Pagi ini begitu cerah walau dari kejauhan mengintip sang mendung yang ingin menampakkan eksistensinya. Sangat mungkin terjadi jika dalam sekejap, mendung akan tergantikan oleh hujan. Ah, apapun persaingan cuaca hari ini, tak mampu membuatku untuk ikut-ikutan galau demi sebuah status yang lagi happening saat ini. Yang penting, happy kurasakan detik ini tanpa ada kehadiran galau, gundah gulana, resah gelisah, sedih, muram durja, atau semua yang merusak keceriaanku pagi ini.
Lalu, ditemani segelas susu hangat dan setangkup roti tawar tanpa isi, ingatanku mem-flashback ke masa lalu, puluhan tahun yang lalu saat aku masih kanak-kanak. Masa dimana aku hanya mengenal rasa senang dan senang tanpa harus bersusah payah berteman dengan masalah dan pusing.
Teringat dengan jelas, di sebuah ladang yang luas, bersama teman-teman kecil sepantaran, kami bermain pasar-pasaran. Semuanya perempuan. Anak lelaki biasanya bermain perang-perangan atau mandi di kali beramai-ramai. Seru, khas petualangan bocah ala si bolang di jaman sekarang.
Kala itu, aku menjadi penjual es cincau dan teman-temanku yang lain ada yang berjualan sayur mayur, lauk pauk dan lain-lain. Pura-puranya kami semua berada di pasar tradisional, ada yang berperan sebagai penjual dan pembeli. Bahan-bahannya diambil dari apa yang ada di sekitar kami. Aku mengambil daun randu, daun jati, gamping, kemudian batu kecil atau kerikil sebagai bahan daganganku. Ada yang bingung untuk apa ? Baiklah akan aku jelaskan.
Daun randu atau daun pohon kapuk jika diremas-remas dengan air, akan menghasilkan air yang berwarna hijau yang licin jika dipegang, mirip dengan cincau yang belum jadi.
Daun jati akan menghasilkan warna merah jika diremas-remas dengan air mirip air sirup.
Gamping dicampur dengan air sudah pasti menghasilkan air yang putih seperti susu atau santan.
Batu kerikil berperan seperti layaknya es batu.
Jadilah es cincau buatanku laris manis diserbu pembeli. Semuanya virtual, uang yang digunakan pun uang-uangan dan minum es cincau pun pura-pura tidak ditegak beneran. Dengan modal gratis, aku bisa dapatkan uang-uangan yang jika itu beneran dan dirupiahkan, nominalnya 10.000 karena aku menjualnya seribuan per gelas ( gelas-gelasan mainan dari plastik ) dan pembelinya ada 10 orang. Jaman dulu, untuk ukuran segelas es cincau seribu itu termasuk mahal karena waktu itu segelas es cincau hanya seharga 250 rupiah tapi aku berhasil menjualnya seribu walau cuma pura-pura. Haha..bagiku itu sebuah prestasi yang luar biasa. Pembeli terkesan dengan tampilan es cincauku yang mirip beneran. Perpaduan dari warna hijau, merah dan putih seger banget kesannya.
Hm..masa kecil yang indah. Indah selalu saat aku mengenangnya kembali. Rasanya ingin kembali ke masa itu, walaupun saat aku kecil dulu selalu membayangkan agar aku lekas-lekas menjadi dewasa, sekolah yang tinggi, bekerja untuk kemudian menikah. Lalu sekarang setelah semuanya tercapai, sudah menikah, punya anak, punya usaha sendiri, malah punya keinginan untuk menjadi anak kecil lagi yang tidak punya apa-apa. Itulah manusia. Selalu ingin dan ingin, tak ada habisnya. Tapi paling tidak, apa yang menjadi keinginanku saat masih kecil dulu menjadi kenyataan di masa sekarang, sudah sepatutnya aku bersyukur karena itu semua merupakan pencapaian yang luar biasa.
Sebahagia apapun di masa kecil, tak akan ada yang mampu mengembalikan kita ke masa itu, karena waktu tidak mungkin berputar kembali. Cukuplah bagi kita untuk sekedar mengenangnya, kemudian menciptakan kebahagiaan yang lain di masa kini dan yang akan datang. Cukuplah bijaksana jika kita tidak meratapi apa yang mungkin tidak menjadi keinginan kita di masa kini. Masa kecil yang indah menjadi dasar yang kuat bagi kita untuk melangkah ke depan bukan untuk kembali menjadi sama seperti masa lalu. Masih bisa kok, kita menciptakan momen yang lebih indah di masa kini melebihi masa kecil dulu. Karena pikiran kita berkembang, pengalaman hidup lebih banyak kita rasakan, masak harus kalah dengan masa kecil kita ? Alangkah baiknya pula jika kita menciptakan masa bahagia di masa kanak-kanak buah hati kita kini. Supaya kelak di masa dewasanya, anak kita memiliki kesan yang mendalam akan masa kecil bahagia yang berhasil kita ciptakan untuknya. Life must go on dari generasi ke generasi. Ada kalanya kita jatuh, namun kita harus punya kekuatan untuk bangkit kembali dan membuat hidup ini lebih berwarna dan bermanfaat bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi juga buat orang-orang yang kita cintai dan bagi sesama kita.
Pola pikir anak-anak yang polos, selalu tertawa, selalu ingin tahu, selalu ingin mencoba, bisa kita tiru di saat sekarang untuk mendapatkan kebahagiaan layaknya anak-anak kembali. Jangan pelit untuk tertawa, bahkan untuk menertawakan diri sendiri. Energi positif akan selalu kita dapatkan jika jika berpola pikir santai sekalipun sedang berbeban berat menghadapi masalah yang paling pelik sekalipun. Tenang, kunci utamanya.
Hm..jadi ? Semuanya terserah kepada Anda. Yang pasti, sekarang aku akan tertawa-tawa berderai dalam rinai hujan bersama buah hatiku yang sudah tak sabar menarikku segera...
No comments:
Post a Comment