Indah untuk dikenang. Tak kuasa aku menahan derai air mata jika mengingat semua kenangan itu. Cepat-cepat kuhapus air mataku dan kutepis bayanganku tentangmu. Kualihkan pandanganku kembali ke status update-ku.
Hari demi hari kutulis update status, tak ada satupun yang kamu komentari. Selalu orang lain yang mengomentari. Kenapa ? Takut istrimu cemburu ? Cerita nggak kamu ke istrimu kalau aku mantanmu dulu ? Apa kamu memang sudah lupa padaku, meskipun dengan nama lengkapku dan fotoku ? Amnesia-kah kamu ? Aku jadi sibuk bertanya-tanya sendiri. Atau memang kamu telah menjelma menjadi manusia yang sombong, pura-pura tidak kenal atau apalah. Memang kamu jarang meng-update statusmu dan jarang on line, tapi pernah suatu ketika kita sama-sama on line tak ada sedikit pun keinginanmu untuk chatting denganku. Padahal kata-kata,” Hai, apa kabar ?”, sudah cukup bagiku. Very enough. Gemas sekali rasanya. Atau jangan-jangan…entahlah, yang pasti sekarang aku bukanlah siapa-siapamu. Aku hanyalah bagian dari masa lalumu. Bukan hakku untuk kembali mengusik masa depanmu, apalagi telah ada seseorang yang telah memberimu anak. Bukankah cintaku untukmu telah mati ? Untuk apa aku masih berharap ? Aku tidak tahu, hanya aku merasa sia-sia menunggu kedatanganmu, berkeyakinan kamu akan kembali hingga tega kutolak beberapa pinangan dari pria lain. Hingga kini. Aku masih sendiri. Menikmati lelahku menunggumu. Entah sampai kapan, yang pasti aku cukup bahagia bisa melihatmu kembali walaupun hanya melalui kotak kecil ini.
No comments:
Post a Comment