Gambar dipinjam dari sini
Oke, perkenalkan aku adalah seorang trendsetter, borjuis dan selalu tampil ngejreng. Ini soal pilihan hidup. Lihat apa yang kutenteng..gadget terbaru cing..baju merk mahal, parfum import. Wah deh pokoknya..semua yang melihatku berjalan pasti berdecak kagum. Mirip-mirip etalase berjalan gitu loh..Trus lihat mobilku..keluaran terbaru kan..? Aku suka ganti-ganti mobil dengan yang terbaru. Padahal aku bukan makelar mobil lho..
Bayangkan..berapa rupiah yang harus kukeluarkan untuk gaya hidup seperti itu. Wah..sudah tak terhitung pokoknya. Rupanya, gaya hidup mewah sudah mendarah daging dalam hidupku. Aku tidak ingin kelihatan miskin, jadi apapun akan kuperjuangkan supaya aku dianggap mampu dan berada.
Padahal sebenarnya..
Demi candu bernama Blackberry, aku rela puasa dan menabung sampai uangku cukup untuk membeli.
Demi mobil keluaran terbaru, aku rela gajiku dipotong untuk bayar cicilan yang tidak sedikit..
Hari demi hariku diisi dengan bagaimana cara mendapatkan uang tambahan untuk bayar cicilan ini itu. Lha kadang, aku suka lupa daratan saat belanja, main gesek kartu kredit yang ada lima itu. Di akhir bulan aku pusing bayar tagihan yang membengkak. Gali lubang tutup lubang jadi slogan hidupku.
Atas nama prestise, aku rela melakukan apa saja. Semuanya demi uang, uang dan uang. Aku rela bekerja overtime, tak ada waktu untuk orang lain, selalu kejar target untuk bisa memenuhi semua kebutuhan mahalku. Aku ingin orang menganggapku sukses, up to date, gaul dan gaya. Tak peduli walau aku harus bekerja sangat keras untuk itu bahkan saat kepepet aku terpaksa menjual diriku. Wow..
Aku bisa merasakan saat-saat punya uang banyak dan saat-saat tidak punya uang sama sekali. Makan sekali sehari juga sudah pernah kurasakan. Saat ditanya teman-temanku kenapa tidak makan siang, diet ketat menjadi alasan paling topcer untuk menjawab pertanyaan itu. Aku rela menahan lapar demi gaya. Toh, body-ku memang yahud kok..
Banyak waktu dan pikiran yang aku korbankan, tapi aku merasakan kepuasan yang tidak terkira saat pandangan kagum dari banyak mata atas penampilanku yang prima. Sekedar bungkus luar, tapi itu sangat penting bagiku. Penampilan menjadi kebutuhan primer bagiku. Apalagi hidup di kota besar begini, malu dong sama yang lebih canggih. Harga diri serasa diinjak-injak jika ada yang lebih dariku.
Tapi terus terang, semua kemewahan ini kudapat dari kucuran keringatku sendiri lho..bukan dari uang rakyat yang aku korupsi. Aku bekerja sendiri, bahkan menjual diriku sendiri bukan menjual diri orang lain. Aku sadar melakukannya dan murni karena tuntutan hidup yang keras. Sebenarnya, aku capek dengan gaya hidup seperti ini, tapi selama aku tetap tinggal di kota besar, aku konsisten dengan pola hidupku. Pusing, minum obat tidur sudah menjadi menu utamaku. Lha kadang, impian dan kenyataan tidak pernah sama. Karena itu aku ingin membuatnya sama, sinkron dan seimbang.
Surga ? Ya..aku pernah mendengarnya. Ada dimana surga itu ? Bukankah surga dunia sudah membuatku menikmatinya selama ini. Tuhan ? Ya..aku percaya Dia ada. Tapi aku tidak pernah berkomunikasi dengannya. Agama hanya jadi pelengkap dataku di KTP. Aku lebih senang tidak beragama sebenarnya. Ribet..masing-masing merasa agamanya paling hebat. Padahal jaman dulu sebelum ada agama, kehidupan berjalan normal-normal saja.
Hm..aku merasa percaya diriku tumbuh saat lengkap dengan segala gadget terbaru. Aku merasa dihargai saat orang memandang apa yang aku punya. Aku merasa sejajar dengan kelas atas. Sebenarnya, aku hanya ingin mendapatkan pengakuan atas keberadaanku. Aku berusaha mengikuti pola pikir kebanyakan orang yang lebih mementingkan bungkus luar daripada isi. Yang menjadi kaum konsumtif daripada menjadi produsen. Yang menjadi korban mode, menganggap teknologi sebagai berhala yang indah. Duniawi, materi dan hedonisme.
Aku seperti memakai topeng dan tidak percaya diri menjadi diriku yang apa adanya. Aku selalu ingin kelihatan lebih. Aku sering mengabaikan pemikiranku sendiri dan cenderung mengikuti pikiran kebanyakan orang. Aku tidak punya pendirian yang teguh. Aku mencari kamuflase untuk menutupi kerapuhanku. Aku sadar, sebenarnya aku sedang menyiksa diriku sendiri. Aku memaksakan sesuatu yang sebenarnya tidak mampu aku jangkau. Aku merasa jiwaku gersang, kering kerontang. Dan aku selalu merasa jauh dari rasa bahagia. Aku selalu merasa kurang dan tidak pernah mensyukuri keadaan.
Aku merasa gamang akan kehidupanku. Aku tidak punya tujuan yang jelas. Hidupku hanya hari ini dan kemarin. Soal besok, pikir nanti. Yang penting aku sekarang senang, besok peduli amat. Bagaimana masa depanku aku tidak pernah tahu. Aku selalu percaya pada keberuntungan, kebetulan dan keajaiban. Ya, kadang karena sedang untung, aku dapat undian berhadiah. Saat sial, aku ditagih para penagih hutang. Hidupku tidak tertata. Aku butuh seseorang yang bisa menolongku dari candu duniawi ini. Dari belenggu bernama gengsi itu. Sebelum aku terjerat terlalu jauh..tolong aku..!!!
Catatan ini hanya fiktif belaka Jika ada kesamaan kisah, hanya kebetulan Hanya sekedar kritik sosial
No comments:
Post a Comment