Pengetahuan itu penting. Jelas, karena dengan pengetahuan, kita jadi tahu. Logikanya begitu, ya toh..? Sangat penting pula jika kita bisa tahu segala informasi, berwawasan luas dan up to date. Dengan berwawasan luas, kita bisa dianggap penting oleh orang lain. Lha iya toh, kalau tahu segala macam, orang banyak bertanya kepada kita. Ditanya karena dianggap tahu.
Cara untuk banyak tahu bisa dengan membaca buku, banyak bertanya, diskusi tanya jawab dengan orang yang bisa diajak diskusi, mengikuti perkembangan media massa, bergaul, dan lain sebagainya. Segala informasi kita tampung dalam memori otak dan kita bagikan untuk orang lain.
Omong-omong tentang ketidaktahuan, saya dan ibu saya pernah dibuat malu saat berada di sebuah rumah sakit. Ceritanya begini, saat saya masuk sebagai mahasiswa baru di sebuah PTN, saya merasa penglihatan mata saya tidak beres saat melihat tulisan jarak jauh. Samar-samar, kabur tidak jelas. Mata saya harus terpicing-picing supaya melihat tulisan dengan jelas atau terpaksa pindah duduk ke depan. Lama-lama saya merasa terganggu dengan keadaan ini dan harus dicarikan solusinya. Hipotesa sementara, saya mengalami rabun jauh dan harus memakai kacamata. Tepat minusnya berapa, harus diperiksa ke dokter mata.
Di kota Yogya, tempat saya tinggal, terkenal dokter mata Yap. Asumsi saya, dokter Yap itu nama seorang dokter yang masih praktek di klinik miliknya. Pokoknya saya hanya asal dengar dan tidak tahu bagaimana historinya. Saya sering mendengar info kalau ada teman saya yang sakit mata, periksa ke dokter Yap. Dan saya tidak tanya lanjut soal itu.
Singkat kata, saya dan ibu menuju klinik dokter Yap untuk periksa mata saya pertama kalinya. Seperti biasa, saya harus menjalani prosedur pendaftaran dan menunggu antrian untuk dipanggil. Saat mendaftar untuk memilih dokter siapa, saya keheranan melihat nama-nama dokter yang tidak ada satupun bernama dokter Yap. Rupanya ibu saya punya pemikiran yang sama.
Bertanyalah ibu saya kepada suster jaga yang mendaftar,”Dokter Yap-nya ada ?”
Suster tampak kaget, kemudian sambil senyum-senyum menjawab,”Sudah lama meninggal..”
Olala, baru saya dan ibu menyadari ternyata rumah sakit ini adalah rumah sakit yang dirintis oleh pendahulunya dokter Yap. Nama yayasannya juga yayasan dokter Yap, tapi dokter Yap-nya sudah lama meninggal. Tak beda jauh dengan rumah sakit Sarjito atau rumah sakit Cipto Mangunkusumo. Bedanya, saya tahu kalau rumah sakit Sarjito sudah lama ditinggalkan pendirinya. Kalau ini, benar-benar menggelikan. Saya dan ibu jadi malu sendiri jika mengenangnya. Ada-ada saja..