Bicara tentang sepatu, mengingatkan saya akan dua hal di masa lalu dan sekarang. Sedih di masa lalu dan bahagia di masa sekarang. Kenapa sedih ? Tentu ada cerita di balik itu.
Dulu
sekali, saat saya duduk di bangku SD, saya terbiasa jalan kaki ke sekolah yang
jaraknya kurang lebih 7 km dari rumah. Jauh ya..? Memang..sangat jauh, dan saya
harus melakukannya setiap hari, berangkat saat matahari masih sembunyi di balik
awan, lalu pulang saat matahari bersinar garang tepat di atas kepala. Baju
seragam saya selalu bersimbah keringat saat itu. Karena keadaan ekonomi keluarga
yang sulit saat itu, kami tidak punya sepeda motor, sepeda atau alat
transportasi lainnya. Kemana-mana selalu jalan kaki, atau saat ada uang baru
bisa naik angkutan umum.
Karena
setiap hari jalan kaki, dan sepatu yang saya pakai saat itu adalah sepatu
seadanya, yang mampu dibelikan orang tua
saya di pasar klithikan yang menjual barang-barang bekas, maka saya harus cukup
puas memakainya. Jenis sepatu yang saya ingat kala itu adalah sepatu kets yang
sama sekali tidak tergolong dalam fashionable
daily shoes. Sangat sederhana. Beda dengan BE*BOB shoes yang mempunyai
model beragam. Sepatu yang saya punya pun cuma satu thok thil. Satu-satunya
dan tak ada yang lain.
Maka,
ketika sepatu yang saya punya mulai bermasalah dengan solnya alias mulai
mangap, saya mulai was-was. Saat itu adalah hari jumat, dimana biasanya di
sekolah ada senam kesegaran jasmani. Saya dirasuki dilema, antara mau ikut senam
atau tidak. Jika saya ikut senam dengan kondisi sepatu yang seperti ini, jelas
saya malu dan akan memperparah kondisi sepatu saya, padahal saya masih
memerlukannya sebagai alas kaki untuk pulang nanti saat jalanan beraspal begitu
panas di siang yang terik. Belum jika ada teman-teman yang melihat kemudian
memperolok keadaan sepatu saya. Saya tidak siap. Sedangkan jika saya hanya
mendekam di dalam kelas, dan tidak ikut senam, jelas akan menimbulkan banyak
pertanyaan dari guru saya karena di absen, dan tadi mereka semua sudah
mengetahui keberadaan saya.
Saat
saya sedang sibuk dengan pikiran saya harus bagaimana, Sumi, teman sebangku
saya masuk kelas kemudian mengajak saya untuk ikut senam. Saya bingung
bagaimana harus menjelaskannya.
“Apa
kamu sakit ?”, Sumi bertanya.
Saya
menggeleng. Lalu Sumi memperhatikan saya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Saya
merasa ditelanjangi.
“Oh,
aku tahu..”, Sumi menemukan jawabannya.
Segera
Sumi mencopot sepatu dan kaos kakinya lalu menyodorkannya kepada saya. Sepatu Sumi
ini masih baru, baru kemarin dia memakainya.
“Pakai
saja sepatuku..,”ujarnya.
“Tidak
usah, Sumi..aku..”
“Tidak
apa-apa, santai saja..”
Lalu
Sumi berlari keluar kelas dengan kaki telanjang. Dia nyeker ! Dan segera ikut senam. Saya bengong sendirian di dalam
kelas, kemudian terpaksa sepatu Sumi saya pakai lalu ikut senam. Sumi hanya
tertawa-tawa. Bahkan, Sumi meminjamkan sepatunya supaya saya memakainya pulang
dengan alasan rumahnya dekat, sedangkan rumah saya masih jauh. Ah..Sumi betapa
baik hatimu. Saya pernah diajak main kerumahnya di pinggir kali gajah Wong. Katanya,
sepatu itu dibelikan kakaknya yang sudah bekerja di Jakarta.
Ingatan
masa lalu itu begitu membekas dalam pikiran saya. Sekarang, saya bisa membeli
sepatu model apa saja yang saya inginkan. Dengan bekerja keras, saya mampu keluar dari garis
kemiskinan tempo dulu.
Beragam sepatu dari model flat shoes, sandal, wedges, dan high heels saya punya. Saya memadu padankan dengan jenis busana
yang akan saya pakai. Salah satu merk yang saya punya adalah BE*BOB. Sepatu ini
banyak kelebihan selain modelnya yang bagus, kualitasnya juga ok, termasuk juga
awet. Saya sudah memakainya lebih dari 5 tahun dan tidak ada problem sama
sekali. Harganya juga cukup terjangkau. Pokoknya saya puas memakainya dan tidak
perlu was-was kalau solnya mangap seperti yang saya alami dulu.
Hehe..
Higheels dari Be*Bob |
Flat shoes dari Be*Bob |
Wedges dari Be*Bob |
Sandal dari Be*Bob |